Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usia remaja merupakan salah satu tahap kehidupan manusia yang dianggap paling kritis. Hal ini dikarenakan masa ini merupakan tahap transisi menuju dewasa dimana dalam prosesnya merupakan pembentukan kepribadian. Pada masa ini gejolak darah mudanya sedang bangkit. Keinginan untuk mencari jati diri dan mendapatkan pengakuan dari keluarga serta lingkungan sangat tinggi. Remaja berperilaku tertentu yang dianggapnya mampu merefleksikan jati dirinya, sehingga eksistensinya diakui oleh keluarga serta lingkungan di sekitarnya. Namun terkadang untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungan, remaja melakukan hal-hal yang di luar etika dan aturan normatif. Remaja menghendaki kebebasan dalam menentukan jati diri dan bentuk perilaku tertentu. Akan tetapi, mereka dihadapkan pada berbagai pengaruh, dari orang tua, media, sekolah, kelompok pertemanan dan masyarakat. Hal ini membuat remaja sering menghadapi dilema, sehingga remaja membutuhkan bimbingan yang dapat diterima tanpa merampas hak mereka sebagai remaja. Remaja merupakan masa yang sangat rentan terhadap hal-hal yang negatif karena remaja mengalami perubahan pada aspek fisik yang berkaitan dengan dorongan perkembangan naluri seksualnya. Beberapa ciri perubahan pada aspek fisik remaja antara lain ditandai dengan datangnya menarche dan timbulnya payudara pada remaja perempuan atau terjadinya pertumbuhan testis dan berubahnya pita suara pada laki-laki dan Rumini Sundari, 2004: 41. Selain perubahan tersebut di atas, perubahan fisik yang erat kaitannya dengan dorongan 2 seksual pada remaja, dan upaya untuk memenuhi dorongan tersebut remaja akan mencari informasi tersebut berasal dari media massa baik cetak maupun elektronik Sarwono,1999: 32. Salah satu realita negatif yang terjadi pada usia remaja adalah terjadinya pergaulan bebas seperti seks pra nikah. Berdasarkan survei Komisi Perlindungan Anak KPA yang dilakukan terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar seluruh Indonesia ditemukan hasil bahwa 62,7 remaja mengaku pernah berhubungan badan, 93 remaja pernah berciuman, dan 21 remaja telah melakukan aborsi Kompas.com, 952010. Data yang mencengangkan juga pernah dirilis oleh Sony Adi Setiawan, seorang dosen di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Menurutnya, 750 hingga 900 video porno sudah dibuat dan diedarkan di Indonesia. Mayoritas merupakan video amatir hasil rekaman kamera ponsel. Pembuatnya 90 kawula muda, dari pelajar SMP hingga mahasiswa. Menurut Kartono 1992 perilaku seksual pranikah adalah perilaku seksual yang dilakukan sebelum adanya ikatan perkawinan yang sah. Perilaku ini dapat dikategorikan sebagai perilaku yang menyimpang, sebab perilaku seksual yang dilakukan di luar perkawinan tersebut merupakan perbuatan berzina. Norma- norma yang berlaku hanya membenarkan perilaku seksual jika sudah ada ikatan perkawinan yang sah antara dua orang yang berlawanan jenis kelamin. Masalah ini seringkali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya. Namun dibalik itu semua, faktor internal yang paling mempengaruhi perilaku seksual remaja sehingga mengarah pada perilaku seksual pranikah pada remaja adalah berkembangnya 3 organ seksual. Gonads kelenjar seks yang tetap bekerja seks primer bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh khususnya yang berhubungan dengan ciri-ciri seks sekunder, melainkan juga berpengaruh jauh pada kehidupan psikis, moral, dan sosial. Kondisi pada remaja tersebut menunjukkan kondisi yang semakin memprihatinkan manakala seakan mendapatkan dukungan dari lingkungan media yang menghadirkan berbagai tayangan yang mengeksploitasi tema-tema seks dan pergaulan bebas. Eksploitasi seksual dalam video klip, majalah, televisi dan film- film ternyata mendorong para remaja untuk melakukan aktivitas seks secara sembarangan di usia muda. Dengan melihat tampilan atau tayangan seks di media, para remaja itu beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang bebas dilakukan oleh siapa saja, dimana saja KapanLagi.com, 2006. Konteks media khususnya media televisi, sebenarnya sudah ada mekanisme yang memberikan pembatasan dalam hal penayangan suatu acara, yaitu dengan dibentuknya Komisi Penyiaran Indonesia KPI. Diantaranya KPI mengeluarkan Pasal 44 yang menyebutkan bahwa Lembaga Penyiaran dilarang menyiarkan adegan tarian dan atau lirik yang dapat dikategorikan sensual, menonjolkan seks, membangkitkan hasrat seksual atau memberi kesan hubungan seks. Namun demikian dalam prakteknya terjadi konflik kepentingan antara kalangan regulator Pemerintah melalui KPI dengan industri media yang menjadikan Pasal tersebut tidak dapat diterapkan secara maksimal. Di dunia maya, saat ini ada sekitar empat juta situs web pornografi. Sebanyak 90 ribu di antaranya menampilkan pornografi anak-anak. Koran 4 Tempo, 16 Mei 2010. Sementara pengakses internet terbesar menurut hasil riset Yahoo Indonesia dan Taylor Nelson Sofres pada tahun 2009 adalah kalangan remaja usia 15-19 tahun, yakni sebesar 64. Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis kelamin. Ketertarikkan antar lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola kencan yang lebih serius serta memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup. Sedangkan pada kehidupan moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang timbul konflik dalam diri remaja. Masalah yang timbul yaitu akibat adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali bertentangan. Bila dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih sebagai pembenaran diri www.isekolah.org. Berdasarkan realita di atas, maka seyogyanya perlu lebih diintensifkan upaya pencegahan perilaku pergaulan bebas di kalangan remaja. Dalam konteks pendidikan, maka dibutuhkan adanya upaya pemahaman serta penyadaran kepada generasi muda akan perlunya menjaga sikap dan pergaulan. Oleh sebab itu kepada siswa perlu diberikan bekal wawasan dan pengetahuan tentang reproduksi sehat. Reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan melalui hubungan seks antara pria dan wanita, sehingga seorang wanita akan menjadi hamil. Sedangkan batasan reproduksi sehat adalah terjadi antara pria dan wanita yang terikat oleh pernikahan yang sah serta tidak melakukan hubungan seks secara bebas dengan pasangan yang bukan suami istri yang sah BKKBN, 2002. 5 Pentingnya menjaga kesehatan reproduksi agar tidak terkena penyakit menular seksual PMS, seperti Gonorhea Kencing Nanah, Sifilis, Herpes Genital, Keputihan Fluor Albus, dan AIDS. Penyakit-penyakit itu sangat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi, dimana remaja rentan akan terkena penyakait menular seksual. Oleh karena itu perlu diberikan pemahaman tentang reproduksi sehat http:abdurrohman.blogspot.com. Konteks pendidikan di sekolah, jika siswa telah memiliki bekal pemahaman yang memadai tentang reproduksi sehat, maka siswa diharapkan dapat lebih mengenal dampak negatif pergaulan bebas dan sebagai gantinya siswa akan dapat menumbuhkan kesadaran untuk berperilaku lebih baik. Adapun salah satu media yang dapat digunakan bagi pembelajaran tentang reproduksi sehat adalah bimbingan konseling melalui bimbingan kelompok. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara dengan salah satu guru bimbingan dan konseling SMKN 1 Sanden Bantul diketahui bahwa informasi tentang reproduksi sehat kurang diberikan secara maksimal, sehingga menyebabkan rendahnya pemahaman siswa terhadap pemahaman tentang reproduksi sehat. Hal ini dimaklumi karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada guru bimbingan dan konseling untuk melakukan bimbingan klasikal sehingga guru bimbingan dan konseling kurang dapat melakukan variasi dalam memberikan bimbingan kelompok khususnya diskusi kelompok. Menurut salah satu guru bimbingan dan konseling di sekolah tersebut, Kelas X RPL dan TPHP merupakan salah satu kelas dimana tingkat pemahaman tentang reproduksi 6 sehat termasuk rendah. Di kelas ini banyak siswa yang melanggar peraturan sekolah mengenai rambu-rambu reproduksi sehat. SMK N 1 Sanden Bantul juga telah menyelenggarakan layanan bimbingan tentang reproduksi sehat kepada siswanya, terutama siswa kelas X. Materi ini dikemas sebagai salah satu materi tambahan. Selama ini materi tentang reproduksi sehat disampaikan dengan sistem klasikal. Dalam metode ini, sistem pembelajaran tersentralisir kepada guru. Dalam upaya untuk lebih mendorong interaksi siswa dalam proses penyampaian pengetahuan tentang reproduksi sehat, maka metode diskusi kelompok dapat menjadi alternatif. Bimbingan kelompok merupakan suatu teknik dalam layanan bimbingan yang bertujuan untuk membentu siswa dalam memecahkan permasalahan melalui kegiatan kelompok. Bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal, sosial dan vokasional. Interaksi sosial yang intensif dan dinamis yang terjadi selama proses bimbingan kelompok dapat mencapai tujuan layananan, yakni memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu anggota kelompok Prayinto, 1999: 309. Adapun bentuk-bentuk bimbingan kelompok terdiri dari Home Room Program, karya wisata, diskusi kelompok, kegiatan kelompok, organisasi murid, sosiodrama, dan psikodrama Djumhur dan Surya, 1975: 107. Teknik diskusi merupakan satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini terdapat proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai 7 pendengar saja Roestiyah, 2001. Oleh sebab itu diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif. Manakala salah satu di antara siswa berbicara maka siswa yang lain menjadi bagian dari kelompok yang aktif mendengarkan. Siapa yang berbicara terlebih dahulu dan begitu pula yang menanggapi tidak harus diatur lebih dahulu. Dalam diskusi, setiap kali siswa saling menanggapi jawaban temannya atau berkomentar terhadap jawaban yang diajukan siswa lain Suprihadi, dkk., 2000. Penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan pemahaman siswa tentang reproduksi sehat melalui diskusi kelompok kecil pada siswa Kelas X di SMK N 1 Sanden Bantul. Adapun lingkup kajian tentang reproduksi sehat dalam penelitian ini meliputi batasan reproduksi sehat, dampak negatif dari pergaulan bebas, beragam resiko pada pernikahan usia muda, bahaya aborsi serta permasalahan reproduksi lain yang berkenaan dengan budaya. Pemilihan kelas X didasari oleh pertimbangan bahwa dilihat dari tingkatan usia, pada umumnya siswa kelas X masuk kategori remaja awal. Analisis diarahkan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang reproduksi sehat yang dilakukan melalui diskusi kelompok kecil. Dalam penelitian ini digunakan diskusi kelompok kecil karena diskusi kelompok kecil dianggap akan lebih cepat dan efisien membantu siswa dalam menyelesaikan masalah. Diskusi kelompok kecil memiliki kelebihan dalam hal adanya interaksi antara individu sehingga masing-masing individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi. 8

B. Identifikasi Masalah