biasa tumbuh pada ketinggian 700 m dpl dan kareumbi Homalanthus populneus
merupakan tumbuhan yang tumbuh di hutan sekunder dan hutan yang sedang mengalami suksesi Purwaningsih 1992.
Pada tingkat tiang INP tertinggi dari seluruh lokasi penelitian yaitu spesies pasang Quercus sundaica dengan INP 116,94, yang ditemukan di
lokasi Resort Pasawahan. Spesies ini diduga spesies khas TNGC karena hampir ada di setiap lokasi penelitian. Untuk tingkat pancang INP tertinggi
dari seluruh lokasi penelitian yaitu spesies kareumbi Homalanthus populneus
dengan INP 50,00, yang ditemukan di lokasi Resort Pasawahan. Pada tingkat semai dan tumbuhan bawah, INP semai tertinggi dari
seluruh lokasi penelitian yaitu spesies talingkup Claoxylum indicum di Resort Argalingga dengan INP 69,81. Untuk INP terbesar tumbuhan bawah
yaitu jajagoan Echinochloa crussgalli di Resort Cigugur, ki janggot Mentha arvensis di Resort Pasawahan dan anggrek Dendrobium sp. di
Resort Jalaksana dengan INP 200.
5.3.4 Keanekaragaman dan kemerataan tumbuhan
Keanekaragaman spesies merupakan ciri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan
untuk menyatakan struktur komunitas. Keanekaragaman spesies juga dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu
komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan pada komunitas tersebut Soegianto 1994 dalam Indriyanto 2006.
Keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi spesies yang terjadi
dalam komunitas itu sangat tinggi. Indeks kemerataan memiliki selang 0 –1.
Nilai indeks kemerataan mendekati 1, maka sebaran individu antar spesies relatif merata, sedangkan bila nilai indeks mendekati 0 maka sebaran individu
antar spesies sangat tidak merata Magurran 1988. Rekapitulasi nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks kemerataan di TNGC tersaji
pada Tabel 22.
Tabel 22 Niai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks kemerataan pada berbagai resort di TNGC
No Habitus
Tingkat pertumbuhan
Keanekaragaman H’
Kemerataan E
1
Lokasi Resort
1 Pohon
Semai 2,23
2,41 1,75
1,76 1,98
0,49 0,52
0,38 0,38
0,43 Cigugur
Jalaksana Pasawahan
Argalingga Sanghiang
Pancang 2,22
2,82 2,13
2,34 2,00
0,48 0,61
0,46 0,51
0,43 Cigugur
Jalaksana Pasawahan
Argalingga Sanghiang
Tiang 1,84
2,69 1,58
2,20 1,86
0,40 0,59
0,34 0,48
0,40 Cigugur
Jalaksana Pasawahan
Argalingga Sanghiang
Pohon 2,48
3,22 1,60
2,48 2,02
0,54 0,70
0,35 0,54
0,44 Cigugur
Jalaksana Pasawahan
Argalingga Sanghiang
2 Liana
- -
1,09 -
- -
0,24 -
- Cigugur
Jalaksana Pasawahan
Argalingga Sanghiang
3 Semak
- -
- -
- -
- Cigugur
Jalaksana Pasawahan
Argalingga Sanghiang
4 Perdu
- 1,51
- 1,86
0,33 -
0,33 -
0,41 0,07
- Cigugur
Jalaksana Pasawahan
Argalingga Sanghiang
5 Herba
- 0,66
3,25 1,86
0,66 2,67
0,14 0,71
0,40 0,14
0,58 Cigugur
Jalaksana Pasawahan
Argalingga Sanghiang
6 Epifit
- -
- -
- -
- -
- Cigugur
Jalaksana Pasawahan
Argalingga Sanghiang
Keterangan : nilai 0 = hanya 1 spesies ditemukan pada plot contoh, - = tidak ditemukan habitus tersebut pada plot contoh
Nilai keanekaragaman dengan kategori tinggi yaitu pada tingkat pohon di Resort Jalaksana dengan nilai 3,22, berarti hutan di Resort
Jalaksana disusun oleh banyak spesies. Menurut Indriyanto 2006 jika nilai
keanekaragaman tinggi berarti komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies. Nilai keanekaragaman yang lainnya untuk tingkat pertumbuhan semai
sampai pohon di setiap tempat penelitian bernilai antara 1-3 berarti memiliki kategori sedang.
Nilai kemerataan terbesar adalah pada tingkat pohon di resort Jalaksana 0,70 sedangkan indeks kemerataan terkecil yaitu pada tingkat
tumbuhan bawah dengan nilai 0. Nilai keanekaragaman dari tingkat pertumbuhan semai sampai pohon yang tertinggi di Resort Jalaksana karena
hutan di Resort Jalaksana masih bagus dan lebat, selain itu hutan di Resort Jalaksana tidak di rambah oleh masyarakat. Dari hasil wawancara Resort
Jalaksana tidak cocok untuk dijadikan perladangan karena suhu di sana terlalu panas sedangkan tanaman pertanian contohnya kentang
Solanum tuberosum memerlukan suhu yang dingin dan ketinggian minimal 1300 m dpl Samadi
1997. Untuk pertumbuhan tanaman yang lebih baik, seperti kentang Solanum tuberosum memerlukan suhu rata-rata 18-20°C Samadi 1997.
Hutan yang dekat dengan pemukiman warga yaitu hutan dataran rendah dan hutan pegunungan yang cocok untuk perladangan di Resort Jalaksana yaitu di
daerah Gunung Putri tetapi perjalanan ke sana sangat jauh dan memerlukan waktu rata-rata 5-6 jam. Karena alasan tersebut masyarakat tidak melakukan
perambahan di Resort Jalaksana. Tingkat kemerataan yang kecil di Resort Pasawahan karena lokasi ini adalah lokasi lahan kebakaran hutan. Setiap
tahun ada kebakaran hutan di daerah ini yang menyebabkan hampir seluruh lahan disini habis. Ketika penelitian dilakukan yang ada hanya padang
rumput, batu-batuan dan hutan yang jarang. Untuk tingkat tumbuhan bawah habitus herba yang banyak
ditemukan di plot contoh, nilai keanekaragaman yang terbesar yaitu di resort Jalaksana 3,25 dan yang paling kecil yaitu di Resort Cigugur dan
Argalingga yaitu 0,71. Di Resort Cigugur dan Argalingga adalah tempat masyarakat berladang jadi kecilnya keanekaragaman dan kemerataan di resort
ini bisa diakibatkan oleh perladangan yang semakin luas. Sehingga tumbuhan bawah jarang ditemukan.
Untuk habitus yang paling jarang ditemukan adalah habitus epifit dan semak pada tingkat tumbuhan bawah, hanya satu spesies yang ditemukan
di setiap resort. Untuk habitus epifit yaitu di Resort Jalaksana, spesiesnya anggrek Dendrobium sp., untuk habitus semak di Resort Cigugur jajagoan
Echinochloa crussgalli dan di Resort Pasawahan ki janggot Mentha
arvensis dengan keanekaragaman 0 karena hanya satu habitus yang
ditemukan di plot contoh.
5.4 Kaitan Masyarakat dengan TNGC