Kadar garam Apriyantono et. al 1989 Kadar abu tak larut asam Apriyantono et. al 1989

3.4.4 Kadar garam Apriyantono et. al 1989

Pengukuran kandungan garam menggunakan analisis cepat metode Modifikasi Mohr dengan cara kerja sebagai berikut : 1. Sampel sebanyak 5 gram ditimbang dan diabukan seperti pada cara penetapan abu. 2. Abu yang diperoleh dicuci dengan akuades sedikit mungkin dan dipindahkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. 3. Kemudian ditambahkan 1 ml larutan potasium kromat 5 dan dititrasi dengan larutan perak nitrat 0.1 M dan titik akhir titrasi tercapai apabila timbul warna oranyejingga yang pertama. Perhitungan : Garam NaCl : T x M x 5.84 W Keterangan : T = titer M = Molaritas perak nitrat W = Berat sampel

3.4.5 Kadar abu tak larut asam Apriyantono et. al 1989

Pengukuran kadar abu tak larut asam dilakukan dengan cara menetapkan kadar abu total yang dilarutkan dalam 25 ml HCl 10 dan dididihkan selama 5 menit. Larutan tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman bebas abu dan dicuci dengan air suling sampai bebas dari klorida dengan menggunakan indikator AgNO 3 . Selanjutnya kertas saring dikeringkan dalam oven. Abu yang telah didapatkan dari pengeringan, diabukan kembali dalam tanur dengan menggunakan cawan porselen. Setelah itu, cawan porselen tersebut didinginkan dalam desikator dan ditimbang beratnya. Rumus Kadar Abu Tak Larut Asam: Kadar Abu Total = berat abu x 100 berat sampel awal 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui konsentrasi garam terpilih yang ditentukan melalui uji sensori. Konsentrasi garam yang diberikan terdiri dari empat taraf, yaitu 0 , 3 , 6 , dan 9 . Uji ini dilakukan untuk mengetahui penilaian yang lebih spesifik dari para panelis. Uji sensori yang dilakukan adalah uji sensori skala hedonik yang mencakup aspek kesukaan terhadap penampakan, warna, tekstur, aroma dan rasa. Pengujian sensori menggunakan uji skoring menggunakan skala 1 sampai 9 dan panelis yang berjumlah 30 orang.

4.1.1 Penampakan

Penampakan adalah parameter pertama yang dinilai panelis dalam mengonsumsi suatu produk pangan. Bila kesan penampakan baik maka panelis baru melihat karakteristik lainnya seperti aroma, rasa dan tekstur. Penilaian yang diberikan panelis bersifat subjektif secara visual Soekarto 1985. Hasil dari uji sensori yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4. 4,40 a 4,90 ab 5,33 a b 5,70 a 1 2 3 4 5 6 3 6 9 K on se n tra si g a ra m N il a i ra ta -r a ta s e n s o ri p e n a m p a k a n Gambar 4. Diagram batang nilai rata-rata sensori penampakan fillet belut asap Dari Gambar 4 tersebut dapat dilihat bahwa pemberian konsentrasi garam dengan kisaran 0 sampai 9 memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata nilai sensori penampakan fillet belut asap Lampiran 4. Nilai rata-rata sensori penampakan fillet belut asap dari konsentrasi pemberian garam yang paling kecil sampai besar adalah 4,40; 4,90; 5,33 dan 5,70. Fillet belut asap