13 Peserta didik dalam mengikuti pendidikan di sekolah baik peserta didik
normal pada umumnya maupun anak berkebutuhan khusus berkewajiban untuk mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan yang dilaksanakan di sekolah.
Selain itu, sebagai peserta didik juga berkewajiban untuk mentaati peraturan yang berlaku sesuai dengan ketentuan sekolah masing-masing.
C. Model Layanan Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus memiliki tingkat kekhususan yang berbeda, oleh karenanya dalam memberikan layanan kepada anak berkebutuhan khusus juga
harus disesuaikan dengan kekhususan yang dimiliki anak tersebut. Berikut merupakan beberapa model layanan untuk anak berkebutuhan khusus yaitu:
1. Segregasi
Menurut Suparno 2007: 9 sistem layanan pendidikan segregasi adalah: Sistem pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal.
Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui sistem segregasi maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara khusus, dan
terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada lembaga
pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus, seperti Sekolah Luar Biasa atau Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.
Model segregasi merupakan model layanan pendidikan khusus yang paling kuno. Pada model ini layanan pendidikan khusus diberikan di sekolah-sekolah
khusus, atau lebih dikenal dengan Sekolah Luar Biasa SLB atau TKLB sampai SMLB. Karakteristik dari sekolah ini antara lain adalah keterpisahan dari sekolah
bagi anak normal, dengan kurikulum, guru, media pembelajaran, dan sarana prasarana yang berbeda pula Lay Kekeh Marthan, 2007: 87.
14 Tim Arbeiter-Samariter-BundASB 2011: 4 mengemukakan bahwa:
Pendidikan segregasi menegaskan dengan jelas tentang gagasan pemisahan anak dalam pendidikan. Dalam hal ini berarti siswa bekerbutuhan khusus
dipisahkan dengan anak normal pada umumnya, dimana anak berkebutuhan khusus di sekolahkan sesuai dengan jenis kebutuhannya dan tidak digabung
dengan anak normal pada umumnya.
Menurut Suparno 2007: 10-11 ada empat bentuk penyelenggaraan pendidikan dengan sistem segregasi, yaitu:
a. Sekolah Luar Biasa SLB
Bentuk Sekolah Luar Biasa merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggaraan sekolah dimulai dari tingkat persiapan
sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit sekolah dengan satu kepala sekolah.
b. Sekolah Luar Biasa Berasrama
Sekolah Luar Biasa Berasrama merupakan bentuk sekolah luar biasa yang dilengkapi dengan fasilitas asrama. Peserta didik SLB berasrama
tinggal diasrama. Pengelolaan asrama menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan sekolah sehingga di SLB tersebut ada tingkan persiapan,
tingkat dasar, dan tingkat lanjut, serta unit asrama.
c. Kelas JauhKelas Kunjung
Kelas jauh atau kelas kunjung adalah lembaga yang disediakan untuk memberi pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang
tinggal jauh dari SLB atau SDLB. Penyelenggaraan kelas jauhkelas kunjung
merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam
rangka menuntaskan wajib belajar serta pemerataan kesempatan belajar.
d. Sekolah Dasar Luar Biasa
SDLB merupakan unit sekolah yang terdiri dari berbagai kelainan yang dididik dalam satu atap. Dalam SDLB terdapat anak tunanetra,
tunarungu, dan tunadaksa.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, model layanan segregasi merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara khusus,
dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal. Anak berkebutuhan khusus dipisahkan dengan anak normal pada umumnya, anak
berkebutuhan khusus di sekolahkan sesuai dengan jenis kebutuhannya dan tidak digabung dengan anak normal pada umumnya.
15
2. Integrasi