bervariasi  yaitu  antara  10-200  mgkg.  Beberapa  jenis  fenol  yang  biasanya terdapat pada produk asap adalah guaiakol dan siringol.
2 Senyawa–senyawa karbonil Senyawa–senyawa karbonil dalam asap memiliki peranan pada pewarnaan dan
cita  rasa  produk  asap.  Golongan  senyawa  ini  mempunyai  aroma  seperti  karamel yang  unik.  Jenis  senyawa  karbonil  yang  terdapat  dalam  asap  cair  antara  lain
vanilin dan siringaldehid. 3 Senyawa–senyawa asam Pearson et al. 1996 dalam Coronado et al. 2002
Senyawa–senyawa  asam  mempunyai  peranan  sebagai  antimikroba  dan membentuk  cita  rasa  produk  asap.  Senyawa  asam  ini  antara  lain  adalah  asam
asetat, propionat, butirat dan valerat. 4 Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis Hattula et al. 2001
Senyawa hidrokarbon  polisiklis aromatis dapat terbentuk pada pirolisis  kayu. Pembentukan berbagai senyawa ini tergantung dari beberapa hal, yaitu temperatur
pirolisis,  waktu  dan  kelembaban  udara  pada  proses  pembuatan  asap  serta kandungan  udara  dalam  kayu.  Kadar  HPA  ini  dapat  dikurangi  dengan  proses
pengendapan dan penyaringan. 5 Senyawa benzoapirena Darmadji et al. 1992 dalam Prananta 2008
Senyawa  benzoapirena  mempunyai  titik  didih  310
o
C  dan  dapat menyebabkan kanker  kulit  jika dioleskan  secara  langsung pada  permukaan  kulit.
Akan tetapi proses terjadinya memerlukan waktu yang lama.
2.5 Penggaraman
Penggaraman  dilakukan  untuk  mengurangi  kadar  air  dalam  badan  ikan sampai  titik tertentu  sehingga  bakteri  tidak  dapat  hidup  dan  berkembang  lagi.
Selama  proses  penggaraman  terjadi  penetrasi  garam  ke  dalam  tubuh  ikan  dan keluarnya  cairan  dari  dalam  tubuh  ikan  karena  adanya  perbedaan  konsentrasi.
Cairan ini dengan cepat akan melarutkan kristal garam atau mengencerkan larutan garam. Bersamaan dengan keluarnya cairan dari dalam tubuh ikan, partikel garam
memasuki  tubuh  ikan.  Lama  kelamaan  kecepatan  proses  pertukaran  garam  dan cairan  tersebut  semakin  lambat,  dengan  menurunnya  konsentrasi  garam  di  luar
tubuh ikan dan meningkatnya konsentrasi garam di dalam tubuh ikan. Selanjutnya pertukaran  garam  dan  cairan  tersebut  terhenti  sama  sekali  setelah  terjadi
keseimbangan  konsentrasi  garam  di  dalam  tubuh  ikan  dengan  lingkungannya. Pada saat itulah  terjadi pengentalan cairan tubuh  yang tersisa dan penggumpalan
protein  serta  pengerutan  sel-sel  tubuh  ikan  sehingga  sifat  daging  ikan  berubah Afrianto dan Liviawaty 1989.
Ada  beberapa  faktor  yang  mempengaruhi  kecepatan  penetrasi  garam  ke dalam  tubuh  ikan,  yaitu  kemurnian  garam,  kadar  lemak  ikan,  ketebalan  daging
ikan,  kesegaran  ikan,  suhu  dan  konsentrasi  larutan  garam  Afrianto dan Liviawaty 1989. Konsentarsi  garam  yang  tinggi  dan  perendaman  yang  terlalu
lama  dapat  menyebabkan  kerusakan  pada  kandungan  zat  nitrogen.  Penggaraman yang  baik  dapat  dilakukan  dengan  perendaman  yang  singkat  serta  melakukan
pencucian  untuk  menghilangkan  sisa  garam,  mencegah  kristalisasi  di  lapisan permukaan dan kerusakan penampakan produk Zaitsev et al. 1969.
2.6 Bumbu dan Garam
Rempah–rempah atau bumbu adalah sejenis tanaman atau sayuran maupun gabungan  keduanya  dalam  bentuk  pohon  secara  keseluruhan  atau  dalam  bentuk
bagian–bagian  pohon.  Rempah–rempah  biasa  digunakan  sebagai  pemberi  rasa, aroma,  rasa  pedas  dan  sebagai  pengawet  pada  masakan–masakan  berbumbu.
Selain itu rempah–rempah biasa digunakan sebagai obat–obatan, wangi–wangian, kosmetik  dan  jenis  industri  lainnya. Pada industri  pengolahan  pangan,
penambahan bumbu terutama bertujuan untuk meningkatkan cita rasa dari produk yang dihasilkan dan dapat bertindak sebagai pengawet alami Zaitsev et al. 1969.
2.6.1 Garam
Komposisi  natrium  klorida  terdiri  atas  39,39   Na  dan  60,61   Cl. Warnanya putih, tidak berbau, kristal berbentuk kubus. Pada kondisi yang normal
garam tidak mengandung air, tetapi pada suhu -12
o
C kristalnya berbentuk prisma dengan rumus NaCl.2H
2
O Zaitsev et al. 1969. Garam  bukan  antiseptik,  bahkan  hampir  semua  mikroorganisme
memerlukannya  dalam  konsentrasi  yang  rendah.  Garam  yang  mempunyai kadar  NaCl  tinggi  mampu  menghambat  pertumbuhan  mikroorganisme  serta
menurunkan  daya  larut  O
2
dari  udara,  sehingga  dalam  jaringan  daging  ikan jumlah  O
2
menurun  dan  menghambat  perkembangan  mikroorganisme  aerob Stansby 1963.
Garam  digunakan  sebagai  bumbu  dan  juga  bertindak  sebagai daya  pengawet.  Garam  memiliki  sifat  yang  dapat  menarik  air  dari  dalam  bahan
sekaligus  cairan  sel  mikroba  sehingga  terjadi  plasmolisis  pada  mikroba,  serta mencegah terjadinya reaksi autolisis dan membunuh bakteri  yang terdapat dalam
daging  Afrianto  dan Liviawaty  1989.  Mikroorganisme  patogen,  termasuk Clostridium botulinum dapat dihambat oleh konsentrasi garam 10  sampai 12
Buckle  et  al. 1985.  Pertumbuhan  kapang  dan  bakteri  dapat  dihambat  dengan konsentrasi  garam pada produk  sekitar  8   sampai  10 .  Perendaman  di  dalam
larutan  garam  akan  memberi  garam  yang  lebih  rata  dibandingkan  penggaraman kering Hilderbrand 2003. Penambahan garam sebaiknya diberikan dalam jumlah
kecil sehingga tidak berakibat negatif pada kesehatan Opstvedt 1988.
2.6.2 Jahe Zingiber officinale Roscoe
Tanaman  jahe  termasuk  kedalam  famili  zingiberaceae Farell 1990. Rimpang jahe pada umumnya mengandung minyak atsiri atau ginger oil sebanyak
0,25   sampai  3,3  .  Minyak  atsiri  jahe  terdiri  dari  komponen  bioaktif zingiberen, kurkumin  dan  felandren.  Oleoresin  jahe  mengandung  gingerol,
shogaol,  resin  dan  zingerol  yang  dapat  menghasilkan  rasa  pedas  pada  jahe. Senyawa  zingerol  dan  gingerol  pada  jahe,  telah  dibuktikan  mempunyai  aktivitas
sporostatik  terhadap  Bacillus  subtilis pada  konsentrasi  0,6, 0,9,  dan  1,0 Al-Khayat dan Blank 1985.
2.6.3 Asam jawa Tamarindus indica, L.
Asam  Jawa  Tamarindus  indica,  L.    dapat  menghambat  pertumbuhan bakteri  proteolitik  dan  pembusuk,  dapat  menambah  cita  rasa,  mengurangi  rasa
manis,  serta  menaikkan  rasa  asin.  Asam  mengandung  asam  sitrat,  asam  tartrat, asam  askorbat  dan  asam-asam  organik.  Adanya  asam-asam  organik  ini  maka
dapat mengurangi lemak berlebihan Winarno et  al. 1980.
2.6.4 Cengkeh Syzygium aromaticum
Tanaman  cengkeh  tergolong  kedalam  famili  Myrtaceae.  Cengkeh  yang digunakan  sebagai  rempah-rempah  merupakan  kuncup  bunga  tertutup  pohon
Syzygium  aromaticum,  yang  dipetik  dari  pohon  pada  saat  dasar  kuncup  berubah
warna menjadi merah Farell 1990.
Minyak  essensial  cengkeh  berjumlah  sekitar  17   dan  83  adalah euganol. Euganol berwarna kuning pucat dan bening, berbau aromatik dan pedas.
Komposisi organik
lainnya adalah
eiganol asetat,
carryophilen, metil-n-amil karbinol, metil-n-heptil karbinol, metil-n-heptil keton, metil benzoat,
benzil alkohol, furfuril alkohol dan vanilin Parry 1969.
2.6.5 Kayu manis
Kayu manis  atau Cinnamomun  burmanni banyak  dimanfaatkan  ibu-ibu rumah tangga sebagai bumbu dapur dan bahan pembuatan jamu. Aromanya yang
harum  menyengat,  serta  rasanya  manis  sangat  cocok  sekali  buat  campuran  kue dan  cake.  Kayu  berkulit  kasar  ini tersusun  dari  senyawa  sinamaldehid.
Sinamaldehid  merupakan  turunan  dari  senyawa  fenol.  Di  dunia  kedokteran, senyawa sinamaldehid diketahui  memiliki  sifat anti-agregasi platelet dan sebagai
vasodilator  secara  in  vitro.  Platelet  adalah  kolesterol  yang  menempel  pada pembuluh  darah.  Agregasi  pengumpulan  platelet  menyebabkan  terjadinya
asterosklerosis  atau  lemak  mengeras  di  pembuluh  arteri  pada  makhluk  hidup Fauzan 2008.
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian mengenai  ”Aplikasi Asap    Cair  dalam  Pembuatan  Fillet Belut Asap  dengan  Kombinasi  Bumbu”
dilakukan  pada  bulan  Agustus  2009– Januari  2010 yang  bertempat  di  Laboratorium  Karakteristik  Bahan  Baku  Hasil
Perairan,  Laboratorium  Sensori,  Laboratorium  Biokimia  Hasil  Perairan Departemen  Teknologi  Hasil  Perairan,  dan  Laboratorium  Kimia  Pangan
Departemen Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor.
3.2 Alat dan Bahan