Penentuan Turning Point Coincident, Leading dan Lagging Debt Index

3. Jumlahkan MoM change yang telah di-adjust langkah 2; misalkan = i t 4. Lakukan adjustment terhadap i t untuk menyamakan volatilitas dengan reference series; untuk Coincident Economic Indicator CEI menggunakan reference series yakni debt to GDP, serta untuk Leading Economic Indicator LEI dan Lagging Economic Indicator menggunakan reference series CEI atau reference series debt to GDP. 5. Hitung angka preliminary leading dan Coincident Debt Index dengan menetapkan nilai indeks awal sama dengan 100. Nilai indeks berikutnya dihitung dengan menggunakan rumus : I t = I t -1 200 + i t 200-i t ..................................................................3.8 Kombinasi variabel yang menghasilkan composite CI dan LI terbaik diperoleh dengan cara trial and error. Ukuran kebaikan CI didasarkan pada kesamaan pergerakannya dengan debt to GDP reference series, sementara untuk LI didasarkan pada kemampuannya memprediksi pergerakan CI.

6. Penentuan Turning Point Coincident, Leading dan Lagging Debt Index

dengan Metode Bry Boschan Procedure Setelah proses seleksi selesai dilakukan, maka selanjutnya variabel-variabel yang menjadi kandidat Coincident, Leading dan Lagging Indicators akan melalui suatu proses perhitungan sehingga dihasilkan suatu indeks bagi masing-masing indikator tersebut. Pada tahap selanjutnya, dilakukan penentuan turning point pada ketiga indeks yang dihasilkan, yakni Coincident Debt Index, Leading Debt Index dan Lagging Debt Index. Penentuan turning points dimaksudkan untuk menetapkan waktu bulan dan tahun dimana ketiga indeks tersebut mengalami pembalikan dari fase ekspansi ke kontraksi atau sebaliknya. Penentuan turning points ini penting untuk menyusun kronologi siklus bisnis di Indonesia. Adapun metode yang digunakan untuk melakukan penentuan turning point tersebut adalah metode Bry Boschan Procedure. Metode ini telah dikembangkan sejak lama oleh NBER dan masih digunakan secara luas hingga saat ini. Secara visual, grafik Leading Debt Index bergerak mendahului Coincident Debt Index dengan selang waktu tertentu. Selang waktu Leading Debt Index bergerak mendahului Coincident Debt Index tersebut dapat ditentukan secara akurat dengan menghitung rata-rata perbedaan antar titik puncak dan lembah dari kedua indeks tersebut. Perbedaan rata-rata selang waktu Leading Debt Index mendahului Coincident Debt Index selanjutnya ditetapkan sebagai jangka waktu kemungkinan terjadinya krisis utang setelah munculnya sinyal pada system deteksi dini yang telah dibuat. Dengan demikian, pihak pengambil kebijakan memiliki waktu dalam periode tertentu untuk merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan yang penting dalam rangka menghindari kemungkinan terjadinya krisis utang. Adapun Lagging Debt Index secara visual pergerakan grafiknya mengikuti Coincident Debt Index. Selang waktu Lagging Debt Index bergerak mengikuti Coincident Debt Index tersebut dapat ditentukan secara akurat dengan menghitung rata-rata perbedaan antar titik puncak dan lembah dari kedua indeks tersebut. Perbedaan rata-rata selang waktu Lagging Debt Index mendahului Coincident Debt Index selanjutnya ditetapkan sebagai jangka waktu dampak penyebaran contagion effect akibat terjadinya krisis utang setelah munculnya sinyal. Dengan demikian, pihak pengambil kebijakan memiliki waktu dalam periode tertentu untuk merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan yang penting dalam rangka menghindari dampak penyebaran secara luas terhadap perekonomian secara agregat akibat terjadinya krisis utang yang tidak dapat terhindarkan lagi. Pengujian secara grafis dengan metode Bry Boschan Procedure ini diawali dengan penentuan titik puncak peak dan lembah trough pada grafik dari masing-masing indeks yang telah dihasilkan. Penentuan titik puncak peak dan lembah trough tersebut menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan mengingat langkah ini akan memudahkan penentuan selang waktu perbedaan antara Coincident Debt Index dengan Leading Debt Index dan Lagging Debt Index. Titik puncak suatu indeks ditentukan pada periode tertentu dimana indeks tersebut mencapai nilai tertinggi, sedangkan titik lembah suatu indeks ditentukan pada periode tertentu dimana indeks tersebut mencapai nilai terendah. Suatu indeks tertentu dikatakan memiliki satu siklus bila pada rentang periode tertentu memiliki satu titik puncak dan satu titik lembah. Metode Bry Boschan Procedure menetapkan bahwa jarak perbedaan waktu antara titik puncak terhadap lembah peak to trough atau titik lembah terhadap puncak trough to peak dalam satu siklus minimal enam bulan. Bila suatu variabel memiliki lebih dari satu siklus dalam rentang periode tertentu, ditetapkan pula bahwa jarak antar titik puncak peak to peak atau antar titik lembah trough to trough minimal lima belas bulan. Setelah menetapkan peak dan trough dari masing-masing indeks, maka selang waktu perbedaan pergerakan Leading Debt Index dan Lagging Debt Index terhadap Coincident Debt Index dapat dihitung secara tepat. Gambar 3.1 Alur Penyusunan Komponen Early Warning System Pengumpulan variabeldata sekunder Data hasil seleksi 1. Berdasarkan ketersediaan data 2. Kriteria ekonomi 3. Kriteria statistik Kompilasi Data Data siap digunakan Metode : 1. Disagregasi data Cubic Splines Generating Data Metode : 1. Cross-Correlation Test 2. Granger Causality Test Seleksi Kandidat Composite Index Kandidat Leading Indicators Kandidat LaggingIndicators Kandidat Coincident Indicators Coincident Debt Index Leading Debt Index Lagging Debt Index Penyusunan Composite Index Metode Indeksasi Metode X-12 ARIMA Metode X-12 ARIMA Metode X-12 ARIMA Metode Bry Boschan Procedure Metode Bry Boschan Procedure Metode Bry Boschan Procedure Penentuan Turning Point dan Perbedaan Selang Waktu Antara Coincident Debt Index dengan Leading Debt Index dan Lagging Debt Index

3.3 Definisi Operasional

Adapun beberapa definisi operasional yang penting untuk dipahami dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Utang luar negeri Indonesia adalah posisi kewajiban aktual penduduk Indonesia kepada bukan penduduk pada suatu waktu, tidak termasuk kontinjen, yang membutuhkan pembayaran kembali bunga danatau pokok pada waktu yang akan datang. 2. Utang luar negeri pemerintah adalah utang yang dimiliki oleh pemerintah pusat, terdiri dari utang bilateral atau multilateral, fasilitas kredit ekspor FKE, utang komersial, dan leasing, termasuk pula Surat Berharga Negara SBN yang diterbitkan di luar maupun di dalam negeri yang dimiliki oleh bukan penduduk. SBN terdiri dari Surat Utang Negara SUN dan Surat Berharga Syariah Negara SBSN. SUN terdiri dari Obligasi Negara yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan dan Surat Perbendaharaan Negara SPN yang berjangka waktu sampai dengan 12 bulan. SBSN terdiri SBSN jangka panjang Ijarah Fixed RateIFR dan Global Sukuk. 3. Utang luar negeri bank sentral adalah utang yang dimiliki oleh Bank Indonesia dalam rangka mendukung neraca pembayran dan cadangan devisa. Termasuk dalam utang luar negeri Bank Indonesia adalah kewajiban dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI yang dimiliki oleh bukan penduduk serta simpanan deposits bukan penduduk di Bank Indonesia. 4. Pendapatan Negara dan Hibah adalah seluruh penerimaan negara yang terdiri dari Penerimaan Dalan Negeri dan Hibah.