menghambat efek dari vitamin K. Namun, jika dosis vitamin K dinaikkan, efek antikoagulan dari kumarin akan menurun Stockley, 2010.
C. Interaksi Obat dengan Herbal
Herbal merupakan produk yang mengandung senyawa fitokimia aktif secara biologis yang berasal dari tanaman. Herbal digunakan manusia untuk
menangani penyakit. Herbal dapat diperoleh dalam berbagai bentuk, seperti suplemen, ekstrak dalam kapsul, sirup atau minuman Wanwimolruk and
Prachayasittikul, 2014. Minuman herbal merupakan bentuk produk herbal paling populer digunakan karena efeknya yang menguntungkan dan penyiapannya yang
cukup mudah Showande, Fakeye, Tolonen, and Hokkane, 2013. Herbal kebanyakan mengandung lebih dari satu senyawa fitokimia aktif.
Maka dari itu, kemungkinan terjadinya interaksi akan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan interaksi antara dua obat konvensional. Pandangan yang
salah secara umum adalah bahwa obat herbal atau suplemen berasal dari tanaman sehingga aman untuk digunakan bersamaan dengan obat resep. Padahal, hal
tersebut tidak menjamin keamanan dari obat herbal, tidak menjamin obat herbal bebas dari efek samping maupun toksisitas dan potensi interaksi obat
Wanwimolruk and Prachayasittikul, 2014. Banyak praktik umum menggunakan jus, soda, atau minuman herbal
seperti seduhan air rosela Zobo drink untuk meminum obat Kolawole and Maduenyi, 2004. Penggunaan herbal bersamaan dengan obat menimbulkan
berbagai interaksi yang dapat merugikan. Misalnya, efek samping obat yang
serius terjadi karena interaksi antara terfenadine antihistamin dengan buah anggur, yang menyebabkan obat terfenadine ditarik dari peredaran. Studi
menunjukkan bahwa kandungan furanokumarin pada buah anggur menyebabkan inhibisi enzim CYP3A4 dan transporter obat P-glikoproteinP-gp, yang
mengakibatkan peningkatan kadar terfenadin dalam plasma. Peningkatan kadar terfenadine menyebabkan perpanjangan interval QT diikuti aritmia jantung
Wanwimolruk and Prachayasittikul, 2014. Seperti pada interaksi obat dengan obat, interaksi obat dengan herbal
memiliki prinsip yang sama, yaitu interaksi farmakokinetik dan interaksi farmakodinamik. Interaksi farmakodinamik obat dengan herbal tidak banyak
disorot, namun, pengaruh dari interaksi farmakodinamik dapat bersifat adisi atau sinergistik memperkuat efek farmakologi atau toksikologi dari obat, atau beraksi
antagonis obat herbal menurunkan efikasi dari obat konvensional. Interaksi herbal dengan warfarin merupakan contoh interaksi farmakodinamik yang
seringkali terjadi. Warfarin akan mengalami peningkatan efek antikoagulasi ketika diadministrasikan bersama herbal yang mengandung kumarin Wanwimolruk and
Prachayasittikul, 2014. Interaksi farmakokinetik obat dengan sejumlah herbal dapat mengubah
konsentrasi plasma dari obat konvensional Wanwimolruk and Prachayasittikul, 2014. Studi in vitro dan in vivo mengindikasikan bahwa perubahan konsentrasi
akibat pemberian bersamaan dengan herbal kemungkinan disebabkan oleh induksi atau inhibisi dari sejumlah enzim hepatik dan intestinal yang memetabolisme obat,
khususnya CYP450, dan atau transporter obat P-gp. Seperti diketahui, CYP450 merupakan enzim penting dalam metabolisme obat fase I Hussain, 2011.
D. Infusa