21
ditemui dalam intensitas waktu tertentu. Waktu yang dibutuhkan berbeda karena identifikasi tidak sekedar meniru pada hal yang tampak melainkan
berusaha untuk menjadi seperti orang lain dari penampilan, sikap, dan tingkah laku.
Identifikasi sebagai salah satu faktor terjadinya interaksi sosial bisa dikatakan sebagai bentuk imitasi tetapi lebih mendalam. Anak berkesulitan
belajar ketika di lingkungan sekolah menjumpai lingkungan dengan berbagai latar belakang individu yang berbeda-beda. Fokus pengamatan
dan penggalian informasi untuk mendapatkan penjelasan identifikasi ini berdasarkan sosok yang di identifikasi oleh anak berkesulitan belajar
tersebut. Peneliti dalam hal ini perlu mengetahui sosok yang dikagumi anak berkesulitan belajar. Anak berkesulitan belajar bisa mengidentifikasi
pasti berawal dari informasi atau membahas sosok yang ia kagumi. Proses masuknya informasi atau pembahasan oleh anak berkesulitan belajar ini
yang akan menjadi salah satu data penelitian.
d. Simpati
Simpati ialah kesanggupan untuk dengan langsung turut merasakan barang sesuatu dengan orang lain Bouman, 1980: 22. Simpati
berdasarkan pendapat Bouman menegaskan bahwa di dalam simpati cenderung melibatkan perasaan. Perasaan yang dimaksud adalah ikut
merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain. Simpati biasanya muncul karena perasaan iba atau mempunyai tujuan ingin memahami yang
sedang dirasakan oang lain.
22
Adam Smith Abu Ahmadi, 2002: 65 membedakan 2 bentuk dasar daripada simpati :
Pertama, yang menimbulkan response yang cepat hampir seperti reflek. Hal-hal seperti ini kita rasakan orang lain yang menderita,
seperti halnya kita sendiri. Kedua, yang sifatnya lebih intelektuil kita dapat bersimpati terhadap seseorang, meskipun kita tak merasakan
sebagai yang ia rasakan. Kita akan mengucapkan syukur dan menyatakan simpati bila seseorang berhasil dalam usahanya.
Faktor keempat terjadinya interaksi sosial yaitu faktor simpati. Adam Smith berusaha menguraikan dua bentuk dasar proses simpati bersifat
reflek dan yang melibatkan intelektual. Simpati reflek seperti kita ngeri bila digigit dan akhirnya apabila kita melihat persoalan yang sama lalu kita
asossiasikan dengan pengalaman ngeri kita. Sedangkan simpati yang melibatkan intelektual contohnya merasa bahagia ataupun terharu terhadap
peristiwa yang sedang dialami orang lain. Peneliti akan berusaha mengamati kegiatan anak berkesulitan belajar
baik di dalam maupun di luar kelas harapannya akan menemukan peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan proses simpati. Misal
meninjau sikap anak berkesulitan belajar tersebut menjumpai rekannya yang sedang mengalami suatu musibah maupun kegembiraan. Anak
berkesulitan belajar itu diam saja atau berusaha berkomunikasi dan larut dalam peristiwa tersebut menjadi catatan peneliti. Selain itu, wawancara
dengan siswa dan guru juga diarahkan pada pencaraian informasi tentang tindakan simpati anak berkesulitan belajar.
Interaksi sosial dalam pendapat lain dilandasi oleh faktor psikologis di luar empat faktor yang telah disebutkan. Syahrial Syarbaini dan Rusdianta 2009:
23
27 menambahkan faktor empati yaitu merupakan simpati mendalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang. Empati dapat kita pahami
sebagai upaya dari individu untuk memberikan perhatian kepada suatu peristiwa namun terlampau jauh larut bersama suasana yang dihadapi. Peneliti
sengaja tidak memasukkan faktor empati dengan alasan empat faktor yang ada sesuai dengan kemampuan pemahaman anak mengenai istilah-istilah serapan.
Empati juga bentuk peristiwa yang jarang dijumpai di dunia anak, kalaupun ditemukan anak masih cenderung mudah dialihkan perhatiannya.
Faktor terjadinya interaksi sosial imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati umum terjadi pada aktifitas kehidupan sehari-hari. Anak berkesulitan belajar
mengalami interaksi sosial sehingga perlu mendalami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial. Deskripsi mengenai faktor
imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati diungkapkan berdasarkan data selama proses berlangsungnya interaksi sosial pada anak berkesulitan belajar
di lingkungan sekolah.
B. Anak Berkebutuhan Khusus 1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ABK
Manusia secara kodrati dilahirkan menjadi individu-individu yang berbeda satu dengan yang lainya. Individu yang dikatakan kembar identik pun pasti
memiliki ciri khas perorangan masing-masing yang dominan. Ciri khas perbedaan muncul akibat pertumbuhan dan perkembangan individu yang
selalu mengalami perubahan baik secara fisik maupun psikis. Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh 2005: 5 menyatakan bagian pribadi material yang