Tabel 1. Kandungan gizi belut Zat gizi
Kandungan gizi per 100 g daging Kalori
303 kal Protein
14,0 g Lemak
27,0 g Karbohidrat
0 g Fosfor
200 mg Kalsium
20 mg Zat besi
1,0 mg Vitamin A
1.600 S.I. Vitamin B1
0,10 mg Vitamin C
2 mg Air
58,0 g
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI 1989
2.2 Fillet Belut Asap
Fillet adalah  bagian  daging  ikan  yang  diperoleh  dengan  penyayatan  ikan utuh  sepanjang  tulang  belakang  dimulai  dari  belakang  kepala  hingga  mendekati
bagian  ekor.  Pengolahan  fillet ini  pada  umumnya  dilakukan  untuk  menambah harga  jual.  Pengolahan  fillet harus  dilakukan  dengan  cepat dan cermat  untuk
menghindari pembusukan,  pencemaran dan  cacat  akibat kecerobohan  yang dapat berpengaruh  buruk  terhadap  produk. Suhu  dan  kebersihan  dari  fillet juga  harus
diperhatikan  karena  fillet ikan  sangat  rentan  terhadap  kontaminasi  bakteri penyebab pembusukan maupun bakteri patogenik yang sukar dihilangkan dengan
cara-cara biasa karena kontaminan dapat mudah menyusup ke dalam jaringan otot daging yang telah terbuka dari pada ikan utuh.
Fillet belut asap merupakan bagian daging belut yang telah dibuang bagian kepala, ekor dan tulangnya. Daging fillet belut tersebut diolah lebih lanjut dengan
pengasapan.  Pengasapan  ini  merupakan  kombinasi  perlakuan  penggaraman, pengeringan, dan pelekatan  komponen asap pada  ikan. Proses pengasapan terdiri
dari  beberapa  langkah  yaitu  preparasi,  penggaraman,  pengasapan  serta penyimpanan Hilderbrand 2003.
Fillet belut asap akan memiliki kelebihan dibandingkan dengan belut asap yang  disajikan  secara  utuh.  Berdasarkan  penelitian  yang  telah  dilakukan
sebelumnya,  belut  asap  utuh  membutuhkan  waktu  pengasapan  lebih  lama  yaitu 8 jam dan juga membutuhkan konsentrasi asap cair yang lebih banyak. Selain itu,
penampakan  dari  belut  asap  tersebut  kurang  menarik  karena  bentuk  belut  yang pada  dasarnya  mirip  seperti  ular.  Warna  yang  dihasilkan  dari  belut  asap  utuh
terlihat lebih hitam karena waktu pengasapannya membutuhkan waktu yang lama Febriani 2006.
2.3 Pengasapan
Pengasapan  adalah  suatu  proses  penarikan  air  dan  pengendapan  berbagai senyawa kimia pengawet  yang berasal dari asap. Tujuan pengasapan yang utama
adalah melakukan penetrasi dan deposit asap yang sesuai dalam waktu yang lama, sehingga  proses  pembusukan  makanan  akibat  aktivitas  bakteri  dan  enzim  dapat
dihambat  Ojeda  et  al. 2002.  Tujuan  lain  dari  pengasapan  adalah  untuk mengawetkan  dan  memberikan  warna,  serta  rasa  yang  khas  pada  ikan
Moeljanto 1982. Pengasapan
ini merupakan
kombinasi perlakuan
penggaraman, pengeringan, dan pelekatan  komponen asap pada  ikan. Proses pengasapan terdiri
dari  beberapa  langkah  yaitu  preparasi,  penggaraman,  pengasapan  serta penyimpanan.  Pengasapan  tidak  akan  meningkatkan  kualitas  ikan,  namun  hanya
akan  menutupi  kondisi  tertentu  yang  akan muncul  yang  dapat  menimbulkan masalah  keamanan  pangan  Hilderbrand  2003. Teknik  pengasapan  ini  telah
digunakan sebagai metode pengawetan ikan dan daging. Pengasapan memberikan makanan  berprotein  tinggi  dengan  komponen  aromatiknya  yang  dapat
memberikan  flavor dan  warna,  berperan  sebagai  bakteriostatik  dan  antioksidan Horner 1992 dalam Hattula et al. 2001.
Pada  dasarnya  ada  dua  jenis  pengasapan,  yaitu  pengasapan  panas  dan pengasapan  dingin,  tergantung dari jumlah  panas  yang  digunakan.  Selain  itu
berkembang pula cara pengasapan yang tergolong baru, yaitu pengasapan elektrik dan  pengasapan  likuid,  yaitu  metode  pengasapan  dengan  asap  cair
Wibowo 2002.
2.4 Asap Cair