Satuan ukuran tidak baku yang tepat digunakan untuk mengukur panjang benda. Penelitian yang Relevan

aktivitas berhitung dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir induktif dan deduktif dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 2.1.4 Pengukuran Panjang 2.1.4.1 Pengukuran Panjang Menggunakan Satuan Tidak Baku Pengukuran panjang menggunakan satuan tidak baku Purnomosidi, 2008: 49-51 yaitu:

1. Konsep Panjang

Ukuran panjang suatu obyek adalah banyaknya satuan panjang yang digunakan untuk menyusun secara berjajar dan berkesinambungan dari ujung obyek ke ujung berikutnya. Pengalaman belajar siswa tentang pengukuran panjang dimulai untuk mengukur panjang dengan menggunakan satuan tidak baku. Satuan tidak baku yang digunakan harus sesuai dengan benda yang diukur panjangnya. Contoh satuan tidak baku jengkal digunakan untuk mengukur tepi suatu meja, klip digunakan untuk mengukur panjang suatu pensil. 2. Pada kegiatan pengukuran panjang ini penekanan yang harus diperhatikan adalah: a. Benda yang diukur

b. Satuan ukuran tidak baku yang tepat digunakan untuk mengukur panjang benda.

c. Cara mengukur d. Hasil dari pengukuran tergantung satuan yang digunakan.

3. Pada awal kegiatan untuk penanaman konsep, yang perlu diperhatikan adalah: a. Tersedianya satuan ukuran yang digunakan sesuai dengan panjang obyek. b. Hasil pengukuran ditunjukkan dengan banyaknya satuan ukuran yang berjejer pada obyek yang diukur. c. Pensil yang sama panjang diukur dengan 2 satuan panjang tidak baku yang tidak sama panjang. d. Pada tahap berikutnya satuan yang digunakan untuk mengukur cukup 1 saja, yaitu dengan cara memberi tanda setiap kali habis mengukur. Gambar 2.1 Mengukur menggunakan satuan tidak baku 4.Pada akhir kegiatan siswa memperoleh pemahaman sebagai berikut. a. Suatu benda diukur dengan menggunakan satuan ukuran yang berbeda akan diperoleh hasil yang berbeda. Oleh karena itu apabila kita menghendaki hasil pengukuran yang sama untuk suatu obyek, maka satuan yang digunakan harus sama panjang. Hal ini akan menuju pada penggunaan satuan baku. b. Banyaknya satuan ukuran yang digunakan cukup 1 saja. Untuk setiap kali melakukan pengukuran, kemudian obyek yang diukur diberi tanda. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.1.4.2 Pengukuran Panjang Menggunakan Satuan Baku

Pengukuran panjang menggunakan satuan baku Purnomosidi, 2008: 52-54 yaitu: 1. Penekanan yang harus diperhatikan adalah: Benda yang diukur a. Satuan ukuran baku berupa penggaris dan meteran plastik b. Cara mengukur c. Hasil dari pengukuran d. Pembacaanpengucapan satuan ukuran yang digunakan misalnya cm sentimeter, m meter Gambar 2.2 Mengukur menggunakan satuan baku 2.1.5 Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI 2.1.5.1 Pengertian PMRI Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI merupakan suatu pendidikan matematika yang dihasilkan dari adaptasi Realistic Mathematic Education RME yang disesuaikan dengan kondisi budaya, geografi dan kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari Suryanto, 2010: 37. Menurut Supinah 2008: 14 RME adalah landasan filosofi PMRI. RME merupakan teori pembelajaran matematika yang dikembangkan di Belanda. Teori ini berangkat dari pendapat Fruedenthal bahwa matematika merupakan aktivitas insani dan harus dikaitkan dengan realitas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menurut Supinah 2008: 14 pembelajaran matematika tidak dapat dipisahkan dari sifat matematika seseorang memecahkan masalah, mencari masalah, dan mengorganisasi atau matematisasi materi pelajaran. Menurut Wijaya 2012: 20 Pendidikan Matematika Realistik adalah suatu pendekatan mata pelajaran Matematika yang yang selalu menggunakan permasalahan sehari-hari. Menurut Soedjadi 2001: 2 pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik pada dasarnya adalah penggunaan lingkungan alam nyata yang ada di sekitar untuk dipahami siswa guna memperlancar dan mempermudah proses pembelajaran matematika, sehingga dapat tercapainya tujuan pendidikan yang lebih baik. Soedjadi juga menjelaskan bahwa realita atau kenyataan adalah hal-hal nyata yang bersifat konkret yang dapat diamati dan dapat dipahami oleh siswa dengan cara membayangkannya. Dari pengertian keempat tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa PMRI adalah pendekatan pada pembelajaran matematika yang mendorong siswa untuk menerapkan hubungan antara materi dengan permasalahan kehidupan sehari-hari. PMRI mengutamakan keaktifan siswa untuk menemukan materi yang berhubungan dengan permasalahan kehidupan nyata.

2.1.5.2 Prinsip-prinsip PMRI

Menurut Suryanto 2010: 41-43 prinsip PMRI adalah sebagai berikut: a. Prinsip penemuan kembali secara terbimbing dan prinsip matematika progresif. Prinsip penemuan kembali secara terbimbing yaitu prinsip yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menekankan pada “penemuan kembali” secara terbimbing. Penemuan kembali permasalahan yang realistik, yang mengandung topik-topik materi matematika dan memberi kesempatan pada siswa untuk membangun dan menemukan ide-ide gagasan pada konteks matematika. Prinsip matematika progresif adalah prinsip yang menekankan “matematisasi” diartikan sebagai upaya yang mengarahkan pada pemikiran matematis. Dikatakan progresif karena terdiri atas dua langkah yang berurutan, yaitu i matematisasi horizontal berawal dari masalah realistik yang diberikan dan berakhir pada matematika formal, ii matematika vertikal dari matematika formal ke matematika formal yang lebih luas. b. Prinsip fenomologi didaktis, prinsip ini menekankan pada fenomena pembelajaran yang bersifat mendidik dan menekankan pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa. Masalah kontekstual dipilih dengan mempertimbangkan aspek kecocokan aplikasi yang harus diantisipasi dalam pembelajaran dan kecocokan dengan proses reinvention, yang berarti bahwa konsep, aturan, dan cara model matematis tidak disediakan atau diberitahukan oleh guru, tetapi siswa yang berusaha sendiri untuk menemukan permasalahan kontekstual yang diberikan oleh guru. c. Prinsip membangun sendiri model, yaitu prinsip yang menunjukkan fungsi “jembatan” yang berupa model. Prinsip ini berpangkal pada masalah kontekstual lalu menuju ke matematika formal, serta ada kebebasan pada siswa, maka tidak mustahil siswa mengembangkan model sendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.1.5.3 Karakteristik PMRI

Menurut Suryanto 2010: 44 terdapat 5 karakteristik pendekatan matematika realistik yaitu: 1. Menggunakan Konteks Pembelajaran menggunakan masalah kontekstual, terutama pada taraf penemuan konsep baru, sifat-sifat baru, atau prinsip-prinsip baru. 2. Menggunakan Model Istilah model berkaitan dengan masalah situasi dan model matematika yang dikembangkan sendiri oleh siswa, mengaktualisasikan masalah kebentuk visual sebagai sarana untuk memudahkan pengajaran. 3. Menggunakan Kontribusi Siswa Kontribusi yang besar diharapkan pada proses belajar mengajar datang dari siswa artinya semua pikiran kontruksi dan produksi dihasilkan oleh siswa itu sendiri. 4. Menggunakan Format Interaktif Mengoptimalkan proses pembelajaran melalui interaksi siswa dengan guru dan siswa dengan sarana dan prasarana merupakan hal terpenting dalam pembelajaran matematika realistik. 5. Memanfaatkan Keterkaitan Struktur dan konsep matematika saling berkaitan maka dari itu keterkaitan antar topik unit pelajaran tersebut harus dieksplorasi agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.

2.1.5.4 Kelebihan PMRI

Menurut Traffers dalam Susanto, 2013: 207 kelebihan pembelajaran matematika realistik antara lain: 1. Siswa diperkenalkan untuk masuk ke dalam matematika secara alamiah dan termotivasi. 2. Pembelajaran mengangkat masalah-masalah yang kontekstual bagi siswa fakta. 3. Siswa mengalami langsung pengalaman belajar.

2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh guru adalah hendaknya memahami karakretistik siswa yang akan diajarnya. Anak yang berada di sekolah dasar memiliki potensi yang perlu didorong sehingga dapat berkembang dengan optimal, maka dari itu guru perlu mengetahui tugas-tugas perkembangan Susanto, 2013: 70. Menurut Havighurst dalam Susanto, 2013: 72 masa kanak- kanak akhir dan anak sekolah, yaitu usia 6-12 tahun memiliki tugas-tugas perkembangan sebagai berikut : 1. Belajar keterampilan fisik untuk olahraga sehari-hari. 2. Membentuk sikap tetap sehat terhadap dirinya sebagai anak yang sedang pada masa pertumbuhan. 3. Belajar berinteraksi dengan teman sebaya. 4. Belajar peranan sosial yang sesuai sebagai pria atau wanita. 5. Mengembangkan konsep yang diperlukan bagi kehidupan sehari-hari. 6. Mengembangkan kata hati, moralitas, dan skala nilai-nilai. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. Mencapai kebebasan pribadi. 8. Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok belajar ataupun bermaian.

2.2 Penelitian yang Relevan

Baskoro 2013 meneliti Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Matematika tentang Penjumlahan Pecahan dengan Pendekatan PMRI Siswa Kelas V SD N Glagahombo I. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan minat dan kemampuan siswa di kelas VA SDN Glagahombo I pada materi penjumlahan pecahan. Hal ini ditunjukkan pada hasil evaluasi siklus I 45 dari 20 dan meningkat pada siklus II yaitu 85 dari 20 siswa sudah menguasai materi penjumlahan pecahan. Kurnianto 2012 meneliti Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Matematika dengan Menggunakan Pendekatan PMRI Siswa Kelas V Semester Genap SD Kanisius Minggir Tahun Pelajaran 20112012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan minat balajar siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun ajaran 20112012 hal ini ditunjukkan dengan kondisi awal minat belajar sebanyak 11 siswa atau 42,31, pada siklus I mengalami peningkatan yaitu sebanyak 13 siswa atau 50 dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu sebanyak 15 siswa atau sebesar 57,69. Penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 20112012 dengan rata-rata kondisi awal sebesar 46,27, rata-rata siklus I sebesar 73,56 dan pada rata-rata siklus II sebesar 74,52. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kumalasari 2014 meneliti Peningkatan Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Kelas V SDN Adisucipto I Mata Pelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan PMRI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedisiplinan meningkat dalam proses belajar matematika di kelas V dengan menerapkan karakteristik PMRI yang di dalamnya sudah dimodifikasi dengan adanya kearifan lokal berupa kedisiplinan. Kemudian hal lain yang digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa adalah dengan menetapkan peraturan kelas diawal sebelum pembelajran dimulai. Prestasi belajar siswa kelas V SDN Adisucipto pada mata pelajaran Matematika menggunkan PMRI dapat meningkat. Peningkatan ini terjadi oleh karena peneliti menyusun pembelajaran dengan menerapkan karakteristik-karakteristik PMRI. Pada RPP peneliti memulai dengan karakteristik PMRI yang pertama yaitu “Penggunaan Konteks”. Penggunaan konteks disini dilakukan dengan memberikan sebuah masalah realistik yang dekat dengan kehidupan siswa. Masalah realistik yang diberikan kepada siswa di disusun oleh peneliti agar terdapat keterkaitan dengan materi yang lain terutama materi yang telah dipelajari oleh siswa. Ketiga penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena menggunakan variabel dan pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika. Pada penelitian ini peneliti menggunakan variabel minat dan prestasi belajar pada materi mengukur menggunakan alat ukur tidak baku dan baku, dimana minat belajar siswa didorong menggunakan pendekatan PMRI yang berpengaruh pada hasil prestasi belajar siswa. Berdasarkan ketiga penelitian tersebut pendekatan PMRI dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 2.3 Literature Map penelitian-penelitian Relevan Gambar 2.3 menunjukkan skema penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Merujuk pada penelitian relevan yang terdahulu milik Baskoro 2013, Kurnianto 2012, dan Kumalasari 2014 peneliti melakukan penelitian dengan judul: “Peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan pendekatan PMRI pada mata pelajaran matematika untuk siswa kelas II SDN Plaosan 2”

2.3 Kerangka Berpikir