pengovenan pada produk terpilih dapat bekerja secara sinergis menurunkan kadar air pada produk.
4.2.2.2 Kadar protein
Protein  merupakan  suatu  zat  makanan  yang  sangat  penting  bagi  tubuh. Fungsi  protein  bagi  tubuh  selain  sebagai  bahan  bakar  juga  berfungsi  sebagai
zat  pembangun  dan  pengatur  Winarno  et  al.  1980.  Analisis  protein  yang terkandung  dalam  bahan  pangan,  umumnya  lebih  ditujukan  pada  kadar  total
protein  daripada  terhadap  adanya  protein  spesifik  dalam  bahan  pangan  tersebut. Jumlah  gram  protein  dalam  bahan  pangan  biasanya  dihitung  sebagai  hasil
perkalian  jumlah  gram  nitrogen  dengan  faktor  6,25,  dan  kadar  protein  yang dihitung dilaporkan sebagai kadar protein kasar crude protein.
Nilai  kadar  protein  pada  produk  terpilih  memiliki  nilai  yang  lebih  tinggi dibandingkan  dengan  kontrol.  Nilai  terendah  dihasilkan  oleh  kontrol  yaitu
sebesar 40,15 . Nilai kadar protein pada produk terpilih adalah sebesar 52,40 Perbedaan nilai kadar protein seluruh perlakuan dapat dilihat pada Gambar 15.
40,15 52,40
10 20
30 40
50 60
K A 6B 1
P erlakuan
N il
ai r
at a-
ra ta
ka da
r pr ot
ei n
Gambar 15. Diagram batang nilai kadar protein fillet belut asap Peningkatan  kadar  protein  setelah  mendapat  perlakuan  ini  disebabkan
karena adanya penurunan dalam kadar air. Kandungan pada bahan pangan terdiri dari  lima  komponen  yaitu  kadar  air,  kadar  protein,  kadar  lemak,  kadar  abu  dan
kadar  karbohidrat.  Dengan  adanya  penurunan  nilai  dari  salah  satu  komponen, maka  akan  diikuti  oleh  penaikan  nilai  komponen  yang  lain. Dengan  penurunan
kadar  air,  maka  kadar  protein  dari  produk  dapat  mengalami  kenaikan.  Semakin besar penurunan kadar air maka nilai kadar protein akan semakin meningkat.
Kenaikan kadar protein pada produk terpilih juga dapat disebabkan oleh penambahan  bumbu dan  asap.  Penambahan  bumbu  dan  asap  tersebut  dapat
meningkatkan tingkat keasaman sehingga produk akan menjadi lebih cepat kering atau  matang.  Berdasarkan  penelitian  yang  telah  dilakukan,  nilai  protein  terlarut
mengalami  kenaikan  pada  bagian-bagian  tubuh  ikan  yang  telah  mengalami berbagai  jenis  perlakuan  pengolahan.  Produk  yang  lebih  matang  banyak
mengalami peningkatan protein terlarut dibandingkan dengan produk yang kurang matang atau mentah. Hal ini diduga telah terjadi penggabungan diantara molekul-
molekul  protein  yang  terbentuk  sebagai  akibat  formasi  ikatan  disulfida  selama pemanasan  Yowell  dan  Flarkey  1986.  Percobaan  yang  dilakukan  Yowell  dan
Flarkey  telah  membuktikan  bahwa  pemanasan  yang  dilakukannya  menyebabkan penurunan  total  protein  terlarut,  khususnya  protein  yang  mempunyai
bobot  molekul  47  kilodalton.  Selain  itu,  pemanasan  juga  menyebabkan peningkatan  2  fraksi  protein  terlarut  yang  mempunyai  bobot  molekul  lebih  dari
100 dalton Yowell dan Flarkey 1986. Penelitian lain  mengenai  kadar  asam  amino  juga  telah  membuktikan
bahwa  variasi  tinggi-rendahnya  kadar  asam  amino  pada  pengasapan  ditentukan oleh  kandungan  asam  amino  dalam  bahan,  pengaruh  suhu,  lama  pemanasan  dan
kondisi  pengasapan  terhadap  kestabilan  asam  amino.  Pada  penelitian  tersebut terdapat adanya kadar asam amino yang menurun dan juga meningkat. Salah satu
kadar  asam  amino  yang  meningkat  adalah  asam  amino  glutamat.  Penambahan kadar asam amino glutamat tersebut dapat mengindikasikan bahwa ikan teri asap
memiliki cita rasa yang lebih baik Wahyuni 1999.
4.2.2.3  Kadar lemak