Metode Eksperimen Terbimbing LANDASAN TEORI

luas dan mendalam akan memungkinkan seorang guru menerima pandangan dan gagasan-gagasan siswa yang berbeda dan juga memungkinkan untuk menunjukkan apakah gagasan siswa itu jalan atau tidak. Kecuali menguasai bahan, guru konstruktivis perlu menguasai konteks dari bahan itu sehingga dapat menjelaskan bahan dengan latar belakang yang membantu siswa mengerti lebih mudah. Guru fisika kecuali mengerti isi bahan fisika juga perlu mengerti bagaimana isi itu dalam perkembangan sejarah fisika berkembang. Maka pengajaran fisika perlu dikaitkan dengan sejarah, perkembangan serta teknologi yang terkait.

B. Metode Eksperimen Terbimbing

1. Pengertian Metode Eksperimen Secara umum metode eksperimen adalah metode mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan memang benar. Jadi metode ini lebih untuk mengecek supaya siswa makin yakin dan jelas akan teorinya. Sering disebut metode laboratorium karena percobaan biasanya dilakukan di laboratorium. Biasanya metode eksperimen bukan untuk menemukan teori, tetapi lebih untuk menguji teori atau hukum yang sudah ditemukan para ahli. Namun, dalam praktek guru dapat pula melakukan eksperimen untuk menemukan teorinya atau hukumnya. Dalam hal ini seakan-akan teori atau hukum belum ditemukan, dan siswa diminta untuk menemukan. Tentu guru sudah tahu teori atau hukum sebelumnya dan bagi guru arah eksperimen harus jelas Dengan metode ini siswa dapat merasa bangga dan yakin karena seakan-akan menemukan sendiri Suparno, 2007: 77-78. Metode eksperimen dibedakan menjadi dua, yaitu eksperimen yang terencana atau terbimbing dan eksperimen bebas. Dalam banyak pembelajaran fisika di SMA dan SMP, kebanyakan eksperimen dipilih yang terbimbing atau terencana. Alasan utama adalah dengan model eksperimen terbimbing, hasilnya akan lebih cepat selesai dan lebih teratur dan terarah, sehingga siswa tidak mudah bingung Suparno, 2007: 78. 2. Eksperimen Terbimbing a. Maksud Metode Eksperimen Terbimbing Dengan eksperimen terbimbing seluruh jalannya percobaan sudah dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa. Langkah- langkah yang harus dibuat siswa, peralatan yang harus digunakan, apa yang harus diamati dan diukur semuanya sudah ditentukan sejak awal. Maka siswa tidak akan bingung tentang langkah-langkah yang akan dibuat. Data yang harus dikumpulkan dan kesimpulan mana yang akan dituju mereka cukup jelas. Tentu hasil kesimpulan tergantung data yang mereka lakukan. Biasanya ada petunjuk langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh siswa, ada lembar kerja LKS lembar kerja siswa Suparno, 2007: 78. b. Tugas Guru Menurut Suparno 2007: 78-79, untuk melakukan pembelajaran dengan eksperimen terbimbing, guru punya peran sangat penting. Beberapa hal yang harus dilakukan guru adalah: 1 Memilih eksperimen apa yang akan ditugaskan kepada siswa; 2 Merencanakan langkah-langkah percobaan: apa tujuannya, peralatan yang digunakan, bagaimana memakai percobaan, data yang harus dikumpulkan siswa, bagaimana menganalisis data, dan apa kesimpulannya; 3 Mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan sehingga pada saat siswa mencoba semua siap dan lancar; 4 Pada saat percobaan sendiri guru dapat berkeliling melihat bagaimana siswa melakukan percobaannya dan memberikan masukan kepada siswa; 5 Bila ada peralatan yang macet guru membantu siswa agar alat dapat jalan dengan baik; 6 Membantu siswa dalam menarik kesimpulan dengan percobaan yang dilakukan; 7 Bila siswa membuat laporan, maka guru harus memeriksanya; 8 Guru sebaiknya mempersiapkan petunjuk dan langkah percobaan dalam satu lembar kerja sehingga memudahkan siswa bekerja. c. Tugas Siswa Menurut Suparno 2007: 79, dalam eksperimen siswa entah sendiri atau dalam kelompok kecil melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru. Ada baiknya kelompok dibuat kecil sehingga siswa dapat sungguh melakukan percobaan dan bukan hanya melihat percobaan teman. Dalam percobaan, siswa antara lain akan melakukan tindakan berikut: 1 Membaca petunjuk percobaan dengan teliti; 2 Mencari alat yang diperlukan; 3 Merangkaikan alat-alat sesuai dengan skema percobaan; 4 Mulai mengamati jalannya percobaan; 5 Mencatat data yang diperlukan; 6 Mendiskusikan dalam kelompok untuk ambil kesimpulan dari data yang ada; 7 Membuat laporan percobaan dan mengumpulkan; 8 Dapat juga mempresentasikan percobaannya di depan kelas. 3. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Metode Eksperimen Menurut Hosnan 2014: 60, agar penggunaan metode eksperimen itu efisien, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Dalam eksperimen, setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa; b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih; c. Dalam eksperimen, siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaaran dari teori yang dipelajari itu; d. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka di samping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan,juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen; e. Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada. 4. Tahap Eksperimen Pembelajaran dengan metode eksperimen, menurut Palendeng 2003: 82, dalam Hosnan, 2014: 61-62, meliputi tahap-tahap berikut: a. Percobaan awal; pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. b. Pengamatan; merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. c. Hipotesis awal; siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. d. Verifikasi; kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. e. Aplikasi konsep; setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. f. Evaluasi; merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan. 5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen Menurut Sumantri 1999: 158, dalam Hosnan, 2014: 63-64, kelebihan metode eksperimen adalah sebagai berikut: a. Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaanya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku; b. Siswa aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukan; c. Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah; d. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objetif, relistik, dan menghilangkan verbalisme; e. Hasil belajar menjadi kepemilikan siswa yang bertalian lama. Menurut Hosnan 2014: 63, kelemahan metode eksperimen adalah: a. Metode ini memakan waktu yang banyak. Jika diterapkan dalam rangka pelajaran di sekolah, maka metode ini dapat menyerap waktu pelajaran; b. Kebanyakan metode ini cocok untuk sains dan teknologi, kurang tepat jika pada pelajaran lain, terutama bidang ilmu pengetahuan sosial; c. Pada hal-hal tertentu, seperti pada eksperimen bahan-bahan kimia, kemungkinan memiliki bahaya selalu ada. Dalam hal ini, faktor keselamatan kerja harus diperhitungkan; d. Metode ini memerlukan alat dan fasilitas yang lengkap. Jika kurang salah satu padanya, maka eksperimen tidak akan berhasil dengan baik. Berdasarkan pendapat diatas, Hosnan 2014: 64 menjelaskan bahwa penerapan metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran di sekolah memiliki kelebihan dan manfaat. Kelebihan tersebut berorientasi pada optimalnya kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif. Di samping kelebihan yang dapat dirasakan oleh siswa dalam pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen, ada juga kekurangan atau kelemahannya. Hal ini menuntut kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran eksperimen dengan mengawasi proses kerja sama dalam belajar yang dilakukan oleh siswa. Hal ini berarti bahwa peran guru sangatlah penting dalam memberikan pengawasan sekaligus bimbingan bagi siswa. Menurut Hosnan 2014: 65, aplikasipenerapan metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: a. Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; b. Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia harus disediakan; c. Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; d. Melakukan dan mengamati percobaan; e. Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; f. Menarik simpulan atas hasil percobaan; g. Membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

C. Prestasi Belajar

Dokumen yang terkait

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Dan Metode Demonstrasi

1 10 213

Pengaruh Metode Demonstrasi Untuk Menngkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Pada Materi Pembiasan Cahaya (Eksperimen Di Kelas V Mi Al-Musthofa Sempur)

2 16 112

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBANTU ANIMASI FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMBIASAN CAHAYA DI KELAS X SMA NEGERI 20 MEDAN T.P. 2013/2014.

0 3 3

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN LAPANGAN DAN EKSPERIMEN LABORATORIUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KLAS X DI SMA NEGERI 2 YOGYAKARTA

0 1 7

PENGARUH MEDIA SIMULASI PHET TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM KONSEP PEMBIASAN CAHAYA.

0 4 42

Efektivitas metode eksperimen bebas dan eksperimen terbimbing terhadap keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X SMAN 2 Ngaglik dalam materi pembiasan cahaya pada lensa.

2 4 180

Peningkatan prestasi belajar fisika siswa pada pokok bahasan pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya melalui animasi gambar Powerpoint pada kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

0 2 232

Peningkatan prestasi belajar fisika siswa pada pokok bahasan pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya melalui animasi gambar Powerpoint pada kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

0 5 230

PENGARUH METODE EKSPERIMEN SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN KALOR TERHADAP SIKAP DAN PRESTASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 CAWAS KLATEN

0 0 129

PENGARUH METODE DISCOVERY TERHADAP PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATERI PEMANTULAN CAHAYA SISWA KELAS X SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA TAHUN 2011-2012 Skripsi

0 0 158