Kecerdasan Emosional KAJIAN TEORI

19 b. Individu dengan Kecerdasan Emosional Rendah Sementara itu, menurut Goleman 2005:327-337 individu dengan kecerdasan emosional rendah, memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1 Menarik diri dari pergaulan atau masalah sosial: suka menyendiri, kurang bersemangat, merasa tidak bahagia, bersikap sembunyi- sembunyi, dan terlampau bergantung. 2 Cemas dan depresi: sering takut, menyendiri, merasa kuatir, gugup, sedih, dan berpikiran negatif. 3 Memiliki masalah dalam hal perhatian atau berpikir: tidak mampu memusatkan perhatian atau duduk tenang, melamun, bertindak tanpa berpikir, bersikap terlalu tegang untuk berkonsentrasi, tidak mampu membuat pikiran menjadi tenang. 4 Nakal atau agresif : bergaul dengan anak-anak yang bermasalah, bersikap kasar terhadap orang lain, menuntut perhatian, merusak milik orang lain, membandel, keras kepala, dan suasana hatinya sering berubah-ubah. 4. Dimensi Kecerdasan Emosional Salovey Goleman, 2005;57-59 merumuskan ada lima wilayah atau dimensi kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 a. Mengenali emosi diri Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada di bawah kekuasaan perasaan. b. Mengelola emosi Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan, dan bangkit kembali dengan cepat dari semuanya itu. c. Memotivasi diri Motivasi diri adalah kemampuan menguasai diri untuk mengendalikan dorongan atau hasrat terhadap suatu tujuan. Kemampuan ini akan memandu seseorang mengambil inisiatif untuk bertindak efektif dan mampu bertahan dalam menghadapi kegagalan dan frustasi. Kemampuan ini akan membuat orang lebih produktif dan efektif dalam mengerjakan sesuatu. 21 d. Mengenali emosi orang lain empati Mengenali emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya, orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain. e. Membina hubungan dengan orang lain Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan, seseorang akan mengalami kesulitan pergaulan dengan orang lain. Sejalan dengan pemikiran Goleman, Cooper dan Sawaf 1998:x1ii- x1iii merumuskan kecerdasan emosional sebagai sebuah “Model Empat Batu Penjuru” yang akan memindahkan kecerdasan emosional dari dunia analisis psikologis dan teori-teori filosofis ke dalam dunia yang nyata dan praktis. Model ini lebih ditujukan pada EQ eksekutif dalam penggunaan kecerdasan emosional di tempat kerja. Model empat batu penjuru ini meliputi Cooper dan Sawaf , 1998:x1ii-x1iii: a. Kesadaran emosi emotional literacy, bertujuan untuk membangun tempat kedudukan bagi kepiawaian dan rasa percaya diri pribadi melalui kejujuran emosi, energi emosi, umpan balik emosi, intuisi, rasa tanggung jawab, dan koneksi. 22 b. Kebugaran emosi emotional fitness, bertujuan mempertegas kesejatian, sifat dapat dipercaya, dan keuletan, memperluas lingkaran kepercayaan dan kemampuan untuk mendengarkan, mengelola konflik dan mengatasi kekecewaan dengan cara paling konstruktif. c. Kedalaman emosi emotional depth, bertujuan untuk mengeksplorasi cara-cara menyelaraskan hidup dan kerja sesuai bakat unik individu, mendukungnya dengan ketulusan, kesetiaan pada janji, dan rasa tanggung jawab, yang pada gilirannya, memperbesar pengaruh individu tanpa mengobral kewenangan. d. Alkimia emosi emotional alchemy, merupakan tempat bagi individu dapat memperdalam naluri dan kemampuan kreatif untuk mengalir bersama masalah-masalah dan tekanan-tekanan, dan bersaing demi masa depan dengan membangun keterampilan untuk lebih peka akan adanya kemungkinan-kemungkinan solusi yang masih tersembunyi dan peluang yang masih terbuka.

C. Locus of Control

1. Pengertian Locus of Control Rotter Prasetyo, 2002:122 mengungkapkan locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan control peristiwa yang terjadi padanya. Hal tersebut sejalan dengan dengan pendapat Suhartanto 1996:6 yang menyatakan locus of control sebagai suatu keyakinan dan harapan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 individu akan sumber-sumber penentu dari segala pengalaman hidupnya. Locus of control terbagi menjadi dua dimensi, yaitu: locus of control internal dan locus of control eksternal. Individu dengan locus of control internal merasa yakin bahwa penyebab pengalaman, kegagalan maupun keberhasilannya bersumber dari dirinya sendiri. Individu tersebut akan selalu mengambil peran dan tanggung jawab dalam penentuan benar atau salah. Dengan kata lain, internal control mengacu pada persepsi terhadap kejadian baik positif maupun negatif sebagai konsekuensi dari tindakanperbuatan diri sendiri dan berada dibawah pengendalian dirinya. Sebaliknya individu dengan locus of control eksternal menyakini bahwa pengalaman-pengalaman hidupnya adalah hasil dari pengaruh atau penyebab orang lain, nasib, keberuntungan, atau kekuatan di luar dirinya. Dengan kata lain, eksternal control mengacu pada keyakinan bahwa suatu kejadian tidak memiliki hubungan langsung dengan tindakan yang telah dilakukan oleh diri sendiri dan berada di luar control dirinya. Locus of control pada individu sebenarnya bukanlah suatu konsep yang tipologik, melainkan suatu konsep yang kontinum London dan Exner dalam Suhartanto, 1996:6. Artinya locus of control individu bergerak dari ekstrim eksternal dan ekstrim internal. Oleh karena itu setiap orang memiliki sekaligus faktor internal dan eksternal dalam dirinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 Perkembangan orientasi individu ke arah internal atau eksternal didapatkan melalui proses belajar. Pengalaman individu di masa lalu akan mempengaruhi perkembangan orientasi ini akan turut mempengaruhi penilaian seseorang terhadap suatu peristiwa atau situasi yang sedang dihadapi Parkes, 1984 dalam Suhartanto, 1996:6. Individu yang berorientasi internal cenderung memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan dan tindakannya dianggap sangat menentukan akibat yang diterima, baik positif maupun negatif, lebih perseptif dan siap belajar dari lingkungan, memiliki daya tahan yang lebih besar terhadap pengaruh orang lain, lebih cepat dalam mengambil keputusan dan tindakan karena merasa mampu mengontrol lingkungannya Engler, 1985 dalam Suhartanto, 1996:6. Sebaliknya yang berorientasi pada eksternal, memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan, tidak berpengaruh besar dalam mengendalikan akibat hidupnya, baik dalam mencapai tujuan maupun dalam melakukan penghindaran terhadap situasi yang tidak menyenangkan, lebih cemas dan depresif serta kurang baik dalam melakukan aktivitas bermasyarakat dan lebih mempunyai kemungkinan besar untuk menampakkan perilaku yang negatif seperti: pasivitas, penarikan diri dan konformitas tinggi Rothbaum et al., 1882 dalam Suhartanto, 1996:6 Untuk dapat menentukan apakah seseorang memiliki locus of control interna l ataukah eksternal, dapat dilihat dari cara pandang 25 mereka mengenai kebutuhan-kebutuhan psikologis yang membawa kepuasan diri. Rotter mendiskripsikan kebutuhan psikologis seseorang menjadi 6 kategori umum Rotter dalam Phares dan Morristown, 1976:365 yaitu: a. Recognition-Status, yaitu kebutuhan untuk menjadi yang terbaik seperti: dipandang sebagai seseorang yang berkompeten, paling baik dibandingkan dengan yang lain dalam hal pendidikan, pekerjaan, olahraga, derajat sosial, paling menarik, dan sebagainya. b. Dominance, yaitu kebutuhan untuk dapat mengontrol orang lain seperti: kekuatan untuk melatih dan mempengaruhi orang lain. c. Independence, yaitu kebutuhan untuk membuat keputusan sendiri, percaya pada diri sendiri, mencapai tujuan tanpa bantuan orang lain. d. Protection-Dependency, yaitu kebutuhan untuk dapat mencegah timbulnya perselisihan, menyediakan perlindungan dan keamanan, dan membantu orang lain mencapai tujuan. e. Love and Affection, yaitu kebutuhan untuk bisa diterima dan disukai orang lain serta adanya penghargaan dari orang lain. f. Physical Comfort, yaitu kebutuhan untuk menikmati kepuasan yang bersifat lahiriah berkenaan dengan keamanan, menjauhkan diri dari sesuatu yang menyakitkan, merasa baik, pengalaman yang menyenangkan, dan sebagainya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa locus of control merupakan keyakinan individu tentang faktor-faktor yang mengatur

Dokumen yang terkait

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI MOTIVASI KERJA DAN PENGALAMAN MENGAJAR PADA SEKOLAH MENENGAH Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Motivasi Kerja Dan Pengalaman Mengajar Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Kecamatan Mojolaban Tahun 2014/2015.

0 2 15

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI MOTIVASI KERJA DAN PENGALAMAN MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH MENENGAH Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Motivasi Kerja Dan Pengalaman Mengajar Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Kecamatan Mojolaban Tahun 2014/2015.

0 2 12

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH, KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI KECAMATAN MARDINGDING KABUPATEN KARO.

1 4 46

Analisis kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru survei: guru-guru Sekolah Menengah Atas negeri dan swasta di wilayah Kabupaten Sleman.

0 6 236

Pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru : survei pada guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan negeri dan swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.

0 0 121

Persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru : survei guru-guru Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta Kabupaten Sleman.

0 0 193

Pemahaman guru terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no 20 tahun 2007 ditinjau dari masa kerja, tingkat pendidikan dan status kepegawaian : survei pada guru-guru sekolah menengah pertama negeri di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.

0 0 164

Pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru survei pada guru guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan negeri dan swasta di Kecamatan Kroy

0 0 119

LOCUS OF CONTROL DAN MASA KERJA

0 1 170

Persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru : survei guru-guru Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta Kabupaten Sleman - USD Repository

0 0 191