Uji Koefisien Determinasi R

69 b. b 2 = Market Value Added MVA H o : b 2 = 0, artinya Market Value Added MVA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. H a : b 2 ≠ 0, artinya Market Value Added MVA berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan tingkat signifikan α 5, jika nilai sig. t 0,05 H diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig. t ≤ 0,05 H a diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai t hitung juga dapat dibandingkan dengan nilai t tabel . Kriteria pengambilan keputusannya yaitu: a. H tidak ditolak jika t tabel t hitung t tabel pada α = 5 b. H a tidak ditolak jika t hitung t tabel dan t hitung t tabel pada α = 5

3.8.2.2.3 Uji Koefisien Determinasi R

2 Koefisien determinasi R 2 pada intinya mengukur seberapa jauh proporsi atau persentase sumbangan variabel bebas, yaitu Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA terhadap variabel terikat berupa harga saham perusahaan Kuncoro, 2006:220, dimana : 0 R 2 1 Apabila nilai R 2 suatu regresi semakin besar mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas yaitu Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA terhadap variabel terikat berupa harga saham perusahaan juga semakin besar. Artinya, kemampuan model yang dipakai semakin Universitas Sumatera Utara 70 kuat untuk menerangkan pengaruh Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA terhadap harga saham perusahaan. Sebaliknya, jika R 2 suatu regresi semakin kecil mendekati nol, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas, yaitu Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA terhadap variabel terikat berupa harga saham perusahaan juga semakin kecil. Artinya, kemampuan model yang dipakai tidak cukup kuat untuk menerangkan pengaruh Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA terhadap harga saham perusahaan. Universitas Sumatera Utara 71

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan Perbankan

4.1.1 PT Bank ICB Bumiputera, Tbk

Bank ICB Bumiputera mulai beroperasi sejak 12 Januari 1990 dengan nama Bank Bumiputera, sebagai perusahaan yang dimiliki oleh AJB Bumiputera 1912, perusahaan asuransi jiwa tertua di Indonesia. Bank Bumiputera telah menjadi perusahaan go public sejak tahun 2002, dengan struktur kepemilikan pemegang saham pada saat itu adalah AJB Bumiputera 37,50, PT Cipta Usaha Citra Dana 37.50 dan Masyarakat 25,00. ICB Financial Group Holdings AG melakukan perubahan nama dan logonya menjadi Bank ICB Bumiputera di tahun 2009. Di tahun 2012 komposisi kepemilikan saham sebesar ICB Financial Group Holdings AG 69,90, AJB Bumiputera 5,45, SGBT 5,92, dan publik 18,73.

4.1.2 PT Bank Capital Indonesia, Tbk

Bank Capital Indonesia, Tbk didirikan pada tanggal 20 April 1989 dengan nama PT Bank Credit Lyonnais Indonesia dan merupakan bank campuran joint venture antara Credit Lyonnais SA, Prancis dengan PT Bank Internasional Indonesia, Tbk Jakarta. Sejak Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa RUPSLB pada tanggal 31 Agustus 2004, secara resmi saham Credit Lyonnais diakuisisi oleh Danny Nugroho yang hingga kini menjabat sebagai Presiden Komisaris Bank Capital. Sejak 4 Oktober 2007 Bank Capital telah mendaftarkan Universitas Sumatera Utara 72 sahamnya di Bursa Efek Indonesia dan menjadi bank publik. Struktur kepemilikan saham di tahun 2012 ialah Danny Nugroho 21,61, Inigo Investment Ltd. 15,38, Zen Gem Investment Ltd 14,28, Mount-8 Holding Offshore Ltd 9,89, dan masyarakat 38,83.

4.1.3 PT Bank Central Asia, Tbk

Bank Central Asia mulai beroperasi pada tanggal 21 Februari 1957 dan berkantor pusat di Jakarta. Bank Central Asia didirikan dengan nama NV Perseroan Dagang dan Industrie Semarang Kritting Factory sebagai cikal bakal Bank Central Asia. Setelah melakukan perubahan nama beberapa kali, perubahan terakhir pada tanggal 21 Mei 1974, yaitu PT. Bank Central Asia. Tahun 1998, Bank Central Asia mengalami rush sehingga harus direkapitalisasi oleh BPPN yang menguasai 92,8 saham bank. Tahun 2000 Bank Central Asia melakukan IPO dan sejak tahun 2002 FarIndo Investment Mauritius Limited mengambil alih 51 total saham bank. Hingga tahun 2012, Bank Central Asia telah memiliki 1011 kantor cabang serta 12.026 gerai ATM.

4.1.4 PT Bank Bukopin, Tbk

Bank Bukopin berdiri pada tanggal 10 Juli 1970 didirikan dengan badan hukum koperasi. Di tahun 1987 bank bukopin melakukan penggabungan usaha merger dengan beberapa bank. Di tahun 1989 Bank bukopin mengubah status hukum menjadi badan hukum Perseroan Terbatas. Bank Bukopin melakukan Initial Public Offering pada bulan Juli 2006, saat ini struktur kepemilikan saham bank bukopin ialah Negara Republik Indonesia 13,04, KOPELINDO 31,73, YABINSTRA 9,40, Koperasi Perkayuan APKINDO MPI 5,05, Universitas Sumatera Utara 73 dan masyarakat 40,78. Kapitalisasi pasar bank bukopin sampai dengan Februari 2013 sebesar 6.154.974.692.740.

4.1.5 PT Bank Negara Indonesia Persero, Tbk

Bank Negara Indonesia berdiri pada 5 Juli 1946 merupakan bank pertama yang didirikan dan dengan nama “Bank Negara Indonesia” sebagai bank pertama yang dimiliki pemerintah untuk mengatur pengeluaran dan peredaran mata uang rupiah. Sehubungan dengan perubahan modal tahun 1955, status Bank Negara Indonesia berubah menjadi bank umum. Tahun 1992, status hukum dan nama Bank Negara Indonesia berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia Persero. Pada tahun 1996, Bank Negara Indonesia mencatatkan sahamnya di bursa efek dan menjadikannya sebagai bank pemerintah pertama yang menjadi perusahan terbuka. Saat ini struktur kepemilikan saham Bank Negara Indonesia dimiliki oleh Negara Republik Indonesia 60 dan masyarakat 40 dengan kapitalisasi pasar sebesar 84.925.981.507.800.

4.1.6 PT Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk

Bank Rakyat Indonesia berdiri sejak 16 Desember 1895 di Purwokerto, Jawa Tengah. Sebagai bank komersial tertua, Bank Rakyat Indonesia konsisten memberikan pelayanan kepada segmen mikro, kecil dan menengah MKM. Setelah mengalami beberapa kali mengalami perubahan nama dan perubahan status akhirnya Bank Rakyat Indonesia secara resmi ditetapkan pemerintah sebagai bank umum pad atanggal 18 Desember 1968. Sejak 10 November 2003 Bank Rakyat Indonesia telah menjadi Perseroan Terbuka dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, kini Bursa Efek Indonesia. Saham Bank Rakyat Universitas Sumatera Utara 74 Indonesia sampai saat ini tergabung dalam indeks saham LQ-45 dan menjadi salah satu saham unggulan blue-chip di BEI. Pemegang saham mayoritas Bank Rakyat Indonesia adalah Pemerintah Republik Indonesia dengan jumlah kepemilikan saham mencapai 56,75, sementara sisanya sebesar 43,25 dimiliki oleh pemegang saham publik.

4.1.7 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk

Bank Danamon terbentuk pada tahun 1956 ketika didirikan sebagai Bank Kopra Indonesia. Di tahun 1976 nama tersebut kemudian diubah menjadi PT Bank Danamon Indonesia. Di tahun 1988, Danamon menjadi bank devisa dan setahun kemudian mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta. Di tahun 1999, Pemerintah Indonesia melalui BPPN, melakukan rekapitalisasi sebesar Rp 32,2 triliun dalam bentuk obligasi pemerintah. Pada tahun 2003, Asa Financial Indonesia Pte.Ltd mengakuisisi Danamon, melalui konsorsium Fullerton Financial Holdings, anak perusahaan sepenuhnya yang dimiliki Temasek Holdings dan Deutsche Bank AG yang merupakan pemegang saham pengendali. Per Desember 2011, Danamon merupakan bank keenam terbesar di Indonesia dalam hal jumlah aset, kelima terbesar dalam jumlah kapitalisasi pasar.

4.1.8 PT. Bank Pundi Indonesia, Tbk

Bank Pundi Indonesia berdiri pada tanggal 11 September 1992 dengan nama PT. Executive International Bank. Nama Perseroan kemudian di ubah menjadi PT. Bank Eksekutif Internasional tanggal 16 Januari 1996 dan berkembang menjadi Perusahaan Terbuka setelah pada tanggal 22 Juni 2001 Universitas Sumatera Utara 75 setelah memperoleh Pernyataan Efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam untuk melakukan Penawaran Umum Perdana sebanyak 277.500.000 saham dengan nominal Rp.100,- kepada Masyarakat dan mencatatkan saham tersebut di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 13 Juli 2001 dengan kode saham BEKS. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang diadakan pada tanggal 30 Juni 2010 telah menyetujui perubahan nama Perseroan dari PT. Bank Eksekutif Internasional, Tbk., menjadi PT. Bank Pundi Indonesia, Tbk. seiring kesepakatan masuknya PT. Recapital Securities sebagai Pemegang Saham Pengendali yang diputuskan di dalam Rapat yang sama.

4.1.9 PT Bank Kesawan, Tbk

Bank Kesawan didirikan pada tanggal 1 April 1913, dengan nama NV Chungwha Shangyeh Maatschappij The Chinese Trading Company Limited di Medan. NV Chunghwa Shangyeh bergerak dalam bidang simpan pinjam juga bergerak dalam bidang perdagangan umum. Tahun 1958 NV Chunghwa Shangyeh resmi melakukan kegiatan sebagai Bank Umum dan pada tahun 1962 bentuk usaha berganti menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Bank Changhwa Shangyeh. Pada tahun 1965, PT Bank Chunghwa Shangyeh berganti nama menjadi PT Bank Kesawan dan untuk lebih memantapkan posisi Bank maupun pengembangan usaha yang lebih baik. Bank Kesawan menjadi Bank Publik pada tahun 2002 dengan Penawaran Saham Umum Perdana sejumlah 78,8 juta lembar melalui Bursa Efek Jakarta. Dalam penawaran umum saham ini dikeluarkan pula Waran Seri I dengan jangka waktu pelaksanaan di tahun 2003 Universitas Sumatera Utara 76 sampai dengan 2005. Struktur kepemilikan saham ialah Qatar National Bank 69,59, PT Adhi Tirta Mustika 19,61, dan masyarakat 10,80.

4.1.10 PT Bank Mandiri Persero, Tbk

Bank Mandiri didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah, yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor, dan Bank Pembangunan Indonesia dilebur menjadi Bank Mandiri. Pada tanggal 2 Juni 2003, Bank Mandiri telah menyampaikan pernyataan pendaftaran sehubungan dengan Penawaran Umum Perdana Saham Initial Public Offering yang selanjutnya disebut IPO kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Bapepam-LK. Pada tanggal 14 Juli 2003, Bank Mandiri melakukan IPO atas 4.000.000.000 lembar saham Biasa Seri B, dengan nilai nominal Rp. 500 nilai penuh per lembar saham yang dijual dengan harga Rp. 675 nilai penuh perlembar saham. Penawaran umum kepada masyarakat tersebut merupakan divestasi atas 20,00 saham Bank Mandiri milik pemerintah. Struktur kepemilikan saham Bank Mandiri ialah Negara Republik Indonesia 60 dan masyarakat 40.

4.1.11 PT Bank Bumi Arta, Tbk

Bank Bumi Arta didirikan dengan nama Bank Bumi Arta Indonesia di Jakarta tanggal 3 Maret 1967. Pada tanggal 18 September 1976, Bank Bumi Arta mendapat izin dari Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk menggabungkan usahanya dengan Bank Duta Nusantara. Melalui Paket Oktober PAKTO 1988 Bank Bumi Arta ditingkatkan statusnya menjadi Bank Devisa. Pada tanggal 14 Universitas Sumatera Utara 77 September 1992 dengan izin dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia nama Bank Bumi Arta Indonesia diganti menjadi Bank Bumi Arta. Untuk memperkuat struktur permodalan, operasional bank, dan pengelolan bank yang lebih profesional dan transparan, berprinsip pada Good Governence dan Risk Management, maka pada tanggal 1 Juni 2006 Bank Bumi Arta melaksanakan Penawaran Umum Perdana IPOInitial Public Offering dengan mencatatkan sahamnya sebanyak 210.000.000 saham atau sebesar 9,10 dari saham yang ditempatkan. Struktur kepemilikan modal Bank Bumi Arta ialah PT Surya Husada Investment 45,54, PT Dana Graha Agung 27,27, PT Budiman Kencana Lestari 18,18, dan sisanya masyarakat 9,09.

4.1.12 PT Bank CIMB Niaga, Tbk

Bank CIMB Niaga berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama PT Bank Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada pembangunan nilai-nilai utama dan profesionalisme di bidang perbankan. Bank CIMB Niaga menjadi perusahaan terbuka di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya kini Bursa Efek IndonesiaBEI pada tahun 1989. Keputusan untuk menjadi perusahaan terbuka merupakan tonggak bersejarah bagi Bank Niaga dengan meningkatkan akses pendanaan yang lebih luas. Pada Bulan Mei 2008, nama Bank Niaga berubah menjadi Bank CIMB Niaga. Bergabungnya Lippobank ke dalam Bank CIMB Niaga merupakan lompatan besar di sektor perbankan Asia Tenggara. Penggabungan ini juga menjadikan Bank CIMB Niaga menjadi bank terbesar ke-5 dalam hal aktiva, pendanaan, kredit dan luasnya jaringan cabang. Per 31 Desember 2012, CIMB Niaga memiliki total 974 jaringan kantor dan 2.257 Universitas Sumatera Utara 78 ATM, 231 CDM, dan 225 SST. Struktur kepemilikan Bank CIMB Niaga ialah CIMB Group 95,92, PT Commerce Capital 1,02, dan masyarakat 2,06

4.1.13 PT Bank Permata, Tbk

Bank Permata didirikan melalui merger dari lima bank di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN, yaitu PT Bank Bali, Tbk, PT Bank Universal, Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2004, Bank Standard Chartered dan PT Astra International, Tbk mengambil alih Bank Permata dan memulai proses transformasi secara besar-besaran di dalam organisasi. Selanjutnya, sebagai wujud komitmennya terhadap Bank Permata, kepemilikan gabungan pemegang saham utama ini meningkat menjadi 44,56 untuk masing- masing kepemilkan saham. Bank Permata memiliki aspirasi untuk menjadi penyedia jasa keuangan terkemuka di Indonesia, dengan fokus di segmen konsumer dan komersial. Bank Permata sampai saat ini telah memiliki 300 cabang termasuk 10 cabang Syariah dan 811 ATM dengan akses tambahan di lebih 50.000 ATM VisaPlus, VisaElectron, MC, Alto, ATM Bersama dan ATM Prima.

4.1.14 PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk

Bank Tabungan Pensiunan Nasional BTPN didirikan di Bandung pada 5 Februari 1958 dengan nama Bank Pegawai Pensiunan Militer BAPEMIL untuk melayani pensiunan militer. Tahun 1993, bank meningkatkan izin untuk menjadi bank komersial dan mengubah nama menjadi Bank Tabungan Pensiunan Nasional BTPN. Pada tanggal 12 Maret 2008, BTPN sukses melakukan go public dengan Universitas Sumatera Utara 79 melepas saham milik pemerintah c.q. PT Perusahaan Pengelola Aset PPA sebesar 28,39. Pada tanggal 14 Maret 2008, TPG Nusantara, S.a.r.l. mengakuisisi 71,6 saham BTPN sehingga menjadi pemegang saham utama. Hingga tahun 2012, struktur kepemilikan saham BTPN ialah TPG Nusantara S.a.r.l 57,9 dan sisanya masyarakat 42,1.

4.1.15 PT Bank Victoria, Tbk

Bank Victoria berdiri sejak tahun 1992 dan memulai kegiatan operasional sebagai bank umum sejak 5 Oktober 1994. Tahun 1997 memperoleh izin sebagai pedagang valuta asing. Bank Victoria telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1999 dan hingga saat ini aktif melaksanakan aksi korporasi seperti penawaran umum terbatas dan menerbitkan obligasi. Untuk mendukung Arsitektur Perbankan Indonesia API, pada 1 April tahun 2010 Bank Swaguna secara resmi dikonversi menjadi Bank Victoria Syariah. Struktur kepemilikan saham Bank Victoria ialah PT Victoria Investama 3 34,85, Suzanna Tanojo 13,35, Atrium Asia Investment Management Pte Ltd 8,85, PT Suryayudha Investindo Cipta 6,34, dan masyarakat 36,6.

4.1.16 PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk

Bank Artha Graha didirikan pada tanggal 7 September 1973, yang semula didirikan dengan nama PT Inter-Pacific Financial Corporation. Pada tanggal 10 Juli 1990, PT. Inter-Pacific Financial Corporation mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada tanggal 2 Februari 1993 berubah nama menjadi PT Inter-Pacific Bank sebagai bank umum. Pada tanggal 23 Desember 2003, Bank Indonesia memberikan ijin untuk mengambil alih Universitas Sumatera Utara 80 kepemilikan saham sebesar 99,11 kepada konsorsium PT Bank Artha Graha dan PT Cerena Arthaputra. Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank Inter-Pacific, Tbk tanggal 14 April 2005 disetujui penggabungan usaha PT Bank Artha Graha ke dalam PT Bank Inter-Pacific, Tbk. Pada tanggal 14 Juli 2005 berubah nama menjadi PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk. Struktur kepemilikan saham bank ialah Sumber Kencana Graha 16,7, Cerana Artha Putra 10,10, Arthamulia Sentosajaya 6.31, Pirus Platinum Murni 6.31, Puspita Bisnispuri 6.31, Karya Nusantara Permai 5.44, dan masyarakat 48.84.

4.1.17 PT Bank Windu Kentjana Internasional, Tbk

PT Bank Windu Kentjana International, Tbk Bank Windu merupakan bank hasil penggabungan merger antara PT Bank Multicor, Tbk Dengan PT Bank Windu Kentjana pada tanggal 8 Januari 2008. Latar belakang dari penggabungan usaha ini adalah untuk memaksimalkan kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing bank sehingga dapat menciptakan sinergi yang baru, baik dalam penggunaan modal, jaringan usaha yang lebih luas maupun sumber daya manusia. Struktur kepemilikan saham Bank Windu ialah Johnny Wiraatmadja 66,77, PT. Mitra Wadah Kencana 13,00, PT. Blue Cross Indonesia 6,29, dan Masyarakat 13,93. Bank Windu telah memiliki jaringan 75 tujuh puluh lima kantor hingga Desember 2012. 4.1.18 PT Bank Mega, Tbk Berdirinya Bank Mega berawal dari sebuah usaha milik keluarga bernama PT Bank Karman yang didirikan pada tahun 1969 di Surabaya. Selanjutnya pada Universitas Sumatera Utara 81 tahun 1992 berubah nama menjadi PT Mega Bank dan merelokasi kantor pusat ke Jakarta. Kemudian PT Mega Bank pada tahun 1996 diambil alih oleh PARA GROUP PT Para Global Investindo dan PT Para Rekan Investama. Pada tahun 2000 dilakukan perubahan nama dari PT Mega Bank menjadi PT Bank Mega. Dalam rangka memperkuat struktur permodalan maka pada tahun 2000 PT Bank Mega melaksanakan Initial Public Offering dan listed di BEJ maupun di BES. Struktur kepemilikan saham bank ialah PT Mega Corpora 57,82 dan masayrakat 42,18.

4.1.19 PT Bank OCBC NISP, Tbk

Bank OCBC NISP sebelumnya dikenal dengan nama Bank NISP merupakan bank tertua keempat di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 4 April 1941 di Bandung dengan nama NV NederlandschIndische Spaar En Deposito Bank. Bank OCBC Bank resmi menjadi bank komersial pada tahun 1967, bank devisa pada tahun 1990 dan menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1994. Reputasi Bank OCBC NISP yang baik di industrinya dan pertumbuhan yang menjanjikan, telah menarik perhatian International Finance Corporation IFC, bagian dari Grup Bank dunia, yang kemudian menjadi pemegang saham pada tahun 2001-2010 dan dari OCBC Bank-Singapura yang kemudian menjadi pemegang saham Bank OCBC NISP dan akhirnya menjadi pemegang saham pengendali melalui serangkaian akuisisi dan penawaran tender sejak tahun 2004. OCBC Bank-Singapura saat ini memiliki saham sebesar 85,1. Universitas Sumatera Utara 82

4.1.20 PT Bank Pan Indonesia, Tbk

Bank Panin didirikan pada 17 Agustus tahun 1971 dan menjadi hasil merger pertama yang antara PT Bank Kemakmuran, PT Bank Industri Djaja Indonesia, PT Bank Industri dan Dagang Indonesia. Pada tahun 1974 merger ketiga dengan PT Bank Lingga Harta. Tahun 1975 merger dengan Bank Pembangun Ekonomi dan Bank Pembangunan Sulawesi. Menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta pada 29 Desember 1982. Hingga tahun 2012 kapitalisasi pasar Bank Pan Indonesia mencapai 20.261.999.098.300. Struktur pemegang saham saat ini adalah Panin Financial, Tbk 45,96, Vottraint No.1103 PTY Ltd 38,83, dan publik 15,21.

4.1.21 PT Bank Himpunan Saudara 1960, Tbk

PT Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk pertama kali didirikan pada tahun 1906 dengan nama Vereeniging Himpoenan Soedara oleh para saudagar batik dan kulit di Bandung. Perkumpulan ini berdiri atas prakarsa dari 3 tiga orang kaum saudagar saat itu, yaitu H.Basoeni, H. Domiri, dan H. Bajoeri yang berkeinginan mengadakan suatu perkumpulan kaum saudagar. Setelah beberapa kali melakukan pergantian nama, pada tahun 2006, PT Bank Himppunan Saudara 1906, Tbk mengubah nama panggilan call name menjadi Bank Saudara dengan bentuk hukum yang sama dan diikuti dengan perubahan logo perusahaan. Pada tanggal 15 Desember 2006, Bank Saudara melakukan penawaran harga saham perdana kepada masyarakat Initial Public Offering yang efeknya tercatat pada Bursa Efek Jakarta. Struktur kepemilikan saham bank ialah Arifin Panigoro 51,93, PT Medco Intidinamika 11,03, dan masyarakat 37,04. Universitas Sumatera Utara 83 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan suatu metode dimana data-data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. Deskriptif variabel dependen yaitu harga saham dan variabel independen yaitu Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA.

1. Harga Saham

Perkembangan harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2009-2012 dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Harga Saham Perbankan Tahun 2009-2012 No. Kode Perusahaan Tahun 2009 2010 2011 2012 1 BABP 87,92 119,17 127,58 142,42 2 BACA 3777,08 5852,08 7420,83 7970,83 3 BBCA 3777,08 5852,08 7420,83 7979,17 4 BBKP 328,08 592,92 661,67 640,83 5 BBNI 1545 2072,08 3872,92 2818,75 6 BBRI 6281,25 9191,67 6158,33 6845,83 7 BDMN 3956,25 5564,58 5502,08 5412,5 8 BEKS 80 134,92 137,75 142,42 9 BKSW 693,33 830,83 703,33 684,17 10 BMRI 3455 5887,5 6783,33 7533,33 11 BNBA 104 138,08 152,67 176 12 BNGA 625,83 1180 1556,67 1173,33 13 BNLI 645 1424,17 1607,5 1415,83 14 BTPN 2280,83 9679,17 4825 4320,83 15 BVIC 114,92 135,08 140,58 126,33 16 INPC 64,67 75,5 92,33 114,25 17 MCOR 103 137,92 149,67 214,83 18 MEGA 2687,5 2641,67 3456,25 3360,42 Universitas Sumatera Utara 84 19 NISP 756,67 1210,83 1240 1240,83 20 PNBN 665,83 1049,17 920 765 21 SDRA 165,42 276,25 197,25 468,33 Tertinggi 6281,25 9679,17 7420,83 7979,17 Terendah 64,67 75,5 92,33 114,25 Rata-rata 1533,079 2573,6033 2529,8367 2549,8205 Sumber: www.yahoofinance.com data diolah Tabel 4.1 menunjukkan rata-rata harga saham perbankan pada tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012 adalah Rp 1533,08; Rp 2573,60; Rp 2529,84 dan Rp 2549,82. Tahun 2009, harga saham tertinggi dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia, Tbk yaitu sebesar Rp 6281,25, sedangkan harga saham terendah dimiliki oleh Bank Artha Graha International, Tbk yaitu sebesar Rp 64,67. Tahun 2010, harga saham tertinggi dimiliki oleh Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk yaitu sebesar Rp 9679,17, sedangkan harga saham terendah dimiliki oleh Bank Artha Graha International, Tbk yaitu sebesar Rp 75,5. Tahun 2011, harga saham tertinggi dimiliki oleh Bank Central Asia, Tbk yaitu sebesar Rp 7420,83, sedangkan harga saham terendah dimiliki oleh Bank Artha Graha International, Tbk yaitu sebesar Rp 92,33. Tahun 2012, harga saham tertinggi adalah sebesar Rp 7979,17 yang dimiliki oleh Bank Central Asia, Tbk sedangkan harga saham terendah adalah sebesar Rp 114,25 yang dimiliki oleh Bank Artha Graha International, Tbk.

2. Economic Value Added EVA

Perbandingan kinerja perusahaan perbankan dengan menggunakan Economic Value Added EVA dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 85 Tabel 4.2 Economic Value Added EVA Perbankan Tahun 2009-2012 dalam jutaan rupiah No. Kode Perusahaan Tahun 2009 2010 2011 2012 1 BABP -302.364,67 -360.343,58 -200.487,63 1.035.201,2 2 BACA -334.982,57 -8.924.772,2 -3.339.675,7 -1.939.318,6 3 BBCA -9.939.111,3 -5.475.903,3 8.922.828,35 9.218.663,3 4 BBKP -2.138.307,1 -746.528,56 653.319,577 236.570,732 5 BBNI -23.848.088 -4.963.572 4.449.218 1.437.394 6 BBRI -20.111.442 -4.333.396 14.385.910 6.720.458 7 BDMN -5.091.204 -2.677.313 2.116.076 -1.637.282 8 BEKS -125.677 -314.086 -216.421 31.106 9 BKSW -52.341 -21.694 -32.766 -77.743 10 BMRI -28.944.119 -16.113.133 10.492.973 16.173.144 11 BNBA -316.055 -318.674 16.653 -2.967 12 BNGA -10.653.818 906.205 2.460.542 895.727 13 BNLI -2.574.297 -4.185.011 696.601 227.576 14 BTPN -1.166.681 279.061 1.023.343 1.685.794 15 BVIC 83.341 -910.972 124.502 22.932 16 INPC -553.946 -631.428 49.964 -15.565 17 MCOR -6.861 -143.311 2.232 65.241 18 MEGA 847.716 1.251.803 809.071 1.056.046 19 NISP 222.524 -4.439.260 449.612 456.238 20 PNBN -7.163.006 -4.148.925 1.403.107 1.569.694 21 SDRA -101.334 -166.414 71.582 80.010 Tertinggi 847.716,345 1.251.803,48 14.385.910 16.173.144,2 Terendah -28.944.119 -16.113.133 -3.339.675,7 -1.939.318,6 Rata-rata -5.346.193 -2.687.508 2.111.342,1 1.773.281,92 Sumber: Hasil Peneliti, 2014 Data Diolah Tabel 4.2 menunjukkan rata-rata Economic Value Added EVA pada perusahaan perbankan tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012 adalah Rp -5.346.193; Rp -2.687.508; Rp 2.111.342,1 dan Rp 1.773.281,92. Tahun 2009, Economic Value Added EVA tertinggi diraih oleh Bank Mega, Tbk yaitu sebesar Rp 847.716,35 sedangkan terendah dimiliki oleh Bank Mandiri Persero, Tbk yaitu sebesar Rp -5.346.193. Universitas Sumatera Utara 86 Tahun 2010, Economic Value Added EVA tertinggi diraih oleh Bank Mega, Tbk yaitu sebesar Rp 1.251.803,5 sedangkan terendah dimiliki oleh Bank Mandiri Persero, Tbk yaitu sebesar Rp -2.687.508. Tahun 2011, Economic Value Added EVA tertinggi diraih oleh Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk yaitu sebesar Rp 14.385.910 sedangkan terendah dimiliki oleh Bank Capital Indonesia, Tbk yaitu sebesar Rp -3.339.676. Tahun 2012, Economic Value Added EVA tertinggi dimiliki oleh Bank Mandiri Persero, Tbk yaitu sebesar Rp 16.173.144 sedangkan terendah dimiliki oleh Bank Capital Indonesia, Tbk yaitu sebesar Rp 1.773.281,9.

3. Market Value Added MVA

Perbandingan kinerja perusahaan perbankan dengan menggunakan Market Value Added MVA dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3 Market Value Added MVA Perbankan Tahun 2009-2012 dalam jutaan ruipiah No. Kode Perusahaan Tahun 2009 2010 2011 2012 1 BABP 60.400 105.168 151.306 232.719 2 BACA 16.666.904 26.072.146 33.182.735 35.818.988 3 BBCA 91.620.778 142.800.674 181.493.908 195.265.370 4 BBKP 1.062.541 2.822.233 4.256.859 4.099.202 5 BBNI 15.808.950 29.586.701 63.169.948 43.511.093 6 BBRI 77.563.210 220.583.505 145.753.549 162.713.598 7 BDMN 27.890.461 41.520.405 46.834.353 45.975.760 8 BEKS 17.075 208.691 349.509 456.232 9 BKSW 277.757 363.904 1.614.665 1.546.421 10 BMRI 61.966.696 113.118.616 146.611.033 164.111.033 11 BNBA 9.240 87.965 121.668 175.560 12 BNGA 13.426.736 26.690.719 37.509.361 27.875.411 13 BNLI 3.693.782 11.403.600 13.059.738 13.448.424 14 BTPN 2.058.564 10.850.551 27.213.681 25.118.082 Universitas Sumatera Utara 87 15 BVIC 57.393 143.703 265.705 173.893 16 INPC 396.254 303.386 159.067 28.898 17 MCOR 8.226 142.460 186.604 491.798 18 MEGA 6.958.928 6.813.133 10.778.358 10.428.966 19 NISP 3.672.892 6.313.639 7.851.766 9.539.139 20 PNBN 13.629.512 22.863.271 19.751.869 16.018.284 21 SDRA 107.155 408.261 225.268 853.190 Tertinggi 91.620.778 220.583.505 181.493.908 195.265.370 Terendah 396.254 303.386 159.067 28.898 Rata-rata 16.000.286 31.552.188 35.248.705 36.089.622 Sumber: Hasil Peneliti, 2014 Data Diolah Tabel 4.3 menunjukkan perbandingan Market Value Added MVA pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2009-2012. Rata-rata Market Value Added MVA pada perusahaan perbankan tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012 adalah 16.000.286; 31.552.188; 35.248.705 dan 36.089.622. Tahun 2009, Market Value Added MVA tertinggi dimiliki oleh Bank Central Asia, Tbk yaitu sebesar Rp 91.620.778 sedangkan terendah dimiliki oleh Bank Artha Graha International, Tbk yaitu sebesar Rp -396.254. Tahun 2010, Market Value Added MVA tertinggi dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk yaitu sebesar Rp 220.583.505 sedangkan terendah dimiliki lagi oleh Bank Artha Graha International, Tbk yaitu sebesar Rp - 303.386. Tahun 2011, Market Value Added MVA tertinggi dimiliki oleh Bank Central Asia, Tbk yaitu sebesar Rp 181.493.908 sedangkan terendah dimiliki lagi oleh Bank Artha Graha International, Tbk yaitu sebesar Rp -159.067. Universitas Sumatera Utara 88 Tahun 2012, Market Value Added MVA tertinggi diraih lagi oleh Bank Central Asia, Tbk yaitu sebesar Rp 195.265.370 sedangkan terendah dimiliki oleh Bank Artha Graha International, Tbk yaitu sebesar Rp 28.898. 4.2.2 Analisis Statistik 4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik Untuk mendapatkan nilai pemeriksa yang tidak bias dan efisien Best, Linear, Unbiased, EstimatorBLUE, maka penulis perlu melakukan pengujian asumsi klasik sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Setelah dilakukan uji yang pertama, ternyata data mengalami heteroskedastisitas. Kemudian, penulis menggunakan metode transformasi data untuk menormalkan data penelitian. Salah satu transformasi data yang dapat dilakukan adalah dengan mentransformasikan data ke logaritma natural Ln. Jumlah n pada awalnya adalah 84 berkurang menjadi 38. Adapun metode yang digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan pendekatan histogram, pendekatan grafik, dan pendekatan Kolmogorov-Smirnov. Universitas Sumatera Utara 89 Sumber: Hasil Peneliti, 2014 Data Diolah Histogram Gambar 4.1 Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa variabel berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak miring ke kiri atau miring ke kanan, melainkan ke tengah dengan bentuk lonceng. Universitas Sumatera Utara 90 Sumber: Hasil Peneliti, 2014 Data Diolah Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Gambar 4.2 Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik pada scatter plot mengikuti data disepanjang garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Universitas Sumatera Utara 91 Tabel 4.4 Sumber: Hasil Peneliti, 2014 Data Diolah Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov terlihat bahwa nilai Asymp.Sig. 2- tailed adalah 0,334 yang lebih besar dari nilai signifikan 0,05. Hal ini berarti variabel residual berdistribusi normal.

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Model regresi yang baik adalah bebas dari autokerelasi. Uji autokorelasi ini menggunakan Durbin-Watson DW Test. Kriteria pengambilan keputusan pada uji autokolerasi antara lain: a. Jika 0 d dl, berarti tidak ada autokorelasi positif b. Jika dl ≤ d ≤ du, berarti tidak dapat disimpulkan c. Jika 4-dl d 4, berarti tidak ada korelasi negatif d. Jika 4-du ≤ d ≤ 4-dl, berarti tidak dapat disimpulkan e. Jika du d 4-du, berarti tidak terjadi autokorelasi positif atau negatif Universitas Sumatera Utara 92 Tabel 4.5 Hasil Uji Durbin-Watson Sumber: Hasil Peneliti, 2014 Data Diolah Berdasarkan uji autokolerasi pada Tabel 4.5 diperoleh nilai Durbin-Watson D-W sebesar 1,171. Nilai d dibandingkan dengan nilai dl dan du pada n=12 dan k=2 sehingga diperoleh nilai du sebesar 1,594 dan dl sebesar 1,373. Hal ini sesuai dengan ketentuan 0 ≤ d ≤ dl, yaitu 0 1,171 1,373 yang menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif. Tabel 4.6 Hasil Uji Runs Test Sumber: Hasil Peneliti, 2014 Data Diolah Berdasarkan uji run test pada Tabel 4.6 diperoleh nilai Signifikan lebih besar dari 0,05 yaitu 0,250 artinya tidak terjadi autokorelasi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut. Jika varians sama Universitas Sumatera Utara 93 maka terjadi homoskedastisitas. Sedangkan, jika varians tidak sama, inilah yang disebut dengan heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi dapat dilihat pada grafik Scatterplot. Jika titik-titik dalam grafik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Sumber: Hasil Peneliti, 2014 Data Diolah Scatterplot Gambar 4.3 Berdasarkan gambar scatterplot dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas serta titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Universitas Sumatera Utara 94 Tabel 4.7 Hasil Uji Glejser Sumber: Hasil Peneliti, 2014 Data Diolah Pada tabel 4.7 diperoleh nilai signifikansi variabel Economic value added EVA dan Market value added MVA masing-masing sebesar 0,546 dan 0,540 lebih besar dari tingkat kepercayaan α=5. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi ini.

4. Uji Multikolinearitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terdapat korelasi hubungan diantara variabel bebas dalam model regresi. Apabila terdapat korelasi antara variabel bebas, maka terjadi multikolinearitas. Sedangkan, apabila tidak terdapat korelasi antara variabel bebas, maka tidak terjadi multikolinearitas. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah tolerance 0.1 dan variance inflation factor VIF 5. Tabel 4.8 Collinearity Statistics Sumber: Hasil Peneliti, 2014 Data Diolah Universitas Sumatera Utara 95 Uji multikolinearitas menunjukkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada semua variabel independen, dimana VIF 5 dan nilai tolerance 0,1.

4.2.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda 1.

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Refined Economic Value Added dan Financial Value Added Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

27 186 111

Pengaruh Profitability Ratio dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007 – 2012

2 97 96

Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

5 84 90

Pengaruh Economic Value Added ( EVA), Market Value Added (MVA) Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Tambang Yang Terdaftar Di BEI

4 65 80

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA

2 79 15

Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia

0 34 88

Pengaruh Economic Value Added, Return On Asset, Return On Equity Dan Earning Per Share Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Pada Bursa Efek Indonesia

1 41 84

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia

5 97 94

Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Profitabilitas, dan Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham pada Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia 2012-2014

6 87 92

Analisin Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012

0 0 11