4. Pembahasan hasil kelompok praperlakuan rosela
a. Praperlakuan dosis I Kelompok praperlakuan infusa kelopak bunga rosela dosis I 1,25 gkg
BB dengan ibuprofen memiliki perbedaan bermakna terhadap kontrol negatif. Perbedaan ini menunjukkan adanya persen proteksi pada kelompok ini. Persen
proteksi berasal dari pemberian infusa rosela 1,25 gkg BB diikuti dengan pemberian ibuprofen 26 mgkg BB. Hal ini semakin menguatkan bahwa
kombinasi infusa kelopak bunga rosela dan ibuprofen memiliki efek analgesik. Berdasarkan analisis terhadap kontrol positif, kelompok praperlakuan
infusa kelopak bunga rosela dosis I memiliki perbedaan yang tidak bermakna terhadap kontrol positif. Praperlakuan infusa dosis I memberikan persen proteksi
sebesar 65,73 ± 3,02, sedangkan persen proteksi ibuprofen sendiri adalah 71,83 ± 2,46. Dari sini dapat dilihat bahwa ternyata pemberian infusa kelopak bunga
rosela dosis I dengan ibuprofen menghasilkan persen proteksi yang lebih kecil dari persen proteksi ibuprofen sendiri, meskipun perbedaan persen proteksinya
tidak signifikan secara statistik. Melalui hasil ini timbul dugaan adanya interaksi yang menghasilkan efek inhibisi atau penghambatan berupa penambahan infra,
yaitu hasil penambahan kurang dari penjumlahan sederhana antara persen proteksi ibuprofen dengan persen proteksi infusa kelopak bunga rosela dosis I.
Jika dibandingkan dengan kontrol rosela dosis I, terdapat perbedaan bermakna dari praperlakuan infusa rosela dosis I dan ibuprofen dengan kontrol
rosela dosis I. Kelompok kontrol rosela dosis I memiliki persen proteksi sebesar 21,13 ± 3,83. Praperlakuan infusa rosela dosis I diikuti pemberian ibuprofen
memberi peningkatan persen proteksi rosela menjadi sebesar 65,73 ± 3,02. Melalui hal ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas analgesik pada kelompok
praperlakuan infusa rosela dosis I dan ibuprofen diduga cenderung lebih banyak berasal dari senyawa aktif ibuprofen dibanding pada kandungan aktif infusa
kelopak bunga rosela. Ibuprofen pada dosis terapi pada mencit = 26 mgkg BB dapat bekerja menghambat nyeri. Namun, pada infusa kelopak bunga rosela 1,25
gkg BB belum cukup untuk menimbulkan penghambatan geliat hingga ≥ 50 . Hal ini kemungkinan disebabkan kandungan aktif di dalam infusa kelopak bunga
rosela pada dosis 1,25 gkg BB masih sedikit dan belum cukup untuk memberikan efek analgesik.
Ibuprofen menghambat nyeri melalui penghambatan enzim COX-1 dan COX-2 secara nonselektif Lacy et al, 2008. Ibuprofen menghambat lewat
berkompetisi dengan substrat siklooksigenase asam arakidonat pada sisi aktifnya Botting, 2006. Kelopak bunga rosela menghambat nyeri dengan mekanisme
kerja yang diduga berasal dari kandungan terbanyak kelopak bunga rosela, yaitu antosianin. Antosianin khususnya delfinidin dan sianidin memiliki aktivitas
menghambat enzim COX-2 melalui transkripsi gen pengaktivasi COX-2 pada tingkat protein dan mRNAnya Miguel, 2011. Maka dapat dikatakan bahwa
infusa kelopak bunga rosela dan ibuprofen menghasilkan efek yang serupa homoergi, namun dengan mekanisme kerja yang berbeda heterodinami. Hasil
interaksi berupa penambahan infra menunjukkan luaran berupa inhibisi atau penghambatan.
b. Praperlakuan rosela dosis II Pemberian praperlakuan rosela dosis II 2,5 gkg BB dan ibuprofen 26
mgkg BB memiliki perbedaan bermakna terhadap kontrol negatif. Perbedaan ini menunjukkan adanya persen proteksi pada kelompok ini. Persen proteksi berasal
dari pemberian infusa rosela 2,5 gkg BB diikuti dengan pemberian ibuprofen 26 mgkg BB. Hal ini semakin menguatkan bahwa kombinasi infusa kelopak bunga
rosela dan ibuprofen memiliki efek analgesik. Berdasarkan analisis terhadap kontrol positif, praperlakuan rosela dosis II
diikuti pemberian ibuprofen memiliki perbedaan persen proteksi yang tidak bermakna terhadap kontrol positif. Kelompok praperlakuan rosela dosis II dan
ibuprofen memiliki persen proteksi sebesar 70,89 ± 2,05, sedangkan persen proteksi ibuprofen sendiri adalah 71,83 ± 2,46. Di sini persen proteksi
kelompok praperlakuan infusa kelopak bunga rosela dosis II dan ibuprofen juga lebih kecil dibanding persen proteksi ibuprofen sendiri, meskipun tidak berbeda
bermakna secara statistik. Hal ini menguatkan dugaan adanya aktivitas interaksi dengan efek inhibisi di antara kedua komponen infusa kelopak bunga rosela dan
ibuprofen, di mana kedua komponen ini dapat saling meniadakan. Jika dibandingkan dengan kontrol rosela dosis II, terdapat pebedaan
bermakna dari praperlakuan infusa rosela dosis II dan ibuprofen dengan kontrol rosela dosis II. Kelompok kontrol rosela dosis II memiliki persen proteksi sebesar
52,58 ± 2,39 . Praperlakuan infusa rosela dosis II diikuti pemberian ibuprofen memberi peningkatan persen proteksi rosela menjadi sebesar 70,89 ± 2,05 .
Ibuprofen pada dosis terapi pada mencit = 26 mgkg BB dapat bekerja
menghambat nyeri. Kelompok kontrol infusa kelopak bunga rosela pada dosis 2,5 gkg BB sendiri telah cukup untuk menimbulkan penghambatan geliat hingga
mencapai persen p roteksi ≥ 50 . Hasil kombinasi infusa dosis II dengan
ibuprofen menimbulkan efek analgesik yang meningkat. Namun, hasil penambahan persen proteksinya masih kurang dari penambahan sederhana antara
persen proteksi ibuprofen 71,83 ± 2,46 dengan persen proteksi rosela dosis II 52,58 ± 2,39, yang disebut dengan penambahan infra.
c. Praperlakuan rosela dosis III Kelompok praperlakuan infusa kelopak bunga rosela dosis III 5 gkg
BB dan ibuprofen memiliki perbedaan bermakna terhadap kontrol negatif. Perbedaan ini menunjukkan adanya persen proteksi pada kelompok ini. Persen
proteksi berasal dari pemberian infusa rosela 5 mgg diikuti dengan pemberian ibuprofen 26 mgkg BB. Hal ini semakin menguatkan bahwa kombinasi infusa
kelopak bunga rosela dan ibuprofen memiliki efek analgesik. Hasil analisis terhadap kontrol positif menunjukkan bahwa kelompok
praperlakuan infusa kelopak bunga rosela dosis III memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol positif. Kelompok praperlakuan rosela dosis III
memiliki persen proteksi sebesar 95,77 ± 0,88, sedangkan kelompok kontrol positif ibuprofen memiliki persen proteksi sebesar 71,83 ± 2,46. Terjadi
peningkatan persen proteksi dari ibuprofen ketika diberi praperlakuan infusa rosela dengan dosis 5 gkg BB. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian infusa
kelopak bunga rosela pada dosis infusa kelopak bunga rosela 5 gkg BB bersama dengan ibuprofen mampu meningkatkan efek analgesik ibuprofen. Pada dosis 5
gkg BB diduga kandungan aktif yang dimiliki infusa kelopak bunga rosela lebih banyak dibanding kelompok dosis sebelumnya sehingga dapat memberikan efek
analgesik yang lebih besar. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol rosela 5 gkg BB, kelompok
praperlakuan rosela 5 gkg BB dan ibuprofen memiliki perbedaan bermakna. Terjadi peningkatan persen proteksi rosela dari 67,61 ± 3,00 menjadi 95,77 ±
0,88 . Hasil analisis ini menunjukkan bahwa praperlakuan infusa rosela 5 gkg BB dapat meningkatkan efek analgesik ibuprofen. Namun sekali lagi dapat dilihat
bahwa hasil penambahan persen proteksinya masih kurang dari penambahan sederhana antara persen proteksi ibuprofen 71,83 ± 2,46 dengan persen
proteksi rosela dosis III 67,61 ± 3,00 , yang disebut dengan penambahan infra. Jika didasarkan pada gambar 3 mengenai prinsip interaksi menurut
Donatus 1995, dapat diduga bahwa ibuprofen dan kelopak bunga rosela memiliki mekanisme kerja yang berbeda dalam efek penghambatan nyeri. Dengan
begitu interaksi yang terjadi dapat digolongkan menjadi interaksi homoergi heterodinami, dengan luaran akibat berupa efek inhibisi penghambatan, karena
peningkatan efek yang terjadi merupakan penambahan infra.
E. Rangkuman Pembahasan