Rangkuman Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

gkg BB diduga kandungan aktif yang dimiliki infusa kelopak bunga rosela lebih banyak dibanding kelompok dosis sebelumnya sehingga dapat memberikan efek analgesik yang lebih besar. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol rosela 5 gkg BB, kelompok praperlakuan rosela 5 gkg BB dan ibuprofen memiliki perbedaan bermakna. Terjadi peningkatan persen proteksi rosela dari 67,61 ± 3,00 menjadi 95,77 ± 0,88 . Hasil analisis ini menunjukkan bahwa praperlakuan infusa rosela 5 gkg BB dapat meningkatkan efek analgesik ibuprofen. Namun sekali lagi dapat dilihat bahwa hasil penambahan persen proteksinya masih kurang dari penambahan sederhana antara persen proteksi ibuprofen 71,83 ± 2,46 dengan persen proteksi rosela dosis III 67,61 ± 3,00 , yang disebut dengan penambahan infra. Jika didasarkan pada gambar 3 mengenai prinsip interaksi menurut Donatus 1995, dapat diduga bahwa ibuprofen dan kelopak bunga rosela memiliki mekanisme kerja yang berbeda dalam efek penghambatan nyeri. Dengan begitu interaksi yang terjadi dapat digolongkan menjadi interaksi homoergi heterodinami, dengan luaran akibat berupa efek inhibisi penghambatan, karena peningkatan efek yang terjadi merupakan penambahan infra.

E. Rangkuman Pembahasan

Praperlakuan infusa kelopak rosela dapat meningkatkan persen proteksi ibuprofen pada dosis 5 kg BB mencit sebesar 33,34 . Interaksi yang terjadi diduga menimbulkan efek yang seragam berupa efek analgesik homoergi namun dengan mekanisme kerja yang berbeda heterodinami, dengan luaran berupa efek inhibisi atau penghambatan antagonisme. Asam asetat yang menjadi penginduksi nyeri pada penelitian ini diketahui bekerja secara tidak langsung dalam induksi pelepasan prostalglandin ke peritonium sehingga menstimulasi syaraf nyeri. Kandungan aktif dari kelopak bunga rosela sangat beragam, dan pada hasil penelitian ini ternyata terdapat aktivitas penghambatan nyeri pada dosis 2,5 gkg BB infusa. Maka dari itu peneliti menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai senyawa spesifik yang bertanggung jawab terhadap efek analgesik dari kelopak bunga rosela, serta mekanisme kerjanya. Berdasarkan pustaka sebelumnya, diketahui bahwa kandungan terbanyak kelopak bunga rosela adalah antosianin. Maka dapat diduga bahwa antosianin berperan dalam aktivitas analgesik yang dimiliki infusa kelopak bunga rosela. Antosianin golongan delfinidin dan sianidin diketahui memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim siklooksigenase 2 COX-2. Mekanisme ini terjadi pada level protein dan mRNA Miguel, 2011. Berdasarkan penelitian Showande, Fakeye, Tolonen, and Hokkanen 2013, ekstrak kelopak rosela memiliki potensi sebagai weak inhibitor. Ekstrak etanol rosela menunjukkan aktivitas inhibisi pada CYP1A2 CYP2C8 CYP2D6 CYP2B6 CYP2E1 CYP2C19 CYP3A4 CYP2C9 CYP2A6 secara in vitro. Penghambatan ekstrak etanol kelopak bunga rosela terhadap isoform CYP450 ini terjadi pada konsentrasi yang tinggi. Dari penemuan ini, belum bisa disimpulkan secara pasti apakah aktivitas inhibisi dari kelopak rosela ini mampu terjadi secara signifikan pada proses metabolisme ibuprofen. Ditambah bahwa enzim CYP2C9 yang paling banyak memetabolisme ibuprofen pada hasil penelitian tersebut merupakan enzim kedua terkecil yang dihambat oleh ekstrak etanol kelopak bunga rosela. Selain itu, perlu diperhatikan pula bahwa pada penelitian tersebut sediaannya merupakan ekstrak etanol, sedangkan penelitian ini menggunakan infusa. Mungkin saja pada bentuk sediaan ekstrak etanol, senyawa aktif yang bertanggung jawab dalam inhibisi CYP dapat tersari namun tidak tersari dalam bentuk sediaan infusa, sehingga pada hasil penelitian ini ditemuka bahwa pada dosis terendah infusa belum terjadi peningkatan persen proteksi yang signifikan. Masih terdapat berbagai kemungkinan mengenai mengapa inhibisi enzim ini terjadi pada ekstrak etanol secara in vitro namun tidak terlihat pada uji analgesik menggunakan infusa. Dari penelitian ini, mekanisme peningkatan efek analgesik ibuprofen cenderung diyakini terjadi akibat adanya aktivitas analgesik dari kandungan aktif infusa kelopak bunga rosela. Maka dari itu peneliti menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut terkait mekanisme interaksi yang terjadi antara infusa kelopak bunga rosela dengan ibuprofen dengan metode lain yang mendukung, misalnya uji secara in vitro, sehingga dapat diketahui reaksi inhibisi enzim yang terjadi secara spesifik, atau uji yang mengkaji pengaruh interaksi terhadap parameter farmakokinetika ibuprofen, sehingga dapat dilihat apakah benar terjadi peningkatan kadar obat ibuprofen akibat infusa kelopak bunga rosela. Pada hasil penelitian ini, pengaruh interaksi yang terjadi akibat pemberian infusa kelopak bunga rosela merupakan meningkatnya efek analgesik dari obat ibuprofen. Efek yang terjadi ini dapat dibilang menguntungkan secara terapi, namun belum diketahui apakah peningkatan yang terjadi dapat pula meningkatkan risiko efek samping dari ibuprofen atau tidak. Selain itu, pada dosis 2,5 gkg BB, penggunaan infusa rosela sendiri sudah memiliki efek analgesik yang hampir setara dengan ibuprofen. Melihat hasil penelitian ini, untuk pengobatan analgesik di masyarakat peneliti dapat menyarankan tiga hal. Masyarakat hanya perlu memilih hendak menggunakan obat herbal atau obat konvensional. Yang pertama, jika menghendaki menggunakan obat herbal, dapat digunakan infusa kelopak bunga rosela saja konsentrasi 20 dengan dosis 2,5 gkg BB mencit dikonversi ke manusia menjadi 277,07 mgkg BB manusia. Jika menghendaki menggunakan obat konvensional, ibuprofen saja dosis 200 mg cukup untuk memberi efek analgesik, tanpa harus disertai meminum infusa rosela. Yang kedua, menggunakan infusa rosela saja konsentrasi 20 dengan dosis 5 gkg BB mencit 554,14 mgkg BB manusia untuk menghasilkan efek analgesik setara ibuprofen. Yang ketiga, jika menghendaki tetap menggunakan minuman rosela bersama ibuprofen, cukup menggunakan rosela dosis 1,25 gkg BB mencit 138,53 mgkg BB manusia konsentrasi 20 untuk memberi efek analgesik. 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Praperlakuan infusa kelopak bunga rosela dapat meningkatkan efek analgesik ibuprofen pada mencit betina galur Swiss. 2. Infusa kelopak bunga rosela dapat meningkatkan efek analgesik ibuprofen secara signifikan sebesar 33,34 pada dosis 5 gkg BB. 3. Interaksi yang terjadi antara infusa kelopak bunga rosela dengan ibuprofen merupakan interaksi homoergi heterodinami dengan luaran berupa efek inhibisi penghambatan.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait senyawa spesifik yang bertanggung jawab dalam efek analgesik infusa kelopak bunga rosela dan mekanisme kerjanya dalam menurunkan jumlah kumulatif mencit betina galur Swiss. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme interaksi yang terjadi antara infusa kelopak bunga rosela dengan obat analgesik ibuprofen, misalnya secara in vitro , atau analisis terhadap parameter farmakokinetika ibuprofen.