Distribusi Biotransformasi atau metabolisme

23 tekanan hidrostatik dan intralumenal, kapasitas buffer, dan tonisitas Wagner, 1975.

2. Distribusi

Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah Setiawati, Zulnida, Suyatna, 2002. Distribusi merupakan proses perpindahan obat dari sirkulasi sistemik menuju ke jaringan dan organ tubuh serta ke cairan tubuh lainnya seperti cairan interstitial dan cairan intercellular Wilkinson, 2001. Distribusi obat dibedakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya di dalam tubuh. Distribusi fase pertama berjalan dengan cepat yaitu ke organ-organ yang perfusinya cepat seperti hati, ginjal, dan otak. Distribusi fase kedua memerlukan waktu lebih lama sebelum mencapai keseimbangan konsentrasi obat di jaringan dengan yang di dalam darah, yaitu ke organ-organ yang perfusinya tidak secepat organ di atas seperti otot, visera, kulit, dan jaringan lemak Setiawati dkk., 2002; Wilkinson, 2001.

3. Biotransformasi atau metabolisme

Biotransformasi atau metabolisme obat ialah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal. Selain itu, pada umumnya obat menjadi inaktif sehingga biotransformasi sangat berperan dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 mengakhiri kerja obat Setiawati dkk., 2002. Biotransformasi terjadi pada hati, saluran cerna, ginjal, dan paru-paru Wilkinson, 2001. Reaksi biotransformasi obat dapat dibedakan menjadi 2 fase. Reaksi fase I adalah reaksi fungsional yang mengubah obat menjadi metabolit yang lebih polar, meliputi reaksi oksidasi, reduksi, dan hidrolisis Setiawati dkk., 2002. Reaksi fase II merupakan reaksi biosintetik konjugasi. Reaksi ini merupakan reaksi konjugasi obat atau metabolit hasil reaksi fase pertama dengan menggunakan substrat endogen seperti asam glukuronat, sulfat, glutation, asam amino atau asetat. Konjugat yang dihasilkan akan bersifat polar, inaktif dan dengan cepat dapat diekskresi melalui urin dan feses Setiawati dkk., 2002; Wilkinson, 2001.

4. Ekskresi