37 media pembelajaran, mengacu pada jenis kebutuhan khusus danatau disabilitas
yang dialami oleh anak, berikut uraiannya: a.
Penyandang tunanetra: guiding block, mesin ketik braille, buku braille, riglet dan stylus alat tulis braille, tongkat tunanetra, lensa pembesar,
teleskop, alat perekam suara, alat pemutar suara, program komputer khusus, seperti program pembaca layar, dan lain-lain.
b. Penyandang tunarungu: alat bantu dengar, kamus bahasa isyarat, poster
isyarat alfabet, kartu petunjuk gambar, kata, kalimat, media video, a;at pemutar video, dan lain-lain.
c. Penyandang tunagrahitaslow learnerkesulitan belajar spesifikkelainan
perkembangan mental: perangkat bongkar pasangteka-teki, bentuk- bentuk geometris 3 dimensi, kartu petunjuk gambar, kata, kalimat, alat
berhitung taktis, dan lain-lain.
d. Penyandang tunadaksaorang dengan cerebral palsy: ramp, kursi roda,
kursi dengan modifikasi, papan tulis dengan modifikasi, dan lain-lain. e.
Cerdas danatau bakat istimewa: kesempatan menjadi tutor sebaya, buku ensiklopedia, program kompter khusus, dan sarana prasarana lain
tergantung pada bakat dan minat mereka.
Sarana prasarana yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik maka akan memudahkan pemberian layanan kepada peserta didik yang termasuk anak
berkebutuhan khusus. Sarana prasarana pendidikan yang ada di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif hendaknya sesuai dengan prinsip aksesibiltas
fisik yaitu keamanan, kegunaan, kemudahan, dan kemandirian, sehingga layanan yang diberikan sekolah terhadap anak berkebutuhan khusus ditinjau dari aspek
sarana prasarana dapat maksimal.
4. Pendidik
Berdasarkan Undang Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Bab 1 bagian Ketentuan Umum Pasal 1 menyatakan bahwa “Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”.
38 Pendidik yang dimaksud dalam hal ini yaitu guru. Di sekolah inklusif guru dapat
dibedakan menjadi guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru pembimbing khusus. Di lingkungan kelas inklusif membutuhkan interaksi dan kerjasama antara guru
dan murid, hal ini untuk mendukung keberlangsungan kegiatan belajar mengajar khususnya bagi anak berkebutuhan khusus. Menurut Tarmansyah 2007: 150
guru berperan aktif dalam proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Mampu berdialog dengan siswanya mendorong terjadinya interaksi diantara
siswa. Guru harus memiliki kemampuan untuk mempertimbangkan keragaman di kelasnya. Dalam kegiatan pembelajaran, guru sebagai fasilitator dan motivator,
dapat menyatakan tugas dan tanggung jawab kepada anak itu sendiri dan mendorong terjadinya pembelajaran yang aktif untuk semua anak.
Menurut Dedy Kustawan 2012: 74 yang dimaksud dengan Guru pembimbing khusus GPK yaitu:
Guru yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pendidikan khusus yang diberi tugas oleh Kepala SekolahKepala DinasKepala Pusat
Sumber untuk memberikan bimbingan kepada pendidik dan tenaga kependidikan
di sekolah
umum dan
sekolah kejuruan
yang menyelenggarakan pendidikan inklusif. Guru pembimbing khusus memiliki
latar belakang pendidikan luar biasa, atau latar pendidikan umum namun telah mengikuti pelatihan tentang pendidikan luar biasa.
Menurut Budiyanto 2012: 21-22 pendidik mempunyai tugas. Berikut penjabaran dari tugas pendidik:
a. Guru kelas
Tugas guru kelas antara lain sebagai berikut: 1
Menciptakan iklim belajar yang kondusif sehingga anak-anak merasa nyaman belajar di kelassekolah.
2 Menyusun dan melaksanakan asesmen pada semua anak untuk
mengetahui kemampuan dan kebutuhannya. 3
Menyusun program pembelajaran dengan kurikulum modifikasi bersama-sama dengan guru pembimbing khusus GPK.
39 4
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan mengadakan penilaian untuk semua mata pelajaran kecuali Pendidikan Agama dan
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya.
5 Memberikan program remedi pengajaran, pengayaanpercepatan
bagi peserta didik yang membutuhkan. 6
Melaksanakan administrasi kelas sesuai dengan bidang tugasnya. b.
Guru mata pelajaran Tugas guru mata pelajaran antara lain sebagai berikut:
1 Menciptakan iklim belajar yang kondusif sehingga anak-anak
merasa nyaman belajar di kelassekolah. 2
Menyusun dan melaksanakan asesmen pada semua anak untuk mengetahui kemampuan dan kebutuhannya.
3 Menyusun program pembelajaran dengan kurikulum modifikasi
bersama-sama dengan guru pembimbing khusus GPK. 4
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan mengadakan penilaian kegiatan belajar mengajar untuk mata pelajaran yang menjadi
tanggung jawabnya. 5
Memberikan program perbaikan, pengayaanpercepatan bagi peserta didik yang membutuhkan.
Tanggung jawab penuh dalam pengajaran terletak pada guru kelas, namun bila ada kesulitan dalam pengajaran yang berhubungan dengan kelainan atau
kecacatan siswa, maka akan ada guru pembimbing khusus yang telah dipersiapkan sebagai guru ahli dalam bidang pendidikan khusus. Menurut Parwoto 2007: 24
tugas guru khusus adalah: 1 mendampingi dan memberikan bantuan kepada guru reguler agar mereka
mampu melayani kehadiran siswa berkebutuhan khusus di kelasnya, 2 pengadaan sarana dan media pendidikan khusus, 3 mencari solusi setiap
kesulitan sehubungan aktivitas belajar siswa berkebutuhan khusus, seperti menyunting braille, membuat media cetak, dan sebagainya, 4 membimbing
siswa berkebutuhan khusus yang membutuhkan bantuan untuk mengatasi kesulitan dalam PBM, 5 menyelenggarakan pembinaan kelompok siswa
berkebutuhan khusus secara periodik, mengadakan bimbingan dan konseling
terhadap orangtua
siswa berkebutuhan
khusus, 6
menyelenggarakan administrasi dan evaluasi khusus siswa berkebutuhan khusus, dan 7 mendampingi para siswa berkebutuhan khusus di dalam
mengikuti evaluasi sumatif danatau evaluasi tahap akhir.
40 Tugas guru pembimbing khusus yang dipaparkan di atas diharapkan dapat
membantu tugas guru kelas dalam memberikan layanan kepada anak berkebutuhan khusus. Optimalisasi peran guru pembimbing khusus, sebaiknya
disusun kerangka kerja GPK yang dipahami oleh pihak sekolah, guru, dan guru pembimbing khusus itu sendiri. Adapun tugas guru pembimbing khusus menurut
Tim ASB 2011: 32-33 yaitu sebagai berikut: a.
Menyusun instrumen assesmen pendidikan bersama sama guru kelas dan guru mata pelajaran.
b. Membangun sistem koordinasi dengan guru kelas, kepala sekolah, dan
peserta didik. c.
Melaksanakan pendampingan anak berkelainan pada kegiatan pembelajaran bersama sama dengan guru kelasguru mata pelajaranguru
bidang studi. d.
Memberikan bantuan layanan khusus bagi anak-anak berkelainan yang mengalami hambatan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas
umum, berupa remidi atau pengayaan. e.
Memberikan bimbingan secara berkesinambungan dan membuat catatan khusus kepada anak-anak berkelainan selama mengikuti kegiatan
pembelajaran, yang dapat dipahami jika terjadi pergantian guru. f.
Memberikan bantuan berbagai pengalaman dengan guru kelas danatau guru mata pelajaran agar mereka dapat memberikan pelayanan
pendidikan kepada anak-anak berkelainan.
Selain memberikan layanan akademik, sebagai sekolah inklsuif juga memberikan layanan dalam bentuk layanan non-akademik, hal yang berkaitan
dalam layanan non-akademik kepada anak berkebutuhan khusus yaitu tentang pemberian bekal keterampilan hidup. Semua anak harus berkembang secara
optimal, baik akademik maupun non-akademik. Oleh karena itu menurut Tim ASB 2011: 30 agar anak dapat berkembang dengan optimal maka:
Sekolah harus mewadahi penyaluran potensi minat dan bakat semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus. Dalam hal ini, sekolah dapat
menyusun program pengembangan keterampilan hidup untuk anak berkebutuhan khusus sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki. Dalam
pemberian keterampilan hidup bagi anak berkebutuhan khusus disesuaikan
41 dengan minat dan bakat yang dimiliki anak berkebutuhan khusus agar dapat
digunakan sebagai bekal anak berkebutuhan khusus yang nantinya hidup bermasyarakat.
Sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik khususnya peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus untuk dapat mengembangkan keterampilan
yang dimiliki sehingga dapat digunakan sebagai bekal setelah menyelesaikan pendidikannya di sekolah. Mempelajari berbagai mata pelajaran dan menguasai
sedikit keterampilan, menjadi persoalan penting bagi dunia pendidikan khusus yaitu tentang kelangsungan hidup ABK setelah menyelesaikan berbagai program
di sekolah. Berdasarkan kondisi yang ada, maka sekolah tentunya harus dapat berperan dalam membina ABK untuk dapat memiliki keterampilan hidup di
tengah-tengah masyarakat. Menurut Joppy Liando Aldjo Dapa 2007: 156-158 membagi life skills kecakapan hidup menjadi empat jenis, yaitu:
a. Kecakapan personal, yaitu kemampuan seseorang dan penghayatan diri
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara, untuk menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri
dan lingkungannya
b. Kecakapan sosial, yaitu kecakapan yang dimiliki seseorang dalam
hubungan dengan berkomunikasi secara empati. c.
Kecakapan akademik, merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir rasional yang masih bersifat umum, sedangkan kecakapan
akademik lebih mengarah kepada kegiatan yang bersifat keilmuan. d.
Kecakapan vokasional, yaitu kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat.
Selain pemberian bekal keterampilan hidup, di sekolah juga diadakan kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan bakat dan minat peserta didik.
Menurut Eka Prihatin 2011, 164 kegiatan ekstrakurikuler adalah “Kegiatan yang
42 dilakukan di luar jam pelajaran dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan
siswa”. Menurut Mulyono 2008: 187 kegiatan ekstrakurikuler merupakan: Kegiatan yang dilakukan di luar kelas dan di luar jam pelajaran untuk
menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki peserta didik, baik berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya
maupun dalam pengertian khusus untuk membimbing peserta didik dalam mengembangkan potensi dan bakat yang ada dalam dirinya melalui
kegiatan-kegiatan yang wajib maupun pilihan.
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang baik dan penting karena memberikan nilai tambah bagi siswa dan dapat menjadi barometer
perkembangankemajuan sekolah. Adanya kegiatan ekstrakurikuler peserta didik dapat memilih jenis kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan keinginannya untuk
mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya. Jenis kegiatan ekstrakurikuler menurut Hadari Nawawi Eka Prihatin, 2011: 160 adalah sebagai berikut:
1. Pramuka sekolah
2. Olahraga dan kesenian
3. Kebersihan dan keamanan sekolah
4. Tabungan pelajar dan pramuka
5. Majalah sekolah
6. Warungkantin sekolah
7. Usaha kesehatan sekolah
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa layanan anak berkebutuhan khusus merupakan layanan yang diberikan oleh seseorang guru
kepada orang lain anak berkebutuhan khusus untuk memenuhi kebutuhannya. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan inklusif harus mampu memberikan
layanan khususnya layanan yang berkaitan dengan layanan akademik serta layanan non-akademik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
Layanan akademik merupakan layanan yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Hal-hal yang berkaitan dengan layanan akademik adalah peserta
43 didik, kurikulum, sarana dan prasarana, serta pendidik. Layanan yang diberikan
sekolah berkaitan dengan peserta didik yaitu identifikasi dan assesmen bagi peserta didik. Layanan yang berkaitan dengan kurikulum yaitu penggunaan
kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus, pengembangan kurikulum di sekolah yang terdiri dari isimateri, proses pembelajaran, dan evaluasi atau penilaian.
Layanan sarana dan prasarana yaitu ketersediaan sarana dan prasarana bagi anak berkebutuhan khusus serta kesesuaian dengan jenis kebutuhan anak. Layanan
yang berkaitan dengan pendidik yaitu kesesuaian tugas serta cara mendidik peserta didik sesuai dengan jenis kebutuhan peserta didik. Layanan non-
akademik merupakan layanan yang berkaitan dengan pengembangan bakat, minat dan keterampilan peserta didik. Hal yang berkaitan dengan layanan kepada anak
berkebutuhan khusus yaitu tentang pemberian bekal keterampilan hidup serta kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di sekolah.
F. Hasil Penelitian yang Relevan