Aspek–aspek yang Berperan dalam Perencanaan Bahasa yang Baik

6. Aspek–aspek yang Berperan dalam Perencanaan Bahasa yang Baik

Terkait dengan perencanaan bahasa, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya terkait dengan beberapa yang diperlukan untuk mendukung terselenggaranya perencanaan bahasa yang baik. Aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan bahasa. a)

E. Haugen (1966) mengemukakan bahwa perencanan bahasa memerlukan suatu kebijakan bahasa; kodifikasi bahasa untuk pemakaian umum, modern, dan teknik; perkembangan dan pelaksanaannya.

b) Sjoberg (1966) mengemukakan bahwa ketika merencanakan suatu bahasa harus mengakomodasi pendapat dan pandangan masyarakat pemakai bahasa tersebut sebab merekalah pendukung utama pelaksanaan perencaan bahasa nantinya. Dengan cara demikian, perencanaan bahasa akan bersifat lebih demokratis, menyeluruh dan memudahkan pemupukan rasa setia dan rasa taat asas terhadap bahasa.

c) Neustupuy (1970) menambahkan bahwa perencanaan bahasa juga harus memerhatikan stilistika sebab stilistika menyediakan kesempatan bagi perkembangan sastra.

d) Rubin (1971) mengatakan bahwa setiap tahap perencanaan bahasa diperlukan adanya proses penilaian agar dapat diketahui kadar keberhasilannya. Melalui penilaian ini pula akan dapat diketahui sejauh mana kondisi dan tingkat perkembangan bahasa tersebut.

e) Jernudd dan Gupta (1971) berpedapat bahwa pemerintah yang berkuasa dapat menjadi penggerak dan kunci keberhasilan perencanaan bahasa. Oleh karena itu, perhatian dan keterlibatan pemerintah akan sangat diperlukan agar setiap tingkat perencanaan berjalan dengan baik, sehingga mempercepat terwujudnya sosok bahasa yang ditargetkan.

f)

V. Tauli (1973) mengatakan bahwa perencanaan bahasa mustahil bisa berjalan apabila tidak didukung oleh biaya yang memadai. Oleh karena itu, komitmen

pemegang sumber dana, dalam hal ini pemerintah, diperlukan untuk mengalokasikan biaya perencanaan bahasa secara berkala sangat diperlukan.

g) Fishman (1973) menyarankan agar perencanan bahasa diselaraskan dengan perencanaan bidang – bidang lain agar padu dan/atau bersinergi dengan perencanaan induk negara. Dengan cara demikian, kepaduan dan integritas nasional bisa terpupuk dengan baik.

Terkait dengan perencanaan bahasa yang baik Weinstein (1980) meyakini bahwa perencanaan bahasa suatu negara akan berhasil dengan baik apabila inisiatif tersebut berawal dari pemerintah yang bersangkutan. Dikatakan demikian sebab pemerintah memiliki kemampuan untuk memasukkan perencanaan bahasa tersebut ke dalam perencanaan pembangunan negera. Pemerintah mampu menyediakan biaya yang tinggi untuk memulai pelaksanaan perencanaan bahasa. Lebih lanjut dikatakan bahwa perencanaan bahasa juga sejajar dengan pembangunan yang lain, perencanaan bahasa juga memupuk rasa persatuan dan integrasi nasional. Bahkan, dalam jangka waktu yang panjang, perencanaan bahasa ini juga dapat membantu pembangunan budaya, bangsa, dan negara.

J. Rubin dan B.H. Jernudd (1971) dalam tulisannya yang berjudul “ Language Planning as an Element in Modernization ” menyarankan untuk memerhatikan beberapa faktor untuk dimasukkan ke dalam perencanan bahasa. Faktor tersebut antara lain: 1.) Memperkaya dan mengembangkan bahasa nasional lebih inetensif.

2.) Menggalakkan penulis dan calon penuis untuk menulis buku-buku dalam bahasa nasional. 3.) Menggalakkan penulisan karya sastra dalam bahasa nasional. 4.) Mencetak dan menerbitkan bahan-bahan bahasa dan sastra dalam bahasa nasional. 5.) Membantu penerbitan jurnal, buku, majalah, makalah, dan rencana bahasa dan sastra

dalam bahasa nasional. 6.) Merencanakan dan membukukan sistem ejaan, sistem ucapan, tatabahasa, istilah, kamus, ensiklopedia, dan bahan pengajaran bahasa dalam bahasa nasional. 7.) Menyusun dan mencetak semua jenis kamus dan ensiklopedia dalam bahasa nasional. 8.) Menyelesaikan semua masalah yang terkait dengan bahasa sekiranya timbul dalam

proses kontinum dalam pelaksanaan bahasa nasional. 9.) Mewujudkan suatu insitusi khusus yang tugas utamanya adalah menjalankan pelaksanaan bahasa nasional secara total. Perwujudan institusi ini diharapkan akan melahirkan ahli bahasa yang mahir dan pakar dalam ihwal bahasa nasional. Mandat yang diberikan kepada institusi ini diharapkan bisa menjadi institusi rujukan yang memiliki kewenangan untuk memberikan pernyataan, penjelasan, atau saran terkait dengan ihwal bahasa nasional. Kewenangan ini karena dibuktikan oleh kemampuan dan dedikasinya yang tinggi terhadap bahasa nasional.

Fishman (1971) berpendapat bahwa perencanaan bahasa yang baik memerlukan penyelidikan yang bersifat ilmiah, empiris, praktis, padu, dan up to date .Perencanaan bahasa hendaknya jangan dilakukan secara

ad hoc , tergesa-gesa dan tambal sulam.Dikatakan dmeikian karena perencanaan yang baik perlu valid, kredibel, dan objektif. Dengan cara demikian, hasilnya diharapkan sesuai dengan target: perkembangan bahasa yang mantap, bahasa yang menimbulkan “rasa memiliki” ( sense of belonging ) bagi pemakainya. Perkembangan dan kondisi bahasa yang demikian akan menghilangkan salah paham dan perpecahan karena semua pamakainya berbangga diri dengan bahasanya.

Faktor yang tidak kalah penting yang turut berperan dalam perencanaan bahasa yang baik adalah masyarakat bahasa itu sendiri. Ada baiknya dalam proyek perencanaan bahasa, penutur asli bahasa yang bersangkutan dimintai pandangan dan pendapat karena golongan inilah yang akan menjadi pendukung utamanya. Mereka akan lebih merasa dan dihargai ketika bahasa mereka dirancang, mereka diberkan kesempatan untuk bersuara mengenai bahasa mereka. Setiap masyarakat yang cinta akan bahasanya, akan menginginkan bahasanya terancang, terkendali, terbina, dan modern. Di negara-negara Faktor yang tidak kalah penting yang turut berperan dalam perencanaan bahasa yang baik adalah masyarakat bahasa itu sendiri. Ada baiknya dalam proyek perencanaan bahasa, penutur asli bahasa yang bersangkutan dimintai pandangan dan pendapat karena golongan inilah yang akan menjadi pendukung utamanya. Mereka akan lebih merasa dan dihargai ketika bahasa mereka dirancang, mereka diberkan kesempatan untuk bersuara mengenai bahasa mereka. Setiap masyarakat yang cinta akan bahasanya, akan menginginkan bahasanya terancang, terkendali, terbina, dan modern. Di negara-negara