Penetapan Kadar Air Simplisia Serbuk Kelopak Bunga Rosela Hasil Pembuatan Infusa Kelopak Bunga Rosela Penentuan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat

49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penetapan Kadar Air Simplisia Serbuk Kelopak Bunga Rosela

Kelopak bunga rosela diperoleh dalam bentuk kelopak kering, dengan determinasi yang telah dilakukan oleh CV Merapi Farma Herbal Yogyakarta Lampiran 1. Serbuk halus yang diperoleh dari hasil pengayakan serbuk kelopak bunga rosela total adalah sebesar 482,8 gram. Penetapan kadar air dilakukan untuk mengontrol kualitas dari simplisia serbuk kelopak rosela. Menurut Kepmenkes Tahun 1994 Nomor 661 tentang Persyaratan Obat Tradisional, kadar air dalam sediaan serbuk tidak boleh melebihi 10 . Hal ini perlu dijaga karena ketika kadar air 10, reaksi enzimatik pada serbuk masih dapat terjadi sehingga terdapat kemungkinan berubahnya kandungan metabolit aktif dalam rosela Katno, Kusumadewi, dan Sutjipto, 2008. Kadar air diukur menggunakan instrumen moisture balance sebanyak tiga kali replikasi. Hasil yang diperoleh yaitu kadar air dalam serbuk 10, dengan rata-rata sebesar 6,975 . Hal ini menunjukkan bahwa serbuk kelopak rosela yang dibuat telah memenuhi standar kadar air serbuk yang baik.

B. Hasil Pembuatan Infusa Kelopak Bunga Rosela

Infusa kelopak bunga rosela 20 diperoleh dari melarutkan 5 gram serbuk kelopak bunga rosela dengan 25 ml aquadest dan dipanaskan selama 15 menit pada saat suhu mencapai 90 o C dengan kondisi panci tertutup agar suhu tidak terpengaruh suhu lingkungan. Hasil pembuatan infusa berwarna merah keunguan gelap karena kandungan aktifnya, salah satunya antosianin, yang memberi warna pada kelopak bunga rosela. Bentuknya berupa cairan agak kental yang menunjukkan konsistensi infusa kelopak bunga rosela konsentrasi 20 , dengan bau harum khas rosela dengan rasa asam. Hasil tersebut telah sesuai dengan sifat umum minuman herbal rosela.

C. Penentuan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat

Uji penentuan selang waktu dilakukan untuk memperkirakan waktu yang tepat menginjeksikan asam asetat penginduksi nyeri, sehingga bertepatan dengan saat senyawa analgesik ibuprofen yang diberikan secara oral terabsorpsi. Waktu yang dipilih merupakan waktu yang memberikan jumlah geliat yang optimal tidak terlalu banyak maupun terlalu sedikit, karena pada saat itulah diperkirakan senyawa uji mulai bekerja. Selang waktu yang diujikan adalah 10, 15, dan 20 menit. Dari hasil uji, diperoleh rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada masing-masing selang waktu, yang ditunjukkan pada tabel I. Tabel I. Rata-rata jumlah kumulatif geliat pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat 50 mgkg BB Keterangan: Mean = rata-rata kumulatif geliat SE = standard error No Selang waktu Kumulatif Geliat Mean ± SE 1 10 25,33 ± 3,18 2 15 28,00 ± 1,00 3 20 11,00 ± 1,53 Melalui tabel I, dapat dilihat bahwa selang waktu 10 menit memberikan jumlah geliat cukup banyak, begitu juga pada selang waktu 15 menit, dan 20 menit menunjukkan geliat paling sedikit. Pada grafik Gambar 9 dapat dilihat perkembangan rata-rata kumulatif geliat yang terjadi pada kelompok selang waktu 10, 15, dan 20 menit. Uji ANOVA dan uji Scheffe dilakukan untuk melihat perbedaan antarkelompok. Hasil analisis ANOVA Lampiran 7 menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antarkelompok p≤0,05. Tabel II. Hasil uji Scheffe data geliat mencit untuk penetapan selang waktu pemberian asam asetat Kelompok selang waktu 10 15 20 10 - TB B 15 TB - B 20 B B - Keterangan : B = berbeda bermakna TB = berbeda tidak bermakna Gambar 10. Grafik menit untuk pemberian asam asetat vs rata-rata kumulatif geliat 25,33 28,00 11,00 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 10 menit 15 menit 20 menit rata -r ata ku m u latif g e li at waktu pemberian asam asetat Orientasi Selang Waktu Pemberian Asam Asetat rata-rata kumulatif geliat Dari hasil uji Scheffe Tabel II, dapat dilihat bahwa kelompok selang waktu 10 dengan 15 menit tidak memiliki perbedaan bermakna secara statistik, yang menunjukkan bahwa pada kedua selang waktu tersebut aktivitas analgesik dari ibuprofen belum nampak optimal bekerja untuk menghambat geliat yang timbul akibat asam asetat. Sementara itu pada kelompok selang waku 20 menit, terdapat jumlah geliat yang berbeda bermakna terhadap kedua kelompok selang waktu lainnya. Kelompok selang waktu 20 menit memiliki jumlah geliat lebih sedikit dibanding selang waktu 10 dan 15 menit, yang menandakan adanya aktivitas penghambatan geliat pada ibuprofen yang mulai bekerja. Oleh sebab itu, waktu 20 menit dipilih pada penelitian ini sebagai selang waktu pemberian asam asetat setelah pemberian ibuprofen secara oral.

D. Pengaruh Praperlakuan Infusa Kelopak Bunga Rosela terhadap Efek Analgesik Ibuprofen