Pembahasan Hasil Penelitian ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

74 rendahnya tingkat profesionalisme guru sebagaimana menjadi hasil penelitian ini berhubungan dengan tinggi rendahnya kecerdasan emosional seseorang. Kecerdasan emosional EQ adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa Goleman, 1999:45. Seorang guru yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mau menuntut dirinya untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain untuk menanggapinya dengan tepat, dan menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Hal demikian akan mendorong seorang guru bersikap profesional terhadap anak didiknya, rekan kerja, atau pun masyarakat pengguna jasanya. Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan control peristiwa yang terjadi padanya Rotter dalam Prasetyo, 2002:122. Locus of control terbagi menjadi dua dimensi, yaitu: locus of control internal dan locus of control eksternal. Dalam penelitian ini derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap profesionalisme guru tersebut berbeda pada guru dengan locus of control yang berbeda. Pada guru dengan locus of control internal, derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap profesionalisme lebih rendah dibandingkan dengan guru yang memiliki locus of control eksternal. Seorang guru dengan locus of control eksternal percaya bahwa nasibnya termasuk kesuksesan atau kegagalan ditentukan 75 oleh alam, orang lain orang tua, atasan, dosenguru, teman, pemerintah dan lain-lain, takdir, kekuatan gaib, dewa, atau Tuhan. Sedangkan guru dengan locus of control internal percaya bahwa nasibnya ditentukan oleh dirinya sendiri usaha, ketekunan, kepercayaan diri, sikap, minat, dan sebagainya. Dengan demikian seorang guru dengan locus of control internal akan segera intropeksi dan berusaha memperbaiki diri apabila mengalami kegagalan atau kendala. Sedangkan pada guru dengan locus of control eksternal bila menghadapi kegagalan atau kendala akan segera mencari kambing hitam, termasuk mencari perlindungan kepada sesuatu yang dianggap yang maha kuasa Sarwono, 2006:615. Penelitian tentang pengaruh locus of control di beberapa negara Amerika Serikat, seperti yang dilakukan oleh Anderson, Hattie Hamilton dan lain-lain menunjukkan bahwa orang dengan locus of control internal lebih berhasil daripada orang dengan locus of control eksternal. Akan tetapi, pada beberapa skripsi dan tesis di perpustakan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia justru membuktikan bahwa tes locus of control mempunyai daya diferensiasi yang rendah, yaitu tidak mampu membedakan antara orang yang memiliki locus of control internal dari yang eksternal. Beberapa hasil penelitian tersebut bukan menunjukkan ketidakakuratan alat ciptaan Rotter tetapi memang mayoritas orang Indonesia sendirilah yang cenderung mempunyai kecenderungan locus of control eksternal, yang mana mereka cenderung menyalahkan orang lain atau lingkungan tanpa melihat dirinya sendiri, sehingga sulit mengidentifikasi yang mempunyai kecenderungan 76 locus of control internal Sarwono, 2006:616. Mengingat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru terkategorikan memiliki locus of control internal, maka akan semakin melemahkan pengaruh kecerdasan emosional terhadap profesionalisme guru. 2. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Profesionalisme Guru Ditinjau dari Masa Kerja Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap profesionalisme guru ditinjau dari masa kerja. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan nilai koefisien regresi 3 β sebesar 0,001 dan hasil perhitungan nilai signifikansi koefisien regresi yang menunjukkan angka sebesar 0,041 yang lebih kecil dari nilai alpha 050 , 041 , = = α ρ . Artinya semakin banyak masa kerja guru, maka semakin kuat pengaruh kecerdasan emosional terhadap profesionalisme guru. Deskripsi profesionalisme guru menunjukkan bahwa sebagian besar guru terkategorikan tinggi 128 orang guru atau 74,85. Hasil ini didukung oleh mean 97,33, median 97, modus 97, dan standar deviasi 5,129. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru menguasai dan menerapkan empat kompetensi dasar keguruan pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional dalam proses belajar mengajar. Guru menguasai secara mendalam bahanmateri yang diajarkannya dan cara mengajarkannya kepada siswa, bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, membina hubungan baik dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 sesama rekan guru, orang tua siswa dan masyarakat, serta siap sedia membantu pengguna jasanya. Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar guru terkategorikan tinggi 120 orang guru atau 70,71. Hasil ini didukung oleh mean 91,46, median 91, modus 92, dan standar deviasi 6,040. Hal ini tampak dari kemampuan guru dalam mengenali perasaan diri sendiri maupun perasaan orang lain, mengetahui kekuatan diri, mengetahui keterbatasan diri, memiliki keyakinan akan kemampuan sendiri, mampu menahan emosi dan dorongan negatif, menjunjung norma kejujuran, bertanggung jawab atas kinerja sendiri, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide-ide dan informasi baru, dorongan untuk menjadi lebih baik, mampu menyesuaikan dengan suasana kelompok, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, kegigihan dalam kondisi kegagalan dan hambatan, memahami perasaan orang lain, tanggap akan kebutuhan orang lain, mengerti perasaan orang lain, siap sedia melayani, ketrampilan persuasif, terbuka mendengarkan orang lain dan memberi pesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan tanggung jawab, memiliki semangat kepemimpinan, bersedia berkolaborasi dengan orang lain, kemampuan membangun tim. Deskripsi masa kerja menunjukkan bahwa sebagian besar guru terkategorikan banyak 68 orang guru atau 39,77. Hasil ini didukung oleh mean 219,78, median 244, modus 24, dan standar deviasi 119,18. Guru yang memiliki masa kerja lebih banyak dipandang 78 memiliki lebih banyak pengalaman, pengetahuan, keterampilan- keterampilan dalam mengajar, dan lebih mampu menjalankan pekerjaannya dibandingkan dengan guru yang masa kerjanya lebih sedikit. Profesionalisme guru merupakan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan guru dan menjadi sumber penghasilan kehidupannya yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu, merupakan suatu sikap atau tingkah laku serta memerlukan pendidikan profesi agar memuaskan anak didiknya. Tinggi rendahnya tingkat profesionalisme guru sebagaimana menjadi hasil penelitian ini berhubungan dengan tinggi rendahnya kecerdasan emosional seseorang. Kecerdasan emosional EQ adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa Goleman, 1999:45. Seorang guru yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mau menuntut dirinya untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain untuk menanggapinya dengan tepat, dan menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Hal demikian akan mendorong seorang guru bersikap profesional terhadap anak didiknya, rekan kerja, atau pun masyarakat pengguna jasanya. Masa kerja adalah lamanya waktu seseorang bekerja dalam suatu organisasi atau perusahaan Moh. As’ad dalam Kuncoro, 2003:5. Masa kerja diukur dengan ukuran tahun atau bulan. Masa kerja berhubungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 dengan waktu kerja seseorang, yaitu segi kualitas seseorang di dalam menjalani pekerjaanya. Dalam penelitian ini derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap profesionalisme guru berbeda pada guru dengan masa kerja yang berbeda. Guru yang masa kerjanya lebih banyak mempunyai profesionalisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang masa kerjanya lebih sedikit. Hal ini disebabkan guru yang masa kerjanya lebih banyak pada umumnya mempunyai pengalaman, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan mengajar yang lebih banyak dalam menjalankan profesinya sebagai pendidik dan pengajar dibandingkan dengan guru yang masa kerjanya lebih sedikit. Guru yang memiliki masa kerja lebih banyak dituntut untuk lebih terampil, ahli, berpengalaman, aktif, kreatif, inisiatif, profesional, memiliki cakrawala dan pengetahuan yang luas dalam hal mengajar dan memiliki pemahaman akan anak didik yang lebih tinggi. Oleh karena itu, guru yang masa kerjanya lebih banyak cenderung memiliki tingkat profesionalisme lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang masa kerjanya lebih sedikit. Mengingat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru terkategorikan memiliki masa kerja sangat banyak, maka akan semakin menguatkan pengaruh kecerdasan emosional terhadap profesionalisme guru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab IV, pengaruh kecerdasan emosional terhadap profesionalisme guru ditinjau dari locus of control dan masa kerja, survei guru-guru SMP Negeri dan Swasta di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh negatif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap profesionalisme guru ditinjau dari locus of control. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan koefisien regresi 3 β sebesar –0,015 dan hasil perhitungan nilai signifikansi koefisien regresi yang menunjukkan angka sebesar 0,023 yang lebih kecil dari nilai alpha 050 , 023 , = = α ρ . 2. Ada pengaruh positif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap profesionalisme guru ditinjau dari masa kerja. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan koefisien regresi 3 β sebesar 0,001 dan hasil perhitungan nilai signifikansi koefisien regresi yang menunjukkan angka sebesar 0,041 yang lebih kecil dari nilai alpha 050 , 041 , = = α ρ . 81

B. Keterbatasan Penelitian

1. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner. Kelemahan dari metode ini adalah adanya kemungkinan responden menjawab item-item pertanyaan dengan tidak jujur dan tidak serius sebab mereka mengisi kuesioner disela-sela menyelesaikan pekerjaan pokok mereka, walaupun peneliti telah mengantisipasi dengan memberikan arahan agar responden menjawab sesuai dengan keadaan dirinya, bukan yang baik menurut pemikirannya. Dampaknya hasil penelitian ini kurang mencerminkan kondisi yang sesungguhnya. 2. Ada beberapa kuesioner yang tidak kembali, karena pada waktu peneliti melaksanakan penelitian ada beberapa guru yang sedang cuti, sakit, mutasi, dan sedang dalam proses pensiun. Dengan demikian peneliti kesulitan untuk menghubungi mereka, sehingga data yang diperoleh kurang lengkap. 3. Keterbatasan peneliti dalam hal waktu, biaya, dan kemampuan peneliti, akibatnya banyak hal yang belum terungkap dan tersampaikan dalam skripsi ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82

C. Saran-Saran

1. Sejalan dengan hasil penelitian pertama, maka peneliti menyarankan guru perlu meningkatkan locus of control yang lebih berorientasi pada internal sehingga guru lebih memiliki keyakinan diri, kepercayaan diri, menjadi lebih mandiri, ulet, maju, optimisme dalam mengajar dan memotivasi para siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih efektif dan berdampak pada pencapaian prestasi siswa maupun guru yang bersangkutan. Guru hendaknya memiliki inisiatif yang tinggi, selalu berusaha untuk menentukan pemecahan masalah, berpikir efektif, mempunyai persepsi bahwa usaha keras harus dilakukan jika ingin berhasil, siap bekerja sama dengan orang lain, dan memiliki daya tahan yang lebih besar terhadap pengaruh orang lain. Untuk meningkatkan locus of control yang cenderung internal sekolah perlu menyertakan guru-guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, kursus- kursus, seminar, lokakarya yang diharapkan akan menambah pengalaman, wawasan, pengetahuan, dan keterampilan. 2. Sejalan dengan hasil penelitian kedua, maka peneliti menyarankan guru yang masa kerjanya lebih banyak hendaknya bisa memberikan teladan yang baik bagi guru yang masa kerjanya lebih sedikit, tidak sungkan untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, maupun keterampilan- keterampilan yang dimiliki kepada guru-guru baru. Selain itu hendaknya mereka tidak merasa lebih tinggi atau lebih mampu dalam hal pengetahuan, mau bekerja sama, terbuka pada perkembangan 83 pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Begitu pula guru yang masa kerjanya sedikit atau guru baru hendaknya mau bekerjasama, tidak sungkan untuk bertanya bila mereka mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar pada guru yang masa kerjanya lebih banyak atau guru senior, terbuka pada masukan-masukan yang membangun, meningkatkan kemampuan diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan, maupun seminar-seminar, sehingga diharapkan bisa memberikan tingkat profesionalisme yang tinggi. 3. Penelitian ini belum banyak dilakukan, padahal seorang guru dalam mengajar tidak hanya dituntut memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi, tetapi guru juga dituntut untuk memiliki tingakt kecerdasan emosional yang tinggi. Dengan demikian guru diharapkan dapat menjadi pendidik dan pengajar yang dapat mengarahkan dan mendidik siswa melalui serangkaian proses berkelanjutan dengan metode-metode tertentu sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, nilai, keterampilan, dan sikap yang kesemuanya itu menunjang perkembangan siswa agar menjadi pribadi yang lebih matang dan berkualitas. Penelitian ini perlu dikembangkan dengan melibatkan aspek-aspek lain yang mendukung, seperti tingkat pendidikan guru, status dan golongan guru, kultur lingkungan kerja, dan lain-lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI MOTIVASI KERJA DAN PENGALAMAN MENGAJAR PADA SEKOLAH MENENGAH Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Motivasi Kerja Dan Pengalaman Mengajar Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Kecamatan Mojolaban Tahun 2014/2015.

0 2 15

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI MOTIVASI KERJA DAN PENGALAMAN MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH MENENGAH Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Motivasi Kerja Dan Pengalaman Mengajar Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Kecamatan Mojolaban Tahun 2014/2015.

0 2 12

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH, KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI KECAMATAN MARDINGDING KABUPATEN KARO.

1 4 46

Analisis kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru survei: guru-guru Sekolah Menengah Atas negeri dan swasta di wilayah Kabupaten Sleman.

0 6 236

Pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru : survei pada guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan negeri dan swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.

0 0 121

Persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru : survei guru-guru Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta Kabupaten Sleman.

0 0 193

Pemahaman guru terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no 20 tahun 2007 ditinjau dari masa kerja, tingkat pendidikan dan status kepegawaian : survei pada guru-guru sekolah menengah pertama negeri di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.

0 0 164

Pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru survei pada guru guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan negeri dan swasta di Kecamatan Kroy

0 0 119

LOCUS OF CONTROL DAN MASA KERJA

0 1 170

Persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru : survei guru-guru Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta Kabupaten Sleman - USD Repository

0 0 191