Pendidik Layanan sekolah terhadap anak berkebutuhan khusus yang berkaitan

86 paparan di atas, layanan anak berkebutuhan khusus di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif sekolah dasar wilayah Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo yang berkaitan dengan layanan akademik ditinjau dari aspek sarana dan prasarana dapat dibuat ringkasan temuan penelitian sebagai berikut: Tabel 7. Ringkasan temuan penelitian tentang layanan anak berkebutuhan khusus yang berkaitan dengan layanan akademik ditinjau dari aspek sarana dan prasarana Aspek SD Negeri Butuh SD Negeri Ngentakrejo Sarana dan prasarana 1. Belum ada sarana dan prasarana khusus untuk ABK seperti buku dan alat peraga masih sama. Belum ada ruangan khusus untuk pendampingan ABK. 2. Sarana prasarana yang digunakan dalam proses pembelajaran masih sama antara ABK dan non ABK. 1. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah sudah tercukupi. 2. Ada sarana prasarana khusus ABK berupa akses jalan untuk ABK namun belum digunakan dengan maksimal karena jenis kebutuhan yang ada di sekolah dirasa belum membutuhkan. 3. Ruangan khusus untuk pendampingan ABK baru dalam proses pembuatan. 4. Buku dan alat peraga yang digunakan dalam proses pembelajaran masih sama jenis kebutuhan peserta didik yang ada di sekolah masih bisa menggunakan sarana prasarana yang ada. Sumber: Diolah dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi 2016

d. Pendidik

Layanan sekolah yang ada di kedua sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif wilayah Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo dari aspek pendidik yaitu pendidik yang ada memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan anak yaitu dengan lebih didekati, lebih dipantau, diberikan perhatian khusus, lebih banyak diberikan komentar, diberikan pendampingan, lebih diprioritaskan, serta selalu diawasi. Selain itu, pendidik juga memberikan tambahan jam setelah pulang sekolah dengan memberikan privat kepada ABK untuk mengejar ketertinggalan 87 ABK. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas 1B SD Negeri Ngentakrejo juga mengatakan hal demikian yaitu: “Seperti yang saya sampaikan tadi Mbak, dalam menangai ABK lebih saya perhatikan dan lebih ditelateni Mbak. Untuk penempatan tempat duduk yang ABK saya tempatkan di tempat duduk yang paling depan kadang setelah pelajaran selesai saya memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang lain selain itu untuk memberikan jam tambahan kepada ABK saya mengambilkan dari jam lain Mbak, misalnya pada saat pelajaran SBK anak yang lain menggambar tapi untuk ABK masih saya berikan bimbingan Mbak”. Pernyataan tersebut diperkuat dengan yang dikemukakan oleh guru kelas 5A yaitu “Secara umum sama dengan anak yang lainnya hanya saja untuk anak berkebutuhan khusus lebih diberikan perhatian lebih misalnya dalam pembelajaran lebih diperhatikan atau diberikan pendampingan khusus”. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri Butuh, kegiatan belajar mengajar di kelas berjalan seperti pada umumnya. Guru menjelaskan materi kemudian setelah selesai menjelaskan diberikan tanya jawab. Anak berkebutuhan khusus lebih diperhatikan daripada teman yang lainnya. Materi yang diberikan juga masih sama dengan yang lain karena kurikulum yang digunakan juga masih sama. Pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan di SD Negeri Ngentakrejo berdasarkan hasil observasi yaitu cara mendidik guru pada dasarnya masih sama seperti guru pada umumnya, hanya saja untuk ABK lebih diberikan perhatian dibandingkan dengan yang lainnya. Materi yang disampaikan antara ABK dan non ABK juga masih sama. Pendidik berusaha memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan anak walaupun masih merasa kesulitan karena baru beberapa pendidik yang telah mengikuti diklat tentang pendidikan inklusif. Hasil dari diklat yang pernah diikuti 88 sudah diterapkan di sekolah namun ada yang belum bisa diterapkan di sekolah karena tidak sesuai dengan jenis kebutuhan yang ada di sekolah. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas 1B SD Negeri Ngentakrejo yaitu: P : “Apakah Ibu sudah pernah mengikuti diklat tentang pendidikan inklusif?” N : “Pernah, waktu itu hanya gambaran umum tentang ABK.” P : “Bagaimana penerapan dari diklat yang Ibu ikuti?” N : “Karena jenis kebutuhan paling banyak slow learner ya sudah saya terapkan tadi. Mulai dari kita mendeteksi anak yang kira-kira mengalami keterlambatan dan terus bagaimana cara mengatasinya. Kalau dia bisa mengikuti materi seperti yang lain ya dibiarkan tetapi kalau tidak bisa ya dibimbing tersendiri Mbak waktu pelajaran berlangsung. Dibimbing tersendiri itu maksudnya bukan setelah jam pelajaran selesai tapi saat pelajaran pun kita membimbing anak-anak yang kita curigai ABK dan setelah pulang sekolah kalau saya sempat saya bimbing tapi kebanyakan saya bimbing pada saat pelajaran berlangsung. Untuk yang diberikan bimbingan tersendiri ini biasanya lebih banyak ke ABK daripada yang lain, harusnya merata tapi lebih dikhususkan untuk ABK karena mereka lebih membutuhkan.” Guru kelas 6B juga pernah mengikuti diklat namun belum bisa menerapkan hasil diklat yang didapat, hal tersebut sesuai dengan wawancara yang dilakukan yaitu: P : “Apakah Ibu sudah pernah mengikuti diklat tentang pendidikan inklusif?” N : “Dulu pernah mengikuti menggantikan GPK yang ada di sini. Diklatnya tentang intervensi ABK tuna netra di Manado. Untuk yang mengikuti diklat dari Kulon Progo ada 2 dan di DIY ada 12 orang. 10 orang dari SLB dan 2 orang dari sekolah inklusif. Dalam diklat tersebut disuruh membuat RPI Rencana Pembelajaran Individual tetapi saya tidak bisa karena dalam mengajar saya masih secara umum.” P : “Bagaimana penerapan dari pelatihan yang pernah Ibu ikuti?” N : “Karena di sekolah ini tidak ada siswa yang tuna netra jadi belum bisa diterapkan.” 89 Pendidik SD Negeri Butuh yaitu guru kelas 3 pernah mengikuti diklat dan sudah berusaha menerapkannya. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan, yaitu: P : “Apakah Ibu pernah mengikuti pelatihan khusus tentang pendidikan inklusif?” N : “Hanya disuruh menghadiri. Awal pertama untuk pembentukan inklusi itu saya yang hadir dan saya sering mengikuti.” P : “Bagaimana penerapan dari diklat yang pernah Ibu ikuti?” N : “ Penerapannya karena saya belum pernah menemui inklusif yang berbeda hanya menemui inklusif yang seperti anak normal yaitu hanya lambat belajar, untuk penerapannya masih biasa. Hanya saja dikhususkan tempat duduknya, perhatiannya, dan pendampingannya.” Guru kelas 6 juga pernah mengikuti diklat. Pernyataan tersebut sesuai dengan wawancara yang dilakukan, yaitu: P : “Apakah Ibu telah mendapatkan pelatihan khusus tentang pendidikan inklusif?” N : “Saya sendiri sudah pernah mengikuti diklat Mbak selain itu Ibu Susi juga sudah pernah.” P : “Bagaimana penerapan dari pelatihan yang telah didapat?” N : “Pada intinya itu kita tidak boleh mendiskriminasi anak terus kita harus mengakui kalau itu juga ciptaan Tuhan yang patut kita samakan dengan yang lainnya maksudnya memanusiakan manusia jadi kita harus memberikan pelayanan sebaik mungkin sebagus mungkin.” Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa layanan sekolah yang ada di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif wilayah Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo dari aspek pendidik yaitu pendidik yang ada memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan anak yaitu dengan lebih didekati, lebih diberikan perhatian khusus, diberikan pendampingan, lebih diprioritaskan, serta selalu diawasi. Selain itu, pendidik juga memberikan tambahan jam setelah pulang sekolah dengan memberikan privat kepada ABK untuk mengejar 90 ketertinggalan ABK. Baru sebagian pendidik yang telah mengikuti diklat tentang pendidikan inklusif dan masih ada pendidik yang belum pernah mengikuti diklat sehingga pendidik merasa kesulitan dalam memberikan layanan kepada ABK. Penerapan dari diklat yang pernah didapat yaitu dengan memberikan materi yang dirasa lebih mudah, namun ada beberapa pendidik yang pernah mengikuti pelatihan namun belum bisa menerapkan karena kondisi sekolah. Berdasarkan paparan di atas, layanan anak berkebutuhan khusus di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif sekolah dasar wilayah Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo yang berkaitan dengan layanan akademik ditinjau dari aspek pendidik dapat dibuat ringkasan temuan penelitian sebagai berikut: Tabel 8. Ringkasan temuan penelitian tentang layanan anak berkebutuhan khusus yang berkaitan dengan layanan akademik ditinjau dari aspek pendidik Aspek SD Negeri Butuh SD Negeri Ngentakrejo Pendidik 1. Pendidik memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan peserta didik yaitu dengan memberikan perhatian lebih kepada ABK. 2. Pendidikan memberikan tambahan jam pelajaran kepada ABK. 3. Kompetensi yang dimiliki GPK sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang ada di sekolah. 4. Baru sebagian pendidik yang sudah pernah mengikuti diklat tentang pendidikan inklusif. 5. Pendidik merasa kesulitan dalam memberikan layanan kepada ABK. 6. Penerapan diklat yang pernah diikuti pendidik yaitu pendidik berusaha memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan anak. 1. Pemberian layanan kepada ABK masih sama hanya saja untuk ABK lebih diperhatikan. 2. Kompetensi yang dimiliki GPK sesuai dengan jenis kebutuhan peserta didik yang ada di sekolah. 3. Sekolah merasa kekurangan guru pembimbing khusus karena hampir di setiap kelas terdapat ABK. 4. Baru sebagian pendidik yang telah mengikuti pelatihan tentang pendidikan inklusif dan masih banyak pendidik yang belum pernah mendapatkan diklat sehingga merasa kesulitan memberikan layanan kepada ABK. 5. Penerapan dari diklat yang pernah diikuti yairu dengan memberikan pengecualian kepada ABK yaitu dengan memberikan materi yang dirasa lebih mudah, namun ada beberapa pendidik belum bisa menerapkan karena kondisi di sekolah. Sumber: Diolah dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi 2016 91

2. Layanan sekolah terhadap anak berkebutuhan khusus