35 psikologisnya menuntut anak untuk dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan
dan tantangan hidup yang ada dihadapannya.
4. Fase-fase Remaja
Secara psikologis, pada fase remaja ini ada 2 aspek yang penting yang harus dipersiapkan, sebagai berikut Kusmiran, 2011: 33:
a. Orientasi seksual Heteroseksualitas rasa tertarik terhadap lawan jenis timbul dan sejalan
dengan berkembangnya minat terhadap aktivitas yang berhubungan dengan seks. Keadaan ini ditandai oleh rasa ingin tahu yang kuat dan kehausan akan informasi
yang selanjutnya dapat berkembang ke arah tingkah laku seksual yang sesungguhnya.
Relasi heterokseksual manusia umumnya mengikuti pola tertentu, yaitu pengidolaan terhadap figur tertentu, cinta monyet perasaan ketertarikan terhadap
lawan jenis yang masih berpindah-pindah, pacaran menjalin komitmen, bertunangan going steady dan menikah.
b. Peran seks Peran seks adalah menerima dan mengembangkan peran serta kemampuan
tertentu selaras dengan jenis kelaminnya. Bagi remaja laki-laki, hal itu mungkin tidak terlalu menjadi masalah. Namun bagi remaja perempuan, bermacam revolusi
dan perubahan pandangan atau nilai terhadap perempuan yang berlangsung terus menerus sampai saat ini dapat menimbulkan masalah tertentu. Perubahan-
perubahan nilai dan norma tentang seks yang terjadi saat ini dapat menimbulkan berbagai persoalan bagi remaja pelacuran, penyakin kelamin menular,
penyimpangan seksual, kehamilan di luar nikah dan sebagainya.
36
5. Remaja dan Reproduksi Sehat
Sejak masa remaja, pada diri seorang anak akan terlihat adanya perubahan- perubahan pada bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan struktur dan fungsi.
Pematangan kelenjar pituitari berpengaruh pada proses pertumbuhan tubuh sehingga remaja mendapatkan cirri-cirinya sebagai perempuan dewasa atau laki-
laki dewasa. Masa remaja diawali oleh masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-
perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh dan fungsi fisiologis kematangan organ-organ seksual. Perubahan tubuh
ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder.
Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ reproduksi sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam
bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin, misalnya pada remaja putri ditandai dengan pembesaran buah dada dan pinggul, sedangkan pada remaja putra
mengalami pembesaran suara, tumbuh bulu dada, kaki serta kumis. Karakteristik seksual sekunder ini tidak berhubungan langsung dengan
fungsi reproduksi, tetapi perananya dalam kehidupan seksual tidak kalah pentingnya karena berhubungan dengan sex appeal daya tarik seksual.
Kematangan seksual pada remaja ini menyebabkan munculnya minat seksual remaja Kusmiran, 2011: 31.
Perubahan dan perkembangan perilaku seksual yang terjadi pada masa remaja dipengaruhi oleh berfungsinya hormon-hormon seksual testoteron untuk
37 laki-laki dan progesteron untuk perempuan. Hormon-hormon inilah yang
berpengaruh terhadap dorongan seksual manusia. Perilaku seksual memiliki pengertian yang berbeda dengan aktivitas seksual dan hubungan seksual.
Perilaku seksual sering ditanggapi sebagai hal yang berkonotasi negatif, padahal perilaku seksual ini sangat luas sifatnya. Perilaku seksual merupakan
perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis. Aktivitas seksual adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya memenuhi dorongan seksual atau
kegiatan mendapatkan kesenangan organ kelamin atau seksual melalui berbagai perilaku Kusmiran, 2011: 33.
Dalam konteks remaja, masalah reproduksi ini perlu mendapatkan perhatian sejak dini. Beberapa program kesehatan reproduksi yang perlu
dipahami oleh remaja adalah program kesehatan sebelum kehamilan. Program ini meliputi beberapa aspek, sebagai berikut Kusmiran, 2011: 153:
a. Keluarga berencana Hal ini dilakukan melalui beberapa cara, seperti:
1 Penundaan usia kehamilan pertama di atas 18 tahun 2 Peningkatan jarak kehamilan lebih dari 2 tahun
b. Nutrisi prekonsepsi Hal ini dilakukan melalui beberapa cara, seperti:
1 Peningkatan status nutrisi berat badan sebelum kehamilan lebih dari 41 kg
2 Kecukupan gizi mikronutrien terutama asam folat dan zat besi 3 Kecukupan mikronutrium yodium
38 c. Pencegahan infeksi dan pengobatan pada wanita usia reproduksi
Hal ini dilakukan melalui beberapa cara, seperti: 1 Pencegahan infeksi HIV dan penyakit menular seksual terutama pada
remaja 2 Pengobatan penyakit menular seksual
3 Pemberian imunisasi khususnya tetanus 4 Pemberian imunisasi khusus seperti rubella
d. Peningkatan status wanita dan pendidikan Hal ini dilakukan melalui beberapa cara, seperti:
1 Peningkatan pendidikan untuk mengurangi buta huruf 2 Pemberdayaan wanita dalam keluarga sebagai pembuat keputusan
khususnya mengenai kesehatan wanita 3 Peningkatan akses wanita dalam keuangan ekonomi
4 Pencegahan sunat wanita female genital cutting dan kekerasan terhadap wanita
Masa remaja merupakan fase kritis dalam perkembangan kesehatan reproduksi. Oleh karenanya dibutuhkan upaya pemahaman kepada para remaja
akan situasi yang dihadapinya terkait dengan masalah reproduksi. Pendidikan reproduksi sehat kepada remaja akan menanamkan kesadaran tentang arti penting
menjaga kesehatan reproduksi dan menghindarkan remaja dari perilaku buruk yang merugikan. Selain itu, pendidikan yang memadai akan memberikan bekal
pengetahuan dalam upaya menjaga dan memelihara kesehatan reproduksi.
39
C. Diskusi Kelompok Kecil Buzz groups Discussion sebagai Teknik