Kerangka Pikir KAJIAN TEORI

38 mendalami interaksi sosial anak berkesulitan belajar di lingkungan kelas SDN Banyusoco II berkaitan dengan faktor-faktor terjadinya interaksi sosial.

E. Kerangka Pikir

Anak berkebutuhan khusus pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama dalam bersosialisasi. Fakta yang ada sering kita jumpai anak berkebutuhan khusus dengan klasifikasi anak berkesulitan belajar terkadang terkesan mendapat diskriminasi. Malangnya beberapa dianggap sebagai anak bodoh dan cenderung dikucilkan. Anak berkesulitan belajar secara karakteristik hambatan memiliki memiliki keterbatasan pada kemampuan akademiknya yang berdampak pula pada kemampuan sosialnya. Sering dijumpai anak mengalami keterbatasan interaksi sosial dengan menarik diri dari teman bermainnya bahkan frustasi karena kegagalannya dalam hal belajar. Program pendidikan berupa sekolah inklusif merupakan upaya memperjuangkan keadilan agar semua anak tanpa terkecuali memperoleh kesempatan yang sama dalam belajar. Namun, sekolah inklusif terkadang menimbulkan keraguan dalam proses berlangsungnya kegiatan di lingkungan sekolah. Kemampuan bergaul, berkomunikasi, membentuk kelompok, dan berkativitas bersama masih menjadi keragu-raguan di kalangan pendidik. Anak berkesulitan belajar apabila ditempatkan pada lingkungan umum maka perlu penyesuaian berbagai hal terutama memberi dukungan agar anak tetap percaya diri. Idealnya sekolah bisa mewujudkan lingkungan yang nyaman untuk semua anak. SD Negeri Banyusoco II sebagai sekolah inklusif 39 selama ini sudah berupaya membangun kondisi interaksi sosial yang baik. Kondisi yang sudah baik perlu dijabarkan fakta-faktanya berkaitan dengan faktor-faktor terjadinya interaksi sosial pada anak berkesulitan belajar. Faktor-faktor terjadinya interaksi sosial seperti imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati pasti ada dalam proses interaksi sosial. Keempat faktor ini pada kasus anak berkesulitan belajar perlu dipelajari lebih mendalam saat anak melakukan proses interaksi sosial. Pengetahuan dan pemahaman sangat penting dimiliki guru dan kepala sekolah. Pengetahuan dan pemahaman ini sebagai upaya untuk mewujudkan interaksi sosial yang terjaga keharmonisannya bagi seluruh warga sekolah tanpa terkecuali. Proses interaksi sosial tersebut perlu ditelaah dari faktor dominan yang mempengaruhi interaksi sosial guna menentukan program-program pendidikan di SDN Banyusoco II kedepan. Kegiatan-kegiatan yang mendorong kemampuan anak berkesulitan belajar untuk terlibat aktif dalam interaksi seperti pendampingan khusus dan kegiatan ekstakurikuler. Guru di sekolah telah berupaya memposisikan anak berkesulitan belajar setara dengan anak normal. Lingkungan sekolah menjadi bentuk sekolah yang ramah dalam artian mengutamakan komunikasi pemahaman-pemahaman menghadapi anak berkesulitan belajar. Sekolah lain yang sedang mengembangkan sekolah inklusif bisa melihat fakta hasil penelitian di SDN Banyusoco sehingga benar-benar bisa membangun lingkungan inklusif yang mengakomodir dalam hal interaksi sosial khususnya pada anak berkesulitan belajar. 40 Alur kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan berikut. Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pikir

F. Pertanyaan Penelitian