Ukuran Perusahaan Kajian Teoritis

a. Rasio Total Utang terhadap Total Aset Rasio total utang terhadap total aset atau rasio utang debt ratio mengukur persentase dana yang diberikan oleh kreditur. Kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio utang, semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur jika perusahaan dilikuidasi. Rasio utang dapat dinyatakan sebagai berikut: Rasio Utang = Total Utang Total Aset b. Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga Rasio kelipatan pembayaran bunga mengukur sejuh mana laba operasi dapat mengalami penurunan sebelum perusahaan tidak mampu memenuhi biaya bunga tahunannya. Pihak kreditur akan melakukan tindakan hukum apabila perusahaan mengalami kegagalan dalam membayar bunga. Rasio kelipatan pembayaran bunga dapat dinyatakan sebagai berikut: Rasio Kelipatan Bunga = Laba Sebelum Bunga dan Pajak Beban Bunga Kemampuan perusahaa untuk membayar bunga dapat dilihat dari rasio kelipatan pembayaran bunga tetapi rasio ini memiliki dua kelemahan. Pertama, bunga bukan merupakan satu-satunya beban tetap keuangan. Perusahaan juga berkewajiban untuk mencicil utang dalam jadwal yang tetap. Selain itu, banyak perusahaan yang menyewa aset melalui sewa guna usaha sehingga perusahaan harus membayar sewa. Kedua, laba sebelum bunga dan pajak atau laba operasi tidak mencerminkan kas yang tersedia untuk membayar terutama apabila perusahaan memiliki beban penyusutan dan atau beban amortisasi yang tinggi. c. Rasio Cakupan Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization EBITDA Rasio cakupan EBITDA merupakan alternatif guna mengatasi kelemahan rasio kelipatan pembayaran bunga. Rasio cakupan EBITDA menunjukkan seluruh kas yang tersedia untuk melakukan pembayaran sebagai pembilang dan seluruh pembayaran finansial yang dibutuhkan sebagai penyebut. Rasio ini dapat dinyatakan sebagai berikut: Rasio Cakupan EBITDA = I +Pe y ew Gu u +Pe y P k k+Pe y ew G

5. Spesialisasi Auditor di Bidang Industri Klien

Auditor memiliki fungsi sebagai pihak yang memberikan keyakinan yang memadai atas integritas angka-angka akuntansi yang dihasilkan di dalam laporan keuangan. Arrens, Elder, dan Beasley 2006: 275 menyatakan bahwa pengetahuan yang harus dimiliki oleh auditor tidak hanya pengetahuan mengenai pengauditan dan akuntansi, melainkan juga pemahaman menyeluruh atas bisnis dan industri klien serta pengetahuan tentang operasi klien. Standar pekerjaan lapangan kedua yang mengharuskan auditor untuk memahami entitas dan lingkungan termasuk sistem pengendalian internal yang diterapkan perusahaan yang menjadi klien auditor mengindikasikan pentingnya pemahaman atas industri klien. Arrens, Elder, dan Beasley 2006: 277 mengemukakan tiga alasan pentingnya pemahaman yang memadai mengenai industri klien dan lingkungannya, antara lain: a. Risiko yang berkaitan dengan industri tertentu yang dapat mempengaruhi penilaian auditor atas risiko bisnis klien dan risiko audit yang dapat diterima dan bahkan dapat mempengaruhi penerimaan auditor untuk perusahaan yang lebih berisiko seperti usaha simpan pinjam dan asuransi kesehatan b. Risiko inheren atau bawaan yang dimiliki oleh masing-masing industri. Pengalaman auditor dalam mengaudit suatu industri tertentu akan menjadikan auditor familiar dengan risiko industri tersebut sehingga membantu penilaian relevansi bagi klien tersebut c. Banyak industri yang memiliki persyaratan akuntansi yang unik yang harus dipahami auditor untuk menilai apakah laporan keuangan perusahaan tersebut telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. HansHananto A. 2012: 71 menyatakan meskipun mengaudit perusahaan manufaktur prinsipnya sama dengan mengaudit perusahaan asuransi namun sifat bisnis, prinsip akuntansi, sistem akuntansi, dan peraturan perpajakan yang berlaku mungkin berbeda sehingga hal ini mengharuskan auditor memiliki pengetahuan mengenai karakteristik