Variasi Bahasa Berdasarkan Pemakai/Penutur
c) Variasi Bahasa Berdasarkan Pemakai/Penutur
Variasi bahasa dari segi pemakai/penutur adalah variasi bahasa yang bersifat individu yang berada pada satu tempat/wilayah atau area tertentu. Pembagian variasi bahasa dari segi penutur meliputi idiolek, dialek, seks/jenis kelamin, dan usia.
Idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing. Idiolek ini berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dsb. Yang Idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing. Idiolek ini berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dsb. Yang
berbeda ketika mengucapkan kata “terlalu”. Begitu pula idiolek Kyai Haji Zainudin MZ, dalam ungkapannya ” Masih banyak janda-janda dan anak- anak terlantar”. Idiolek Cinta Laura „Mana hujan, ngak ada ojek becek”. Setiap orang memiliki idiolek, warna suara suara, pilihan kata, gaya bahasa, dan susunan kalimat yang berbeda. Idiolek orang Lombok, orang Flores, orang Bima, orang Bali, orang Madura memiliki perbedaan satu dengan lainnya.
Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif sedikit, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Umpamanya, bahasa Bali dialek regional Singaraja yang mempunyai vocal /ə/ (e-pepet) untuk kata-kata seperti / kija/ „ke mana‟ dilafalkan /kijə/. Di dalam dialek Tabanan fonem itu dilafalkan /kijo/ (seperti pengucapan /O/ pada kata bahasa Indonesia tokoh ).
Hal serupa juga terjadi di Lombok. Di daerah Lombok terdapat lima macam dialek yakni Lombok Barat dengan dialek Ngeto Ngete, Lombok Tengah dengan dialek Menu Mene, Lombok Timur dengan dialek Kutok Kete, Lombok Utara dengan dialek Ngeno Ngene dan Lombok Selatan dengan dialek Meriak Meriku. Dari kelima dialek tersebut, yang paling menunjukkan perbedaan adalah dialek Menu Mene (Lombok Tengah) dan Meriak Meriku (Lombok Selatan). Salah satu kosakatanya adalah / ngupi / yang berarti mengajak minum kopi. Di daerah Lombok Tengah, dialek Menu Mene kata / ngupi / tetap diujarkan dengan / ngupi / sedangkan Lombok Selatan dengan dialek Meriak Meriku kata / ngupi / diujarkan / nguper /. Kata / nu / yang dalam bahasa Indonesia berarti itu , diucapkan berbeda antara dialek Menu Mene (Lombok Tengah) dan Meriak Meriku (Lombok Selatan). Kata / nu / tetap diucapkan / nu / pada dialek Menu Mene (Lombok Tengah) sedangkan pada dialek Meriak Meriku (Lombok Selatan) kata / nu / diujarkan / iku /.
Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu variasi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang dewasa. Pada perkembangan awal bahasa anak, kosakata yang cenderung digunakan adalah kata-kata yang merupakan bunyi bilabial yakni bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh gerak membuka dan menutupnya bibir. Pada umumnya orang pertama dan paling dekat dengan anak pada masa perkembangan bahasanya adalah ibu. Jika kita perhatikan kata panggilan untuk ibu dalam berbagai bahasa, akan membenarkan bahwa bunyi bilabial itu dominan pada awal perkembangan bahasa anak. Misalnya, mbok, emak
(Jawa), mpok (Jakarta), meme (Bali), amak (Sasak). Ciri dari bahasa anak adalah penghilangan fungtor pada ujarannya. Bahasa remaja tercermin dari keinginan para remaja untuk membuat kelompok yang eksklusif yang menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia. Anak-anak remaja Manggarai relatif menggunakan bahasa Manggarai yang kasar, contohnya menyapa orang lain walaupun pesapa berumur lebih tua, mereka menyapa dengan “ngonia hau” artinya mau ke mana?. Bahasa ini adalah bahasa yang kasar sekali dalam bahasa Manggarai. Seharusnya ragam alus yang digunakan untuk menyapa orang tua adalah “ngonia titeh”. Bahasa orang dewasa relatif tetap. Di daerah Manggarai , orang dewasa menggunakan ragam alus dalam bertutur. Orang dewasa di daerah Manggarai cenderung lebih memiliki kemampuan dalam menggunakan bahasa sesuai dengan tingkatan bahasa. Misalkan saja, orang tua di Manggarai, yang memiliki anak yang sudah bekerja maka pilihan bahasa yang digunakan untuk bertutur dengan anaknya adalah bahasa alus. Contohnya ketika mengajak makan,
bahasa yang digunakan adalah bahasa alus “ Nu mai jumik cama titega ” artinya “Mari Nak kita makan bersama”.
Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi bahasa yang digunakan oleh ibu-ibu akan berbeda dengan variasi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak. Bahasa wanita cenderung lebih konservatif dalam artian wanita lebih banyak memiliki kosakata dan bersifat pembaharuan. Hal ini dikarenakan sebagian besar wanita memiliki kegemaran dalam membaca majalah, menonton tayangan gosip dan wanita cenderung senang bergosip/ ngrumpi .