Model –Model Perencanaan Bahasa

5. Model –Model Perencanaan Bahasa

Berdasarkan pengertian dan perspektif perencanaan bahasa dari berbagai ahli di atas, akhirnya muncul beberapa model perencanaan bahasa. Model-model perencanaan bahasa tersebut sebagian besar dikembangkan dari pengalaman mereka masing-masing ketika melaksanakan tugas perencanaan bahasa. Berikut dikemukakan empat model perencaan bahasa, yaitu model Haugen, Ferguson, Kloss, dan Karam.

a) Model Haugen (1959)

Berdasarkan pengalamannya di Norwegia, Haugen mengemukakan empat tahapan perencanaan bahasa, yaitu pemilihan, penyandian, pelaksanan, dan perluasan.

a. Pemilihan Tahap ini melibatkan pemilihan satu bahasa (atau lebih) atau norma yang akan dibina untuk tujuan tertentu. Pada umumnya, pembinaan ini bertujuan agar bahasa sasaran bisa menjalankan tugas sebagai bahasa nasional. Norma adalah suatu konsep abstrak yang dipilih atau dibentuk sebagai sasaran perencanaan. Bahasa baku, misalnya, adalah norma yang dijadikan sasaran perencanaan bahasa.

b. Penyandian Tahap ini melibatkan usaha-usaha yang berkaitan dengan pembakuan bahasa, misalnya penyusunan ejaan, pembentukan istilah, penyusunan tatabahasa, penyusunan ungkapan, dan sebagainya. Upaya pembakuan ini pada dasarnya adalah pengenalan sand-sandi bahasa yang berbagai ragam itu dan menentukan masing-masing penggunannya.

c. Pelaksanaan Tahap ini melibatkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh petugas (baik lembaga maupun individu) yang ditunjuk untuk menyebarkan informasi dan melakukan pembinaan terkait dengan norma-norma yang telah ditetapkan dan penyandian yang telah disusun.

d. Perluasan

Tahap ini berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan bahasa sasaran, baik dari segi bentuk maupun fungsinya. Hal ini melibatkan proses pemodernan bahasa sasaran secara umum.

b) Model Ferguson (1968)

Ferguson mengemukakan bahwa dalam usaha perencanaan bahasa terdapat tiga komponen yang perlu diperhatikan, yaitu pengabjadan, pembakuan, dan pemodernan.

a. Pengabjadan Pengabjadan adalah sebuah usaha agar bahasa sasaran mempunyai abjad atau sistem ejaan yang sempurna. Kegiatan ini dilakukan apabila bahasa sasaran belum mempunyai ejaan, atau pembakuan atau perbaikan ejaan yang sudah ada.

b. Pembakuan Pembakuan adalah proses menjadikan satu dialek atau suatu bahasa sebagai bahasa yang baku dibandingkan dengan dialek-dialek lain melalui penggunaannya dalam bidang ilmiah, pemerintahan, atau situasi resmi lainnya.

c. Pemodernan Pemodernan adalah usaha-usaha pengembangan kosakata dan pembinaan bentuk- bentuk wacana tertentu, biasanya wacana ilmiah. Pembinaan kosakata ini melibatkan penciptaan istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan tertentu untuk menampung keperluan ilmiah atau bidang-bidang lainnya.

c) Model Kloss (1969)

H. Kloss mengemukakan bahwa perencanaan bahasa mempunyai dua dimensi, yaitu perencanan status dan perencanaan bahan.

a. Perencanaan Status Perencanan status adalah usaha menentukan atau memilih suatu dialek atau bahasa dari berabgai dialek atau bahasa yang ada untuk dijadikan bahasa yang berstatus tertentu.Misalnya menjadi bahasa nasional, resmi, dan sebagainya.

b. Perencanaan Bahasa Perencanan bahasa adalah suatu usaha yang terkait dengan pembentukan istilah, pembakuan ejaan, pembakuan tatabahasa, dan penerapannya dalam praktik berbahasa. Selain itu Kloss juga mengemukakan satu unsur lagi, yaitu pembiayaan, yang

melibatkan aspek ekonomi dan pengurusan di dalam perencanaan bahasa.

Sebagaimana perencanaan bahasa pada umumnya, unsur pembiayaan dan pengurus merupakan salah satu unsur yang penting.

d) Model Karam (1974)

Karam mengemukakan satu model perencanaan bahasa (dalam bentuk diagram) yang dapat menjelaskan siklus pelaksanaan perencanaan bahasa. Model yang dimaksud sebagai berikut.

Penilaian

Perencanaan Perencanaan

Masyarakat Pengguna

Pada model Karam pelaksanaan perencanaan bahasa dilakukan pada tingkat nasional oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah. Di Indonesia, misalnya, dilakukan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Lembaga ini akan melakukan tiga tugas, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Komponen penilaian menurut Karam sangat penting.Dikatakan demikian karena komponen tersebut berperan untuk mengetahui tingkat keberhasilan langkah-langkah yang telah dilakukan.

Bedasarkan keempat model di atas dapat dilihat bahwa perencanaan bahasa melibatkan berabagai macam usaha. Usaha-usaha tersebut meliputi pengumpulan data melalui penyelidikan atau penelitian, baik menyangkut materi bahasa maupun budaya taau pemakai bahasa, penyusunan perencanaan menyeluruh yang mungkin bisa dilakukan, dan pembuatan perencanaan awal yang diperlukan untuk menentukan keputusan mengenai pemilihan dan pembentukan norma bahasa. Upaya –upaya tersebut dilakukan setelah ada kepastian atau penentuan bahasa tertentu sebagai bahasa nasional. Pelaksanaan melibatkan penyandian ( coding ) norma-norma bahasa dan penyebarluasan hasil penyandian. Penilaian akan melibatkan penafsiran terhadap hasil (rumusan) perencanaan dan pelaksanaan perencanaannya. Proses ini merupa kan “refleksi diri” terhadap lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah dan pelaksana di lapangan, agar pada masa selanjutnya bisa lebih meningkatkan setiap tahapan kerjanya.

Kita memahami bahwa suatu masyarakat bahasa atau suatu komunitas bahasa akan berubah mengikuti perkembangan dan keperluan zaman. Kondisi semacam ini juga akan diikuti oleh perkembangan bahasa masyarakat tersebut. Oleh karena itu, siklus dan proses perencanaan akan dilakukan secara terus menerus, seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Norma Awal

Perubahan Bahasa dan Budaya