Kurikulum Layanan Anak Berkebutuhan Khusus

31 Menurut Budiyanto 2012: 19-20 fungsi assesmen yaitu: 1 Fungsi screeningpenyaringan, adalah untuk mengidentifikasi siswa yang mungkin mempunyai problem belajar. 2 Fungsi pengalihtangananreferal, adalah sebagai alat untuk pengalihtanganan kasus dari kasus pendidikan menjadi kasus kesehatan, kejiwaan ataupun kasus sosial ekonomi. 3 Fungsi perencanaan pembelajaran individual PPI, dengan berbekal data yang diperoleh dalam kegiatan assesmen maka akan tergambar berbagai potensi maupun hambatan yang dialami anak. 4 Fungsi monitoring kemajuan belajar, adalah untuk memonitor kemajuan belajar yang dicapai siswa. 5 Fungsi evaluasi program, adalah untuk mengevaluasi program pembelajaran yang telah dilaksanakan. Adanya identifikasi dan assesmen yang dilakukan kepada peserta didik berkebutuhan khusus, maka dapat memudahkan pendidik dalam memberikan layanan pendidikan sesuai dengan jenis kebutuhan yang dimiliki. Assesmen dilakukan sebelum identifikasi yaitu melalui proses penjaringan peserta didik. Langkah selanjutnya setelah dilakukan identifikasi yaitu melalukan assesmen terhadap peserta didik. Sesuai yang telah dikemukakan sebelumnya dengan dilakukannya assesmen maka dapat mengetahui jenis kebutuhan peserta didik sehingga dapat memberikan layanan sesuai dengan jenis kebutuhan yang dimiliki, selain itu dapat dijadikan sebagai dasar dalam membuat program pembelajaran sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak.

2. Kurikulum

Budiyanto 2012: 20 mengemukakan bahwa: Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif pada dasarnya menggunakan kurikulum standar nasional yang berlaku di sekolah umum. Namun demikian, karena ragam hambatan yang dialami peserta didik berkelainan bervariasi maka dalam implementasinya, kurikulum tingkat satuan pendidikan yang sesuai dengan standar nasional perlu dilakukan modifikasi penyelarasan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan peserta didik. 32 Penyataan di atas berarti bahwa dalam pelaksanaan pendidikan inklusif walaupun pada dasarnya menggunakan kurikulum yang berlaku di sekolah umum namun hendaknya dalam pengimplementasian pendidikan inklusif menggunakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Peraturan Standar PBB Sue Stubbs, 2002: 18 menekankan bahwa “Negara harus bertanggung jawab atas pendidikan bagi penyandang cacat dan harus: a mempunyai kebijakan yang jelas, b mempunyai kurikulum yang fleksibel, dan c memberikan materi yang berkualitas, menyelenggarakan pelatihan guru dan memberikan bantuan yang berkelanjutan ”. Menurut Tarmasnyah 2007: 154 kurikulum hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan anak, yang selama ini anak dipaksakan mengikuti kurikulum. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan tersebut hendaknya sekolah memberikan kesempatan untuk menyesuaikan kurikulum dengan kemampuan, bakat, dan minat yang dimiliki anak. Dedy Kustawan 2012: 58-59 mengemukakan bahwa: Dalam pengimplementasian pendidikan inklusif di satuan pendidikan umum atau satuan pendidikan kejuruan perlu menyusun kurikulum yang fleksibel yaitu adanya penyesuaian-penyesuaian pada komponen kurikulum seperti pada tujuan, isi atau materi, proses dan evaluasi atau penilaian. Pengembangan kurikulum untuk peserta didik berkebutuhan khusus dikenal dengan adanya model eskalasi ditingkatkan, duplikasi samamenirumenggandakan, modifikasi mengubah untuk disesuaikan, substitusi mengganti, dan omisi menghilangkan. Tim ASB 2011: 32 menyatakan bahwa: Kurikulum yang tidak fleksibel merupakan hambatan utama dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, terutama bagi anak yang mengalami kesulitan belajar. Kurikulum yang tepat adalah kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak dalam belajar. Untuk itu diperlukan pengembangan kurikulum dengan mengadaptasi danatau 33 memodifikasi kurikulum serta pengembangan rencana pembelajaran individual. Sekolah inklusif melakukan pengembangan kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan belajarnya. Menurut Tim ASB 2011: 32 pengembangan kurikulum dilakukan dalam 2 metode, yakni adaptasi dan modifikasi. Adaptasi kurikulum adalah pengadaan danatau penyesuaian instrumen bahan dan teknik proses pembelajaran yang dapat membantu anak untuk mengikuti tugas belajar yang sama dengan teman-temannya. Adapun modifikasi kurikulum mengacu pada perubahan-perubahan kurikulum untuk kepentingan anak secara individual dengan mengurangi kesulitan dan kuantitas tugas belajar anak. Pengembangan kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus mengacu pada Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 Pasal 7 yang menyatakan bahwa “Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan potensinya”. Pada pelaksanaan pendidikan inkusif, kurikulum untuk anak berkebutuhan perlu dikembangkan agar sesuai dengan jenis kebutuhan peserta didik. Menurut Budiyanto 2012: 20-21 tujuan pengembangan kurikulum dalam pendidikan inklusif yaitu: a. Membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi dan mengatasi hambatan belajar yang dialami siswa semaksimal mungkin. b. Membantu guru dan orangtua dalam mengembangkan program pendidikan bagi peserta didik berkelainan baik yang diselenggarakan di sekolah, di luar sekolah maupun di rumah. c. Menjadi pedoman bagi sekolah, dan masyarakat dalam mengembangkan, menilai dan menyempurnakan program pendidikan inklusif. Selain dilakukan pengembangan kurikulum adaptasi dan modifikasi dalam pelaksanaan pendidikan inklusif juga diperlukan pengembangan rencana 34 pembelajaran individual RPI. Tim ASB 2011: 33 mengemukakan bahwa “Rencana pembelajaran individual disusun melalui pengembangan kurikulum. RPI yang efektif dikembangkan melalui pendekatan terpadu terkait dengan hasil assesmen serta disempurnakan dengan keterlibatan guru, dukungan GPK, orang tua, dan pihak terkait lainnya”. Pengembangan rencana pembelajaran individual dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dilandasi oleh Permendiknas No. 70 Tahun 2009 Pasal 9 Ayat 6 yang menjamin keberlanjutan pendidikan anak yang mendapatkan pengembangan kurikulum individual di sekolahnya. Permendiknas tersebut meny atakan bahwa “Peserta didik yang memperoleh surat tanda tamat belajar dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat atau jenjang yang lebih tinggi pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau satuan pendidikan khusus”. Pengembangan RPI harus diikuti dengan penyesuaian Kriteria Ketuntasan Minimum KKM dan Standar Kompetensi Lulusan SKL. KKM dan SKL bagi anak berkebutuhan khusus yang mengikuti kurikulum modifikasi dan memiliki RPI, disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya. Pemberian layanan berupa kurikulum kepada anak berkebutuhan khusus sebaiknya menggunakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Kurikulum yang digunakan perlu disesuaikan dengan jenis kebutuhan yang dimiliki sehingga dapat memberikan layanan secara maksimal, dengan disesuaikannya kurikulum anak berkebutuhan khusus sesuai dengan kebutuhannya diharapkan dalam pemberian layanan kepada anak berkebutuhan 35 khusus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan secara maksimal.

3. Sarana prasarana