teori bahwa dengan menggunakan metode eksperimen siswa dapat mengamati, mengukur, mengumpulkan data, menganalisa data, dan
menyimpulkan sangat cocok untuk mendalami fisika Dalam metode eksperimen terbimbing, siswa dituntut untuk
dapat mengkonstruksi pemikirannya sendiri. Pada saat belajar siswa harus aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan, menganalisis dan
akhirnya yang terpenting merangkumkannya sebagai suatu pengertian yang utuh. Metode eksperimen terbimbing juga melatih siswa untuk
menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan suatu masalah atau membuktikan suatu hipotesis. Oleh karena itu prestasi belajar siswa
lebih meningkat menggunakan metode ini.
2. Gender
Tujuan penelitian yang kedua adalah untuk mengetahui apakah gender berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hasil analisis
kemampuan awal menunjukkan bahwa mean siswa perempuan di kelas eksperimen dan siswa perempuan di kelas kontrol sungguh berbeda
secara signifikan. Setelah dilihat dari hasil mean tersebut dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa kemampuan awal siswa perempuan di
kelas eksperimen paling tinggi. Data posttest yang telah dianalisis menunjukkan bahwa mean
siswa laki-laki di kelas eksperimen dan siswa perempuan di kelas kontrol berbeda secara signifikan dengan mean siswa laki-laki di kelas
eksperimen = 79.73 mean siswa perempuan di kelas kontrol = 63.79; mean siswa perempuan di kelas eksperimen dan siswa laki-laki di
kelas kontrol berbeda secara signifikan dengan mean siswa perempuan di kelas eksperimen = 88.84 mean siswa laki-laki di kelas kontrol =
63.09; dan mean siswa perempuan di kelas eksperimen dan siswa perempuan di kelas kontrol berbeda secara signifikan dengan mean
siswa perempuan di kelas eksperimen = 88.84 mean siswa perempuan di kelas kontrol = 63.79.
Melihat hasil mean tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa perempuan di kelas eksperimen memiliki prestasi belajar yang paling
tinggi. Dari hasil pretest dan posttest menunjukkan kesimpulan yang sama. Untuk lebih membuktikan apakah siswa perempuan di kelas
eksperimen sungguh memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa lainnya, maka peneliti
menganalisis data selisih nilai posttest dengan pretest. Hasil dari analisis tersebut juga membuktikan bahwa siswa
perempuan di kelas eksperimen memiliki prestasi belajar yang paling tinggi. Untuk lebih menguatkan
kesimpulan tersebut, peneliti menganalisis data posttest siswa laki-laki dan perempuan di kelas
eksperimen dengan menggunakan Test-T Independen. Dari hasil analisis yang dilakukan untuk siswa kelas 10 di
kelas eksperimen dapat diketahui bahwa nilai t = 2.111, p = .044 α =
.05 maka hasilnya signifikan. Hal tersebut menandakan bahwa ada
perbedaan prestasi belajar siswa antara siswa perempuan dan laki-laki dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing. Selanjutnya,
nilai mean posttest siswa perempuan = 88.84 dan nilai mean posttest siswa laki-laki= 79. 73. Dengan melihat nilai mean posttest siswa
perempuan nilai mean posttest laki-laki maka dapat disimpulkan prestasi belajar siswa perempuan lebih baik daripada prestasi belajar
siswa laki-laki. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa perempuan membaik ditinjau dari peningkatan nilai pretest ke
posttest dan nilai mean posttest siswa perempuan lebih baik dari siswa laki-laki. Hal ini juga dikuatkan dengan penglihatan peneliti dan dari
hasil dokumentasi bahwa siswa perempuan lebih aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Dalam dasar teori dipaparkan bahwa pencapaian nilai sains, anak laki-laki melakukan sedikit lebih baik dalam sains dibandingkan
anak perempuan di kelas 4, 8, dan 12 sedangkan dalam studi lain, yang difokuskan untuk siswa kelas 8 dan 10, nilai anak laki-laki lebih tinggi
dibandingkan anak perempuan pada tes sains. Namun, dijelaskan juga dalam dasar teori bahwa kelas sains yang menekankan kegiatan
laboratorium, nilai ujian sains anak perempuan membaik.
D. Keterbatasan Penelitian