maupun reference series. Lagging Indicators adalah variabel yang mengikuti lag pergerakan Coincident maupun Leading Indicators. Dari ketiga indikator tersebut,
Leading Indicators mendapatkan perhatian khusus karena fungsinya yang mampu memberikan deteksi dini early warning system tentang arah pergerakan
perekonomian secara keseluruhan. Sejak awal perkembangannya, analisis business cycle ini terutama
penyusunan Leading Indicators sangat populer dalam mendeteksi siklus perekonomian. Penyusunan Leading Indicators memerlukan data dengan
frekuensi yang tinggi, umumnya berupa data bulanan dengan frekuensi dan time series yang panjang. Oleh karena itu, penggunaannya masih sangat terbatas untuk
penelitian yang dilakukan di negara berkembang. Hal ini disebabkan karena ketersediaan data di negara berkembang pada umumnya masih belum
terdokumentasi dengan baik.
2.2 Penelitian Terdahulu
Terdapat begitu banyak penelitian yang dilakukan dari waktu ke waktu untuk memberikan penilaian terhadap suatu negara mengenai kemungkinan
terjadinya krisis utang. Lembaga pemeringkat utang internasional menilai kemungkinan terjadinya krisis utang di suatu negara tertentu melalui
kemampuannya dalam membayar kembali obligasi. Namun, dalam studi-studi selanjutnya, penilaian terhadap kemungkinan terjadinya krisis utang di suatu
negara dapat dikaitkan dengan GDP per kapita, inflasi, utang eksternal,
pembangunan ekonomi dan sejarah negara tersebut Cantor Packer, 1996; Lee,
1993.
Pada penelitian lebih lanjut, mulai dikembangkan early warning system EWS yang bertujuan untuk menghasilkan suatu sinyal yang dapat mendeteksi
kesulitan pembayaran kembali utang suatu negara debt repayment. Hampir semua literatur studi menyatakan bahwa EWS yang dibentuk pada suatu
penelitian tertentu dapat digunakan untuk mendeteksi krisis utang pada suatu negara dalam jangka waktu satu tahun sebelumnya. Waktu yang lebih panjang
memang berdampak pada lebih sedikit kegagalan, karena semakin panjang waktu signaling, semakin panjang pula waktu untuk mengambil langkah-langkah
antisipatif untuk menghindari terjadinya krisis utang Berg Pattillo 1999; Kamin, 1999; Kumar et al., 2003.
Bussière and Fratzscher 2002 menunjukkan metode penentuan panjang waktu yang optimal dalam sinyal peringatan dini. Dalam upaya untuk menaksir
kecukupan dari suatu EWS, kemungkinan prakiraan biasanya ditransformasikan ke dalam peramalan dan dibandingkan denan indikator EWS y
it.
Untuk tujuan tersebut, pembuat keputusan harus menggunakan suatu cut-off atau probabilitas
threshold λ yang konsisten dengan besarnya kehilangan fungsi yang terjadi.
A.-M. Fuertes, E. Kalotychou 2007 berupaya menyusun suatu model EWS yang optimal dalam upaya mendeteksi kemungkinan terjadinya krisis utang di
negara-negara OECD dengan cara mengeksplorasi hubungan antara EWS dengan fungsi objektif pembuat keputusan. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan
tersebut memiliki dua komponen utama. Pertama, adanya unsur preferensi
pembuat keputusan dirumuskan dalam bentuk loss function dan risk-aversion parameter yang digabungkan ke dalam pengujian optimal dari classifier dan
penilaian dari peramalan sampel. Kedua, penelitian ini berupaya menginvestigasi kombinasi peramalan yang dilakukan. Adapun pendekatan yang dilakukan adalah
logit M dan logit R, K-Clustering, serta pendekatan ketiga menggunakan kombinasi keduanya menginvestigasi tentang forecast combining. Pokok
permasalahan pada fungsi objektif dan kombinasi peramalan masih kurang dibahas dalam berbagai literatur, sehingga penelitian ini lebih menekankan pada
kedua hal tersebut. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa preferensi pembuat
keputusan mempengaruhi pemilihan dari metodologi peramalan dan pengujian optimalnya. LOGIT-M menunjukkan non-parametric clustering dan judgmental
LOGIT-R classifier dengan menghasilkan false alarms yang lebih sedikit. Lebih lanjut, ditemukan bahwa dua classifier menguasai LOGIT-M dalam kehilangan
kegagalan yang lebih sedikit. Untuk keperluan pembentukan early warning system yang akurat, maka dalam
penelitian ini dilakukan pemilihan variabel-variabel yang dianggap sesuai. Pemilihan variabel-variabel tersebut didasarkan pada pendekatan LOGIT-M dan
K-clustering sehingga diperoleh sepuluh variabel terpilih. Adapun variabel yang terpilih tersebut adalah sebagai berikut.
1. volatilitas pertumbuhan ekspor dan rasio neraca perdagangan terhadap GDP
menjadi sinyal bagi aktivitas ekonomi eksternal;
2. rasio total utang luar negeri terhadap GDP, rasio official debt terhadap total
debt, dan rasio kredit IMF terhadap ekspor menjadi sinyal bagi aktivitas external credit exposure
3. credit to private sectorGDP, pertumbuhan GDP, volatilitas pertumbuhan
GDP, dan nilai tukar riil menjadi sinyal untuk menggambarkan kondisi domestik
4. tradeGDP menjadi sinyal mata rantai perekonomian global
Goldstein, Kaminsky, dan Reinhart 2000 juga telah mengupayakan pembentukan suatu early warning system dengan pendekatan leading indicators.
Adapun perbedaannya dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian tersebut dilakukan untuk membangun alat deteksi dini kemungkinan terjadinya krisis nilai
tukar. Dalam penelitian tersebut, telah ditetapkan beberapa leading indicator baku yang digunakan sebagai acuan utama dalam pembuatan model EWS sebagaimana
terlihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Leading Indicators Krisis Nilai Tukar dan Alasan Ekonomi
Leading Indicators Alasan Ekonomi
NERACA PERDAGANGAN Keseimbangan neraca perdagangan
Investasi lokal kotor -Ekspor
-Impor Nilai tukar efektif riil
Nilai tukar terhadap US Dollar Keseimbangan Neraca Perdagangan
Pendapatan Regional Bruto Ekspor
yang melemah
dan pertumbuhan impor yang berlebihan
dan nilai tukar yang terlampau kuat dapat
memperburuk neraca
perdagangan, dan dalam sejarah sangat berkaitan dengan terjadinya krisis
keuangan dibanyak negara. Kelemahan eksternal
dan nilai
tukar yang
terlampau kuat
dapat juga
menyebabkan kerawanan
sektor perbankan seperti kehilangan daya
kompetisi di pasar eksternal yang dapat menimbulkan
krisis keuangan,
kegagalan bisnis,
dan penurunan
kualitas pinjaman. Akhirnya, krisis perbankan dapat menyebabkan krisis
keuangan.
NERACA KEUANGAN Simpanan di BIScadangan devisa
Perbedaan tingkat suku bunga di dalam negeri dengan Amerika
Kewajiban asing atau harta pihak asing di sektor perbankan
Cadangan Devisa -M2cadangan devisa
-Aliran modal jangka pendekGDP -Hutang
luar negeri
jangka pendekcadangan devisa
Dengan terjadinya globalisasi dan integrasi sektor keuangan, masalah
neraca keuangan dapat membuat suatu negara
menjadi mudah
terkena guncangan.
Perwujudan masalah
neraca keuangan
dapat berupa
penurunan cadangan devisa, hutang luar negeri jangka pendek yang
berlebihan, jatuh tempo pinjaman dan keridakseimbangan nilai tukar, pelarian
modal ke luar negeri
SEKTOR KEUANGAN -DepositoM2
-Kredit dalam negeriGDP -Perbedaan
tingkat suku
bunga deposito
-Pinjamandeposito -M1PDB
-Pengganda M2 -Deposito di bank-bank komersial
-Tingkat suku bunga domestik Krisis
keuangan dan
perbankan berkaitan
erat dengan
terjadinya pertumbuhan kredit yang sangat cepat
terkait dengan kebijakan ekspansi moneter di banyak negara, sementara
terjadinya
penyusutan deposito
perbankan, tingginya tingkat suku bunga dalam negeri, dan besarnya
tingkat suku bunga deposito sering merupakan suatu gambaran terjadinya
kesulitan dan masalah di sektor perbankan
SEKTOR RIIL -Indeks Harga Konsumen
-Indeks Pembangunan Industri Terjadinya resesi dan kenaikan harga
yang drastis
sering mendahului
terjadinya krisis perbankan dan krisis
-Indeks Harga Saham Gabungan keuangan.
SEKTOR FISKAL -Kredit BI kepada sektor pemerintahan
-APBN terhadap PDB -Pengeluaran pemerintahGDP
-Kredit bersih ke sektor publikGDP Terjadinya defisit yang besar pada
APBN, dapat memicu memburuknya posisi neraca keuangan yang akhirnya
dapat menekan nilai tukar.
EKONOMI GLOBAL -Harga minyak dunia
-Nilai tukar riil antara US Dollar dengan Yen Jepang
-Tigkat suku bunga federal -Pertumbuhan ekonomi Amerika
Krisis ekonomi yang terjadi di luar negeri
dapat menyebar
pada perekonomian dalam negeri. Tingginya
harga minyak dunia merupakan suatu pertanda bahaya bagi neraca keuangan
dan dapat menyebabkan terjadinya krisis di dalam negeri. Tingginya
tingkat suku bunga dunia sering menjadi penyebab terjadinya pelarian
modal ke luar negeri. Untuk beberapa negara
Asia Timur,
terjadinya penurunan nilai tukar Yen Jepang
terhadap Dollar
Amerika dapat
menyebabkan nilai tukar mata uang domestik terhadap Dollar Amerika juga
tertekan.
Sumber : Juzhong Zhuang.
BIS= Bank International Settlement M1=Narrow Money M2=Broad Mone CPI=Consumer Price Index
GDI=Gross Domestic Investment GDP=Gross Domestic Product
Berbagai penelitian juga telah banyak dilakukan untuk menganalisis
indikator-indikator variabel makroekonomi yang mungkin dapat menjadi sinyal kemungkinan terjadinya krisis finansial. Dalam berbagai penelitian tersebut,
pengukuran kemungkinan terjadinya krisis finansial didasarkan pada analisis terhadap krisis nilai tukar, krisis perbankan, dan krisis utang. Adapun hasil dari
penelitian tersebut disajikan pada dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Indikator Interpretasi
CC BC DC Referensi
External Sector
Current Account
Nilai tukar riil Ukuran untuk perubahan daya
saing internasional dan proksi untuk lebih dari bawah
penilaian.Nilai tukar riil yang overvalued adalah diduga dapat
memperbesar probabilitas terjadinya krisis financial.
+ +
Kaminsky et al. 1998; Berg and
Pattillo 1999; Kamin
et al. 2001; Edison
2003; Dermirg¨uc¸-
Kunt and Detragiache
2000; Eichengreen
and Arteta 2000
Pertumbuhan ekspor
Indikator yang menunjukkan terjadinya kehilangan daya saing
pada pasar dunia internasional market. pasar. Penurunan
pertumbuhan ekspor dapat disebabkan oleh terlalu tinggi
mata uang domestik dan karenanya indicator ini menjadi
proxy untuk terjadinya mata uang yang overvalue. Di sisi lain, jika
pertumbuhan ekspor melambat karena alasan yang tidak terkait
untuk nilai tukar, ini dapat menyebabkan tekanan devaluasi.
- -
Kaminsky et al. 1998; Berg and
Pattillo 1999; Edison
2003; Marchesi 2003
Pertumbuhan Impor
Lemahnya sektor eksternal adalah bagian dari krisis mata uang.
Besar pertumbuhan impor dapat mengakibatkan memburuknya
transaksi berjalan sudah sering berhubungan dengan krisis mata
uang +
Kaminsky et al. 1998; Berg and
Pattillo 1999; Edison
2003
Terms of Trade
Peningkatan dalam Terms of Trade ToT harus memperkuat
posisi dari neraca pembayaran suatu negara dan karenanya
menurunkan probabilitas krisis. Kemunduran dari ToT
dapat mendahului terjadinya krisis mata uang.
- -
- Kaminsky et al.
1998; Berg and Pattillo
1999; Kamin et al. 2001;
Dermirg ¨uc¸-Kunt and
Detragiache 2000;
Lanoie and Lemarbre
1996
Rasio Current Account
terhadap GDP Kenaikan rasio ini umumnya
dikaitkan dengan aliran modal masuk secara besar-besaran yang
diintermediasi oleh sistem finansial domestik dan dapat
memfasilitasi harga asset dan credit boom. Peningkatan surplus
pada current diperkirakan akan menunjukkan kemampuan untuk
mendevaluasi dan dengan demikian untuk menurunkan
kemungkinan krisis. -
- -
Berg and Pattillo 1999; Kamin et
al. 2001;
Eichengreen and Arteta 2000;
Lanoie and Lemarbre
1996; Marchesi 2003
External Sector
Capital Account
Rasio M2 terhadap
cadangan devisa
Menangkap sejauh mana kewajiban sistem perbankan
didukung oleh cadangan devisa. Dalam hal krisis mata uang, tiap
individu mungkin terburu-buru untuk mengkonversi deposito
mereka dari mata uang domestik ke mata uang asing, sehingga
rasio ini menangkap kemampuan pusat bank untuk memenuhi
tuntutan mereka. +
+ Kaminsky et al.
1998; Berg and Pattillo
1999; Kamin et al. 2001;
Edison 2003;
Dermirg¨uc¸- Kunt and
Detragiache 2000;
Eichengreen and Arteta 2000
Pertumbuhan Cadangan
Devisa Penurunan cadangan devisa
merupakan indikator yang handal sebuah mata uang
di bawah tekanan devaluasi. Penurunan cadangan belum tentu
diikuti oleh devaluasi, bank sentral mungkin bisa berhasil
dalam mempertahankan- pasak, menghabiskan jumlah
besar cadangan dalam proses. Pada sisi lain, runtuh mata uang
yang paling didahului oleh periode meningkatkan upaya-
upaya untuk mempertahankan nilai tukar, yang ditandai dengan
penurunan cadangan devisa. Total nilai cadangan devisa juga
digunakan sebagai indikator kesulitan keuangan negara
berurusan dengan pembayaran kembali utang
- -
Kaminsky et al. 1998; Berg and
Pattillo 1999; Edison
2003; Marchesi 2003
Financial Sector
Pertumbuhan M1 dan M2
Indikator-indikator ini merupakan ukuran likuiditas. Tingginya
tingkat pertumbuhan ini mungkin menunjukkan kelebihan likuiditas
yang mungkin menjadi alasan untuk melakukan serangan
spekulatif terhadap mata uang sehingga mengarah ke krisis mata
uang. +
Kamin et al. 2001
M2 money multiplier
Sebuah indikator yang terkait dengan liberalisasi finansial.
Peningkatan yang besar pada money multiplier dapat dijelaskan
oleh adanya penurunan besarnya persyaratan cadangan.
+ Kaminsky et al.
1998; Berg and Pattillo
1999; Edison 2003
Rasio utang domestik
terhadap GDP Pertumbuhan kredit domestik
yang sangat tinggi dapat berfungsi sebagai indikator kasar
dari kerapuhan sistem perbankan. Rasio ini biasanya terbit di
tahap awal krisis perbankan. Ini mungkin bahwa krisis
terungkap, bank sentral dapat menyuntik uang ke bank untuk
memperbaiki situasi keuangan mereka.
+ +
Kaminsky et al. 1998; Berg and
Pattillo 1999; Edison
2003; Dermirg¨uc¸-
Kunt and Detragiache
2000; Eichengreen
and Arteta 2000
Excess real M1
Balance Kebijakan moneter yang longgar
dapat menyebabkan krisis mata uang.
+ Kaminsky et al.
1998; Berg and Pattillo
1999; Edison 2003
Tingkat bunga riil dalam
negeri domestik
Tingkat bunga riil dapat dianggap sebagai proksi dari liberalisasi
keuangan di mana proses liberalisasi itu
sendiri cenderung mengarah pada tingginya
tingkat bunga riil domestik. Tingginya suku bunga
menandakan bahwa likuiditas ditingkatkan untuk
mengantisipasi terjadinya serangan spekulatif.
+ +
Kaminsky et al. 1998; Berg and
Pattillo 1999; Edison
2003; Dermirg¨uc¸-
Kunt and Detragiache
2000
Lending and deposit
rate spread Kenaikan indikator ini atas
beberapa tingkat ambang mungkin mencerminkan
penurunan risiko kredit +
Kaminsky et al. 1998; Berg and
Pattillo 1999; Edison
2003
Simpanan Bank
Komersial Penurunan dalam hal kualitas
kredit Bank domestik melakukan
tindakan pengambilan uang simpanannya secara bersama-
sama dan pelarian modal terjadi sebagai awal terjadinya krisis
- Kaminsky et al.
1998; Berg and Pattillo
1999; Edison 2003
Rasio Cadangan
Bank terhadap Aset Bank
Guncangan makroekonomi yang merugikan kemungkinan besar
sedikit mengarah pada terjadinya krisis di negara dimana system
perbankan nya bersifat likuid. -
Dermirg¨uc¸-Kunt and
Detragiache 1997
Domestic real and public
sector
Rasio Keseimbangan
Fiskal Terhadap GDP
Defisit yang lebih tinggi diprediksi dapat meningkatkan
probabilitas krisis, karena terjadinya defisit meningkatkan
kerentanan terhadap guncangan dan kepercayaan investor
+ Dermirg¨uc¸-Kunt
and Detragiache
2000; Eichengreen and
Arteta 2000
Rasio Utang Publik
Terhadap GDP Tingginya utang diprediksi dapat
meningkatkan kerentanan terhadap pembalikan
dalam arus masuk modal dan maka untuk meningkatkan
kemungkinan krisis. +
+ +
Kamin et al., 2001;
Lanoie and Lemarbre
1996; Eichengreen
and Arteta 2000
Pertumbuhan Produksi
Industri Resesi sering mendahului
terjadinya krisis keuangan -
Kaminsky et al. 1998; Berg and
Pattillo 1999; Edison
2003
Perubahan Dalam Harga
Saham Ledakan harga aset yang
gelembung sering mendahului krisis keuangan.
- Kaminsky et al.
1998; Berg and Pattillo
1999; Edison 2003
Tingkat Inflasi Tingkat inflasi mungkin terkait dengan tingkat bunga nominal
yang tinggi dan mungkin menjadi sautu
proksi terhadap terjadinya kesalahahan penanganan ekonomi
sehingga berpengaruh negative terhadap ekonomi dan sistem
perbankan +
+ Dermirg¨uc¸-Kunt
and Detragiache
1997; Lanoie and
Lemarbre 1996; Marchesi
2003
GDP Per Kapita
Negara berpendapatan tinggi kemungkinannya kecil untuk
melakukan penjadwalan ulang utang mereka dibandingkan
dengan negara-negara miskin karena biaya penjadwalan ulang
akan cenderung lebih berat bagi ekonomi yang lebih maju.
Kemerosotan kegiatan ekonomi domestik diprediksi dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya krisis perbankan.
- -
Dermirg¨uc¸-Kunt and
Detragiache 1997;
Eichengreen and Arteta 2000;
Lanoie and Lemarbre
1996; Marchesi 2003
Pertumbuhan Tabungan
Nasional Tabungan nasional yang tinggi
diprediksi dapat menurunkan kemungkinan dilakukannya
penjadwalan hutang -
Lanoie and Lemarbre
1996
Global Economy
Pertumbuhan Harga Minyak
Dunia Harga minyak yang tinggi terkait
dengan terjadinya resesi +
Edison 2003
Tingkat Bunga Amerika
Serikat Peningkatan suku bunga
Internasional sering dikaitkan dengan terjadinya aliran modal
keluar +
+ Edison 2003;
Kamin et al. 2001;
Eichengreen and Arteta
2000
Pertumbuhan PDB OECD
Pertumbuhan output yang lebih tinggi asing harus memperkuat
ekspor dan dengan demikian mengurangi kemungkinan krisis.
- -
Edison 2003; Kamin
et al. 2001; Eichengreen
and Arteta 2000
Catatan: CC, BC dan DC merupakan krisis mata uang, krisis perbankan, dan krisis utang, masing- masing. Positif negatif diharapkan tanda berarti bahwa nilai rendah yang tinggi indikator
menyebabkan probabilitas yang lebih tinggi dari krisis.
Beberapa penelitian terdahulu telah melakukan berbagai pendefinisian berbeda atas interpretasi kondisi krisis utang yang melanda suatu negara. Secara
khusus, suatu negara dikategorikan sedang mengalami krisis utang bila negara tersebut melakukan perjanjan penjadwalan ulang pembayaran utang atau negosiasi
debt rescheduling agreement or negotiation. Ada beberapa penelitian yang menggunakan kombinasi dari beberapa definisi krisis utang, dan ada juga
penelitian yang menggunakan suatu peristiwa atau pengukuran tertentu dari debt rescheduling yang dilakukan suatu negara. Sebagai contoh, penelitian yang
dilakukan Berg and Sachs 1988, Lee 1991, Balkan 1992, Lanoie and Lemarbre 1996, and Marchesi 2003, mendefinisikan krisis utang hanya
menggunakan konsep debt rescheduling yang dilakukan suatu negara. Penggunaan konsep debt rescheduling ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi
secara tepat kapan periode waktu suatu negara tertentu melakukan penjadwalan ulang atas pembayaran utang luar negerinya.
Dengan menggunakan klasifikasi tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa Indonesia pernah mengalami krisis utang. Hal ini didasarkan pada terjadinya debt
rescheduling yang dilakukan Indonesia pada periode waktu tertentu sebagaimana
ditampilkan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Periode Waktu Pelaksanaan Debt Rescheduling Atas Pembayaran Utang Luar Negeri Indonesia
Periode Waktu Debt Rescheduling
Desember 1966 Pembayaran utang publik dan non-
publik dijadwal ulang pada tingkat pasar yang sesuai dengan profil
pembayaran kembali berdasarkan hasil negosiasi
Oktober 1967 Pembayaran utang publik dan non-
publik dijadwal ulang pada tingkat pasar yang sesuai dengan profil
pembayaran kembali berdasarkan hasil negosiasi
Oktober 1968 Pembayaran utang publik dan non-
publik dijadwal ulang pada tingkat pasar yang sesuai dengan profil
pembayaran kembali berdasarkan hasil negosiasi
April 1970 Pembayaran utang publik dan non-
publik dijadwal ulang pada tingkat pasar yang sesuai dengan profil
pembayaran kembali berdasarkan hasil negosiasi
Juni 1998 Kerangka
kesepakatan untuk
melakukan restrukturisasi atas utang swasta sebesar 80,23 miliar USD.
September 1998 Jatuh Tempo Utang dari 6Agustus 1998
hingga 31 Maret 2000 April 2000
Pembayaran utang non-publik dan publik dijadwal ulang kembali pada
tingkat pasar yang sesuai
April 2002 Pembayaran utang non-publik dan
publik dijadwal ulang kembali pada tingkat pasar yang sesuai
Sumber : Marcheisie, 2003
2.3 Kerangka Pemikiran