Sejarah Koleksi Tumbuhan Obat di KRB

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sejarah Koleksi Tumbuhan Obat di KRB

Kebun Raya Bogor KRB merupakan kawasan konservasi ex situ yang dibangun dengan konsep tata ruang yang indah dan memiliki fungsi utama sebagai pusat konservasi tumbuhan. KRB mempunyai fungsi sebagai sarana pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang makna kelestarian alam dan lingkungan hidup. Selain itu, KRB juga memiliki potensi sumberdaya yang melimpah, diantaranya potensi fauna, flora, dan tempat wisata alam. Potensi sumberdaya flora yang paling utama dari KRB adalah potensi tumbuhan langka berupa bunga bangkai Amorphophallus titanium Becc. dari famili Araceae talas-talasan yang menjadi lambang atau logo dari lembaga ini. Potensi sumberdaya alam lainnya yang masih belum tergali yaitu koleksi tumbuhan obat sehingga penelitian ini bermaksud untuk memperkenalkan pada masyarakat bahwa di KRB juga terdapat beberapa koleksi tumbuhan obat yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Kurangnya publikasi baik melalui media massa, media cetak, maupun media elektronik menyebabkan informasi mengenai tumbuhan obat kurang mendapat perhatian dari para pengunjung yang datang ke KRB. Hal ini diketahui setelah dilakukan penelitian mengenai persepsi pengunjung dengan pengisian kuisioner oleh pengunjung yang berada di sekitar vak petak kebun koleksi tumbuhan obat. Data dalam Buku Kebun di Sub Bidang Registrasi Koleksi menunjukkan bahwa penanaman tumbuhan obat dalam satu kawasan telah dibuat sejak tahun 1957 Cahyaningsih 2011. Taman koleksi tumbuhan obat ini terletak di vak XV.K.A, yaitu kawasan yang dekat dengan rumah kaca anggrek. Namun, bertepatan dengan masa kepemimpinan Prof. Dr. Didin Sastrapradja alm. pada akhir tahun 1976 hingga awal tahun 1977 telah dilakukan relokasi koleksi tumbuhan obat dari vak XV.K.A ke vak XXIV. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sub Bidang Pemeliharaan Koleksi KRB Dr. Izu Andri Fijridiyanto, menyatakan bahwa pembagian kerja wilayah di KRB terbagi menjadi tiga pengawas wilayah yang masing-masing membawahi pengamat lingkungan serta terbagi lagi menjadi pemelihara kebun. Kebun koleksi tumbuhan obat berada di Pengawas Wilayah II Sumarno, SE; Pengamat Lingkungan Endang Suparta; dan Pemeliharaan Kebun Maksum, Abdul Hamid, M. Sobari, serta Mukti Agung Lampiran 5. Gambar 3 Kebun koleksi tumbuhan obat KRB vak XXIV.A A dan XXIV.B B. Kebun koleksi tumbuhan obat vak XXIV terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu vak XXIV.A yang terletak di luar halaman rumah kaca anggreklapangan tenis dan vak XXIV.B terletak di dalam Orchidarium. Pada tahun 2010 diatas tanah seluas ± 5.700 m 2 , tepatnya di lahan vak XXIV.B akan dilakukan penggabungan dua kebun obat yang terpisah XXIV.A dan XXIV.B dengan suatu desain yang unik di bawah Arsitek Pertamanan Wilayah II Dina Safarina Nugraha, SP. Oleh karena itu, kondisi kebun koleksi tumbuhan obat ketika penelitian berlangsung tampak kurang tertata secara rapih. Kegiatan relokasi telah dilakukan secara bertahap, seperti melakukan pemindahan dahulu tumbuhan obat ke petak pembibitan untuk tujuan mengurangi terjadi kematian pada tumbuhan tersebut sebelum ditanam kembali ke vak XXIV.B. Pengelompokkan koleksi tumbuhan obat di vak XXIV.B terbagi menjadi 11 kelompok berdasarkan kegunaan pengobatan, yaitu tumbuhan obat untuk permasalahan kulit dan kelamin; permasalahan pernapasan; permasalahan mulut dan pencernaan; permasalahan otot dan tulang; organ dalam; permasalahan kewanitaan; obat demam; tumbuhan obat aromatik; tumbuhan obat fungsi afrodisiak, tonikum, dan stimulan; serta obat kanker. A B

5.2 Karakteristik PengunjungResponden KRB