Coincident, Leading dan Lagging Indicators yang dihasilkan dari pendekatan business cycle memiliki fungsi dan karakteristik masing-masing. Adapun
penjelasan mengenai ketiga indikator tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Coincident Indicators
Coincident Indicators memiliki ketepatan waktu dengan variabel reference yang menunjukkan business cycle-nya. Bila dilihat dari pergerakan siklusnya,
Coincident Indicators bergerak seiring dengan variabel reference. Keduanya secara grafis bergerak bersamaan, bila siklus variabel reference berada di titik
puncak, maka siklus dari Coincident Indicators berada di titik puncak pula, begitu juga sebaliknya.
2. Leading Indicators
Time series yang dipilih cenderung bergerak lebih dulu dari variabel reference dan Leading Indicators-nya juga mencapai perputaran pergantian poin terlebih
dahulu terhadap posisi business cycle puncak dan lembah. Oleh karena itu, Leading Indicators ini cikal bakal dari early warning system.
Series-nya lebih sensitif dan volatile daripada Coincident Indicators, serta banyak dari mereka yang memiliki trend yang sangat lemah. Leading Indicators
jarang kehilangan banyak resesi tapi indikator tersebur memiliki lebih banyak fluktuasi daripada Coincident Indicators.
3. Lagging Indicators
Lagging Indicators menguatkan pergerakan dari Coincident dan Leading Indicators. Indikator ini dapat memeratakan dari kedua indikator lainnya. Bila
dilihat dari siklus pergerakannya, Lagging Indicators bergerak mengikuti variabel
reference. Oleh karena itu, Lagging Indicators kurang berpengaruh dalam pembagunan early warning system. Hal ini disebabkan karena pergerakan
indikator ini hanya memprediksi dampak penyebaran akibat terjadinya suatu fenoma ekonomi yang menjadi fokus penelitian.
Coincident, Leading dan Lagging Indicators merupakan instrumen yang penting dalam pembangunan suatu early warning system. Dalam upaya
mendapatkan kemungkinan sinyal-sinyal yang benar dan lebih kuat dalam mengurangi kesalahan, maka perlu disusun suatu indeks gabungan. Composite
Index lebih baik daripada Individual Index, karena dalam business cycle tidak ada pembuktian dari rantai tunggal dalam menjawab permasalahan yang terjadi , yaitu
gejala-gejala resesi atau ekspansi. Dengan adanya Composite Index, maka kemampuan prediksi potensial dalam Leading Indicators akan semakin optimal.
2.1.6 Leading Economic Indicators dan Peramalan Aktivitas Ekonomi Penyusunan Leading Economic Indicators LEI pertama kali dirintis pada
tahun 1920-an oleh Badan Statistik Amerika, yang dikenal dengan Bureau of Economic Research NBER. Pada saat itu, ilmu ekonometrika masih belum
berkembang, sehingga metode penyusunan LEI pun lebih bersifat analisis deskriptif. Selain itu, karena keterbatasan dalam penyusunannya, LEI hanya
disajikan dalam bentuk tabel angka-angka statistik. Pada masa itu, terdapat LEI saja dan belum memiliki composite index.
Pada perkembangan selanjutnya, LEI mengalami kemajuan yang begitu pesat dalam berbagai penelitian yang dilakukan. Indikator ini mulai dikaitkan dengan
berbagai teori ekonomi yang relevan untuk menyusun suatu EWS yang lebih akurat. Salah satu teori ekonomi yang kini mulai banyak dikaitkan dengan LEI
untuk keperluan pembangunan EWS adalah teori siklus bisnis business cycle. Pembentukan LEI dengan pendekatan siklus bisnis mulai banyak
dikembangkan didasarkan atas perhatian pada shock yang banyak terjadi berasal dari faktor internal maupun eksternal. Shock tersebut menyebabkan terjadinya
fluktuasi volatilitas dalam perekonomian. Dalam jangka panjang, fluktuasi tersebut akan mengakibatkan naik atau turunnya aktivitas perekonomian. Perilaku
naik turunnya rebounds dan declines, atau recoveries dan recessions perekonomian seringkali berulang pada masa-masa sesudahnya dan membentuk
suatu siklus. Karena sifatnya yang terus berulang, maka adanya deteksi dini atau peramalan siklus perekonomian menjadi sangat penting, baik bagi pemerintah
mapupun dunia usaha dalam rangka perencanaan dan formulasi kebijakan di bidang ekonomi serta pengambilan keputusan bisnis.
Dalam analisis business cycle, dikenal tiga indikator komposit, yaitu Leading, Coincident, dan Lagging Indicators. Selain ketiga indikator komposit tersebut,
dalam analisis business cycle terdapat pula reference series yang merupakan variabel untuk menggambarkan kondisi perekonomian secara keseluruhan seperti
Debt to GDP, PDB, inflasi, nilai tukar, saham, indeks produksi industri, dan sebagainya. Coincident Indicators merupakan variabel yang menggambarkan
kondisi perekonomian saat ini dan bergerak seiring dengan reference series. Leading Indicators merupakan variabel yang menggambarkan keadaan ekonomi
dalam beberapa bulan ke depan dan bergerak mendahului coincident indicators
maupun reference series. Lagging Indicators adalah variabel yang mengikuti lag pergerakan Coincident maupun Leading Indicators. Dari ketiga indikator tersebut,
Leading Indicators mendapatkan perhatian khusus karena fungsinya yang mampu memberikan deteksi dini early warning system tentang arah pergerakan
perekonomian secara keseluruhan. Sejak awal perkembangannya, analisis business cycle ini terutama
penyusunan Leading Indicators sangat populer dalam mendeteksi siklus perekonomian. Penyusunan Leading Indicators memerlukan data dengan
frekuensi yang tinggi, umumnya berupa data bulanan dengan frekuensi dan time series yang panjang. Oleh karena itu, penggunaannya masih sangat terbatas untuk
penelitian yang dilakukan di negara berkembang. Hal ini disebabkan karena ketersediaan data di negara berkembang pada umumnya masih belum
terdokumentasi dengan baik.
2.2 Penelitian Terdahulu