Profesionalisme Guru KAJIAN TEORI

13 3. Syarat-syarat menjadi guru profesional. Dalam Jurnal Educational Leadership 1993 dalam Supriadi 1998:98 dijelaskan bahwa untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal yaitu : a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. b. Guru menguasai secara mendalam bahanmata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa. c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi. d. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya. e. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya. Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan profil guru Indonesia yang profesional, yaitu : 1 memiliki kepribadian yang matang dan berkembang, 2 penguasaan ilmu yang kuat, 3 keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi, dan 4 pengembangan profesi secara berkesinambungan. 4. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru : Hasil penelitian yang dilakukan oleh Akadum 1999:1-2 dalam http:www.suarapembaharuan.comnews1999012199OpEd. diungkap- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 kan bahwa ada beberapa faktor penyebab rendahnya profesionalisme guru antara lain : a. Profesi keguruan kurang menjamin kesejahteraan, karena rendahnya gaji. Rendahnya gaji ini berimplikasi pada kinerja guru yang rendah b. Banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada. c. Belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju. d. Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa memperhitungkan outputnya kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesi keguruan. e. Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen. f. Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak yang terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan. 15 g. Masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara maksimal meningkatkan profesionalisme anggotanya. 5. Upaya-upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru : Pemerintah terus berupaya meningkatkan profesionalisme guru diantaranya melalui program pendidikan dalam jabatan atau in-service training, program ini mencakup Supriadi, 1998:99: a. pendidikan penyetaraan untuk peningkatan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi. Program penyetaraan Diploma II bagi guru-guru SD, Diploma III bagi guru-guru SLTP dan Strata 1 untuk guru-guru SLTA. b. Program sertifikasi, yaitu proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional. c. Penataran atau pendidikan dan pelatihan kemampuanketrampilan. d. Penyetarakan banyaknya jam kerja dengan gaji guru atau peningkatan kesejahteraan guru. e. Pembinaanpengembangan kemampuan profesional melalui wadah PKG Pusat Kegiatan Guru, KKG kelompok Kerja Guru untuk guru SD, MGMP Musyawarah Guru Mata Pelajaran untuk guru SLTP dan SLTA, dan K3S Kelompok Kerja Kepala Sekolah yang memungkinkan para guru untuk berbagi pengalaman dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya Supriadi, 1998:99.

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional atau emotional intelligence, yang lebih dikenal dengan istilah EQ Emotional Quetient adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa Goleman, 1999:45. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Howes dan Herald 1999 dalam http:www.balipost.co.idbalipostcetak2004125kel3.html, yang menyatakan kecerdasan emosional sebagai komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Kecerdasan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain. Sementara Cooper dan Sawaf 1998:XV menyatakan kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh manusiawi. Kecerdasan emosional menuntut menilik perasaan untuk belajar mengakui, menghargai perasaan diri dan 17 orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Dari beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta untuk menanggapinya dengan tepat dan menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kecerdasan Emosional Faktor yang mempengaruhi terbentuknya kecerdasan emosional dalam diri seseorang ada 2, yaitu : a. Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu untuk menanggapi lingkungan sekitar. Menurut Goleman 2005:12- 16, faktor yang berasal dari dalam individu tersebut dipengaruhi oleh otak emosional, sebagai pemberi pusat-pusat emosi kekuatan luar biasa untuk mempengaruhi berfungsinya bagian lain otak, termasuk pusat-pusat untuk pikiran. b. Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu dan mempengaruhi individu untuk mengubah hidup. Pengaruh luar yang bersifat langsung dapat terjadi secara perorangan, kelompok, antara individu dengan kelompok atau sebaliknya. Sementara faktor luar yang bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara, misalnya media 18 massa. Faktor luar lain dapat melalui lingkungan fisik dan lingkungan sosial tempat individu berada, berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain Goleman, 2005:156-169 3. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Kecerdasan Emosional Tinggi dan Kecerdasan Emosional Rendah. a. Individu dengan Kecerdasan Emosional Tinggi Menurut Goleman 2005:60-61 individu yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi mempunyai ciri-ciri, antara lain: 1 Kemampuan sosialnya mantap, mudah bergaul, ramah, jenaka, tidak mudah takut atau gelisah, dan mudah menerima orang- orang baru disekitarnya. 2 Berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan orang-orang atau permasalahan. 3 Berani memikul tanggung jawab 4 Mempunyai pandangan moral, simpatik, dan hangat dalam hubungan-hubungan mereka. 5 Merasa nyaman dengan dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan pergaulannya. 6 Cenderung bersikap tegas dan mengungkapkan perasaan mereka secara langsung. 7 Memandang dirinya sendiri secara positif, kehidupan memberi makna bagi dirinya. 8 Mampu menyesuaikan diri dengan beban stress. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 b. Individu dengan Kecerdasan Emosional Rendah

Dokumen yang terkait

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI MOTIVASI KERJA DAN PENGALAMAN MENGAJAR PADA SEKOLAH MENENGAH Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Motivasi Kerja Dan Pengalaman Mengajar Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Kecamatan Mojolaban Tahun 2014/2015.

0 2 15

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI MOTIVASI KERJA DAN PENGALAMAN MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH MENENGAH Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Motivasi Kerja Dan Pengalaman Mengajar Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Kecamatan Mojolaban Tahun 2014/2015.

0 2 12

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH, KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI KECAMATAN MARDINGDING KABUPATEN KARO.

1 4 46

Analisis kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru survei: guru-guru Sekolah Menengah Atas negeri dan swasta di wilayah Kabupaten Sleman.

0 6 236

Pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru : survei pada guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan negeri dan swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.

0 0 121

Persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru : survei guru-guru Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta Kabupaten Sleman.

0 0 193

Pemahaman guru terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no 20 tahun 2007 ditinjau dari masa kerja, tingkat pendidikan dan status kepegawaian : survei pada guru-guru sekolah menengah pertama negeri di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.

0 0 164

Pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru survei pada guru guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan negeri dan swasta di Kecamatan Kroy

0 0 119

LOCUS OF CONTROL DAN MASA KERJA

0 1 170

Persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru : survei guru-guru Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta Kabupaten Sleman - USD Repository

0 0 191