Hubungan Komunikasi Pemasaran dengan Perilaku Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor

(1)

HUBUNGAN KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN

PERILAKU PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR

Oleh:

AGUSTY DWITYA PUTRI I34070992

SKRIPSI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(2)

ABSTRACT

The research focuses on the correlation between marketing communications with visitors behavior. Research methods employed a survey explanatory. Data analyzed by a quantitative approach. Respondents amounted 100 persons, were chosen by accidental sampling. Method research objectives were 1) identifying characteristics of visitors Agrotourism Bogor Botanical Gardens, 2) analyzing the correlation between characteristics of visitors with visitors behavior of Agrotourism Bogor Botanical Gardens, and 3) analyzing the correlation between implementation of marketing communication swith visitors behavior of Agrotourism Bogor Botanical Gardens. Research result concluded that characteristic of visitors not cultively correlated to visitors behavior of Agrotourism Bogor Botanical Garden and marketing communications implementated correlating with the behavior of visitors.


(3)

RINGKASAN

AGUSTY DWITYA PUTRI. Hubungan Komunikasi Pemasaran terhadap Perilaku Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor. Di bawah bimbingan RICHARD W.E. LUMINTANG

Potensi agrowisata Kebun Raya Bogor yang sangat tinggi belum sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Kegiatan promosi yang efektif dalam usaha agrowisata ini, dipandang mampu mempengaruhi ketertarikan pengunjung untuk berkunjung serta mempertahankan pengunjung yang telah ada, agar mau berkunjung kembali. Komunikasi pemasaran juga dapat menciptakan citra positif di mata para calon pengunjung, serta dapat mengembangkan usaha agrowisatanya.

Penelitan ini dilakukan di Kebun Raya Bogor di Jalan Ir. H. Juanda No.13 Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). Waktu penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan April sampai bulan Mei 2011. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi karakteristik pengunjung agrowisata Kebun Raya Bogor, menganalisis hubungan karakteristik pengunjung dengan perilaku pengunjung ke agrowisata Kebun Raya Bogor, dan menganalisis hubungan pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan perilaku pengunjung agrowisata Kebun Raya Bogor.

Metode yang digunakan adalah penelitian survai dengan tujuan explanatory. Data yang digunakan adalah data kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Pengumpulan data primer kuantitatif diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden. Sementara itu, data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara digunakan sebagai data pendukung hasil penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh pengunjung Kebun Raya Bogor. Unit analisisnya adalah indvidu. Sampel yang diambil sebanyak 100 orang. Pemilihan responden pada penelitian ini adalah dengan teknik accidental sampling. Sampel yang akan dijadikan responden harus memenuhi kriteria tertentu, seperti usia sampel yang akan dijadikan responden minimal 15 tahun. Data kuantitatif yang didapat melalui kuesioner berupa data ordinal, kemudian diuji korelasi Rank Spearman.


(4)

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah karakateristik pengunjung yang berkunjung ke Kebun Raya Bogor mayoritas berusia muda yaitu 19 dan 20 tahun, berpendidkan SMA, berpendapatan rendah yaitu Rp. 300.000, 00 per bulan, memiliki motivasi internal yang lebih besar untuk berkunjung ke Kebun Raya Bogor, dan memiliki pengalaman berkunjung satu kali dalam satu tahun terakhir. Terdapat tiga jenis bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan Kebun Raya Bogor, yaitu mass selling yang terdiri periklanan dan publikasi, hubungan masyarakat, serta komunikasi informasi dari mulut ke mulut (word of mouth) dalam memasarkan usaha wisatanya. Promosi dalam bentuk periklanan berupa leaflet, billboard yang terpampang di depan gerbang pintu utama Kebun Raya Bogor, dan ada promosi melalui website yaitu www.bogorbotanicgarden.com. Promosi dalam bentuk publisitas berupa adanya peliputan kegiatan Kebun Raya Bogor di media cetak dan siaran kegiatan dalam RRI. Dalam bentuk hubungan masyarakat, promosinya berupa layanan pada pengunjung. Kebun Raya Bogor juga mengandalkan komunikasi word of mouth dalam upaya pemasarannya. Hal ini terbukti dari hasil penyebaran kuesioner, sebagian besar pengunjung mengetahui informasi tentang Kebun Raya Bogor dari teman dan keluarga (informasi dari mulut ke mulut).

Hasil pengujian korelasi antara karakteristik pengunjung dengan perilaku pengunjung adalah tidak terdapat hubungan antara semua faktor karakteristik pengunjung dengan perilaku pengunjung. Sebagian besar pengunjung menunjukkan perilaku yang sama, baik dari aspek perubahan tingkat pengetahuan, sikap, maupun tindakan untuk berkunjung kembali. Para pengunjung tersebut mengalami perubahan tingkat pengetahuan setelah berkunjung ke Kebun Raya Bogor. Sikap yang ditunjukkan pun adalah sikap yang positif atau memiliki rasa suka terhadap Kebun Raya Bogor, sehingga tindakan yang dilakukan oleh sebagian besar pengunjung pun adalah ingin berkunjung kembali. Hasil pengujian korelasi antara pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan perilaku pengunjung adalah terdapat hubungan yang kuat, dengan adanya promosi yang dilakukan Kebun Raya Bogor pengunjung menjadi tertarik dan memiliki motivasi untuk berkunjung serta sikap positif yang mendorong pengunjung untuk melakukan kunjungan.


(5)

HUBUNGAN KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN

PERILAKU PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR

Oleh:

AGUSTY DWITYA PUTRI I34070992

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(6)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama : Agusty Dwitya Putri

NRP : I34070092

Judul : Hubungan Komunikasi Pemasaran dengan Perilaku Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA NIP. 19480312 197302 1001

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003


(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

HUBUNGAN KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN PERILAKU

PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR” BELUM

PERNAH DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH TULISAN INI.

Bogor, Agustus 2011

Agusty Dwitya Putri I34070092


(8)

RIWAYAT HIDUP

Agusty Dwitya Putri dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Agustus 1989. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Deddy Djunaedi dan Etty Martini. Penulis di besarkan di Bogor. Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah menamatkan pendidikan di TK Al-Ghazaly, Bogor, kemudian penulis melanjutkan ke SD Negeri Widyatama, Banten selama 1 tahun, lalu berpindah ke SD Negeri Bumi Bekasi Baru IV selama 1 tahun, dan kemudian berpindah lagi ke SD Laladon 03 hingga tamat SD. Setamat SD, penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 4 Bogor selama tiga tahun, kemudian penulis melanjutkan ke SMA Negeri 24 Bandung selama tiga tahun. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM), Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), dengan minor Kebijakan Agribisnis.

Penulis mulai aktif berorganisasi sejak di bangku Sekolah Menengah Pertama yaitu menjadi pengurus OSIS dan anggota tim basket putri SMP negeri 4 Bogor. Pada saat Sekolah Menengah Atas penulis aktif di kegiatan seni tari tradisional dan menjadi manager tim perkusi SMA Negeri 24 Bandung. Pada saat kuliah, penulis aktif dalam Tim Basket Putri FEMA. Selain itu, penulis juga memiliki kegiatan diluar kampus yaitu sebagai pengajarprivatematematika kelas 6 sekolah dasar. Penulis juga pernah aktif sebagai Asisten Mata Kuliah Ilmu Penyuluhan.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, petunjuk, dan nikmat-Nya dalam mengerjakan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Hubungan Komunikasi Pemasaran dengan Perilaku Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor” ini bertujuan untuk mengkaji hubungan komunikasi pemasaran agrowisata terhadap perilaku pengunjung Kebun Raya Bogor.

Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran yang membangun pun sangat diharapkan. Akhir kata semoga skripsi dapat menghasilkan laporan yang bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Agustus 2011

Agusty Dwitya Putri I34070092


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, yaitu:

1. Kedua orangtua tercinta Deddy Djunaedi Barnas dan Etty Martini atas segala doa yang mengalir dan segala motivasi agar penulis dapat terus membanggakan keluarga. Serta, Adik satu-satunya Moch. Aldyansyah atas keceriaan, dukungan dan doa bagi penulis.

2. Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan penuh kesabaran memberikan banyak waktu dan tenaga untuk dapat membimbing, memberi saran, kritik, serta motivasi yang demikian besarnya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.

3. Galih Radityo atas segala doa, semangat, nasehat, dan juga bantuannya pada penulis yang memberi kekuatan penuh untuk dapat menyelesaikan skripsi. 4. Dewi Silvialestari, Astri Lestari, dan Maya Samiya untuk tawa, cerita,

semangat dan dukungan untuk dapat menyelesaikan skripsi.

5. Bang Yoga untuk bantuan dan diskusinya dalam penulisan skripsi ini. 6. Karina Swedianti untuk bantuan dan teman diskusi dalam penulisan skripsi. 7. Hirma Azmawati A. untuk bantuannya dalam penyebaran kuesioner penelitian. 8. Mba Pera untuk masukan dan bantuannya dalam pengolahan data penelitian. 9. Teman-teman satu pembimbing Vita Desy Anggraeni dan Wira Adiguna untuk

masukan dan motivasinya pada penulis.

10. Teman-teman SKPM 44 dan teman lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuan tersusunnya proposal skripsi ini.

11. Ibu Mita, Ibu Nana, dan seluruh pihak manajamen Kebun Raya Bogor yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data penelitian.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 3

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Kegunaan Penelitian... 4

2. PENDEKATAN TEORITIS ... 5

2.1 Tinjauan Pustaka ... 5

2.1.1 Definisi Agrowisata... 5

2.1.2 Perkembangan Agrowisata ... 5

2.1.3 Definisi Komunikasi Pemasaran ... 9

2.1.4 Tujuan Komunikasi Pemasaran... 10

2.1.5 Peranan Komunikasi Pemasaran ... 10

2.1.6 Bauran Promosi ... 11

2.1.7 Karakteristik Konsumen ... 14

2.1.8 Motivasi ... 14

2.1.9 Perilaku Konsumen ... 15

2.2 Kerangka Pemikiran... 17

2.3 Hipotesa Penelitian ... 18

2.4 Definisi Operasional... 18

3. PENDEKATAN LAPANGAN ... 22

3.1 Lokasi dan Waktu ... 22

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 22

3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 23

4. GAMBARAN UMUM AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR ... 25

4.1 Sejarah dan Perkembangan Kebun Raya Bogor ... 25

4.2 Visi, Misi, Tujuan, Kegiatan, Tugas dan Fungsi Kebun Raya Bogor... 26

4.3 Objek dan Daya Tarik Wisata di Kebun Raya Bogor ... 28

5. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR ... 30

5.1 Usia ... 30

5.2 Tingkat Pendidikan ... 30

5.3 Tingkat Pendapatan... 31


(12)

5.5 Pengalaman... 34

6. PERILAKU PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR 35 7. PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR ... 37

7.1 Jenis Bauran Komunikasi Pemasaran Agrowisata Kebun Raya Bogor ... 38

1.Mass Selling... 39

a. Periklanan ... 39

b. Publisitas... 40

2. Hubungan Masyarakat... 41

3. Komunikasi Mulut ke Mulut (Word of Mouth) ... 43

7.2 Frekuensi Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Agrowisata Kebun Raya Bogor ... 44

7.3 Penerimaan Promosi pada Pengunjung yang Dilakukan oleh Kebun Raya Bogor ... 45

8. HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENGUNJUNG DENGAN PERILAKU PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR 47 8.1 Hubungan Usia dengan Perilaku Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor... 47

8.2 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor... 48

8.3 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor ... 49

8.4 Hubungan Motivasi dengan Perilaku Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor ... 51

8.5 Hubungan Pengalaman dengan Perilaku Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor ... 52

Ikhtisar... 53

9. HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN PERILAKU PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR... 54

9.1 Hubungan Komunikasi Pemasaran dengan Perilaku Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor ... 54

9.2 Hubungan Jenis Bauran Komunikasi Pemasaran dengan Perilaku Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor... 56

9.3 Hubungan Frekuensi Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran dengan Tindakan Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor ... 58

Ikhtisar... 59

10. PENUTUP... 60

10.1 Kesimpulan ... 60

10.2 Saran... 60


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1. Persentase Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor menurut Karakteristik dan Kategori Pengunjung, 2011... 34 Tabel 2. Motivasi Internal Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor ... 31 Tabel 3. Motivasi Eksternal Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor... 32 Tabel 4. Faktor-Faktor Pendorong (Motivasi) menurut Utama (2010) yang

Dilengkapi dengan Keterangan Responden Kebun Raya Bogor ... 32 Tabel 5. Persentase Sikap Pengunjung terhadap Kebun Raya Bogor ... 36 Tabel 6. Persentase Tindakan Pengunjung yang Bersedia Berkunjung

Kembali ... 36 Tabel 7. Peran-Peran Komunikasi Pemasaran menurut Kusumastuti (2009)

bagi Kebun Raya Bogor ... 38 Tabel 8. Persentase Jenis Bauran Komunikasi Pemasaran Kebun Raya Bogor 39 Tabel 9. Unsur-Unsur untuk Mengembangkan Agrowisata menurut Spillane

(1994) yang Dapat Dijadikan Isi Promosi dalam Bentuk Layanan pada Kebun Raya Bogor... 38 Tabel 10. Persentase Media Informasi Pengunjung Kebun Raya Bogor... 36 Tabel 11. Persentase Persentase Frekuensi Pelaksanaan Komunikasi

Pemasaran Kebun Raya Bogor yang Diterima oleh Pengunjung ... 36 Tabel 12. Persentase Penerimaan Promosi yang Baru pada pengunjung yang

Dilakukan Kebun Raya Bogor dalam Satu Tahun... 36 Tabel 13. Nilai P value dan Koefisien Korelasi berdasarkan Hasil Pengujian

Korelasi antara Karakteristik Pengunjung dengan Perilaku Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor... 46 Tabel 14. Hasil Pengujian Korelasi antara Usia dengan Perubahan Tingkat

Pengetahuan, antara Usia dengan Sikap Pengunjung, dan Usia dengan Tindakan Pengunjung... 47 Tabel 15. Hasil Pengujian Korelasi antara Tingkat Pendidikan dengan

Perubahan Tingkat Pengetahuan, antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Pengunjung, dan Tingkat Pendidikan dengan Tindakan Pengunjung ... 48 Tabel 16. Hasil Pengujian Korelasi antara Tingkat Pendapatan dengan

Perubahan Tingkat Pengetahuan, antara Tingkat Pendapatan dengan Sikap Pengunjung, dan Tingkat Pendapatan dengan Tindakan Pengunjung ... 49 Tabel 17. Hasil Pengujian Korelasi antara Motivasi dengan Perubahan

Tingkat Pengetahuan, antara Motivasi dengan Sikap Pengunjung, dan Motivasi dengan Tindakan Pengunjung ... 50 Tabel 18. Hasil Pengujian Korelasi antara Pengalaman dengan Perubahan

Tingkat Pengetahuan, antara Pengalaman dengan Sikap Pengunjung, dan Pengalaman dengan Tindakan Pengunjung ... 51 Tabel 19. Nilai P value dan Koefisien Korelasi berdasarkan Hasil Pengujian

Korelasi antara Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran dengan Perilaku Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor ... 54


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1. Peta Kebun Raya Bogor, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat ... 66

Lampiran 2 BillboardKebun Raya Bogor ... 67

Lampiran 3. LeafletKebun Raya Bogor ... 68

Lampiran 4. LeafletWisata Flora ... 69


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki keanekaragaman tamanan. Salah satu cara untuk mengembangkan potensi sektor tersebut dengan melihat dari segi keindahan alam yang memiliki keunikan tersendiri dan juga sumberdaya alam yang tersedia yaitu dengan mengembangkan usaha objek wisata pertanian yang sering disebut dengan agrowisata. Pengembangan sektor usaha ini dalam konteks agrowisata dapat memberikan masukan pada perekonomian negara. Namun, potensi alam yang beragam tersebut dalam pengembangan menjadi agrowisata belum terlalu dimanfaatkan secara optimal.

Agrowisata merupakan suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan kegiatan pertanian sebagai objek wisata dengan tujuan memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian (Nurdiana, 2004). Perkembangan kemauan dan motivasi wisatawan menyebabkan persaingan usaha kepariwisataan menjadi semakin kompetitif. Berbagai strategi pun dilakukan untuk dapat memenangkan persaingan tersebut dan berbagai produk dan jasa yang ditawarkan diharapkan mampu memuaskan kebutuhan pengunjung kawasan wisata termasuk agrowisata (Simanjuntak, 2010). Pengembangan usaha agrowisata berkaitan dengan konsumen yang berkunjung. Pengunjung dapat memberikan kontribusi terhadap keberlangsungan suatu usaha agrowisata. Usaha agrowisata yang sebenarnya menjanjikan harus bisa memberikan pelayanan, pengetahuan serta kepuasan bagi para pengunjung. Oleh karena itu, dibutuhkan komunikasi pemasaran yang tepat untuk mengembangkannya.

Komunikasi pemasaran adalah salah satu cara untuk mendapatkan perhatian lebih khususnya dari para pengunjung agrowisata. Komunikasi pemasaran terpadu merupakan konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang mengakui nilai tambah rencana yang komprehensif (Kotler, 2005). Selain itu, ada definisi lain mengenai komunikasi pemasaran terpadu atau integrate marketing


(17)

communications (IMC) merupakan proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan secara berkelanjutan. Tujuan komunikasi pemasaran adalah mempengaruhi atau memberikan efek langsung kepada perilaku khalayak sasaran (Shimp, 2003). Promosi merupakan alat untuk mengkomunikasikan keberadaan dan keunggulan suatu produk yang dimiliki perusahaan sehingga dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Kebun Raya Bogor adalah sebuah kebun botani besar tertua di Asia dan memiliki keindahan tersendiri yang terletak di Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat, Indonesia. Luas kebun raya ini mencapai 80 hektar dan memiliki 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan. Kebun Raya Bogor terdapat banyak daya tarik flora. Selain itu, banyak terdapat pusat-pusat keilmuan yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan. Sehingga, selain bisa berwisata juga dapat menambah wawasan, yang sering diistilahkan dengan wisata edukasi.1 Peran utama Kebun Raya Bogor adalah melestarikan, mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan melalui kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, rekreasi serta peningkatan apresiasi masyarakat terhadap Kebun Raya Bogor (Nugraha, 2006).

Potensi agrowisata Kebun Raya Bogor yang sangat tinggi belum sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, pada tahun 2008 terjadi penurunan pengunjung karena munculnya persaingan tempat wisata yang semakin meningkat di daerah kota dan kabupaten Bogor. Penurunan pengunjung ini tidak hanya disebabkan oleh bermunculannya tempat wisata baru, tetapi dapat disebabkan oleh pelayanan yang kurang optimal dan keragaman keinginan konsumen dalam berwisata (Albertus, 2010).

Agrowisata khususnya Kebun Raya Bogor dapat memasarkan usahanya dengan mengkomunikasikan usaha agrowisatanya, agar calon pengunjung mendapatkan informasi tentang keunggulan tempat agrowisata tersebut sehingga dapat tertarik, serta tujuan yang diinginkan oleh manajemen agrowisata dapat tercapai. Kegiatan promosi yang efektif dalam usaha agrowisata ini, dipandang mampu mempengaruhi ketertarikan pengunjung untuk berkunjung serta mempertahankan pengunjung yang telah ada, agar mau berkunjung kembali.

1


(18)

Komunikasi pemasaran juga dapat menciptakan citra positif di mata para calon pengunjung, serta dapat mengembangkan usaha agrowisatanya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, bahwa penelitian mengkaji mengenai hubungan komunikasi pemasaran dengan perilaku pengunjung agrowisata Kebun Raya Bogor. Kebun Raya Bogor merupakan tempat wisata yang terkenal sehingga banyak yang berkunjung. Perilaku pengunjung yang datang pun pasti beragam, oleh karena itu dalam penelitian ini perlu diketahui karakteristik para pengunjung yang bersedia menjadi responden. Karakteristik pengunjung ini tentunya dapat mempengaruhi dalam perilakunya pada saat berkunjung ke Kebun Raya Bogor, maka perumusan masalah penelitian yang pertama dan kedua adalah 1). Bagaimanakah karakteristik pengunjung agrowisata Kebun Raya Bogor? 2). Bagaimanakah hubungan karakteristik pengunjung dengan perilaku pengunjung ke agrowisata Kebun Raya Bogor?

Kebun Raya Bogor dalam melakukan pemasarannya agar dapat diketahui masyarakat tentunya memiliki strategi, salah satunya dengan melakukan komunikasi pemasaran. Informasi yang dimuat dalam komunikasi pemasaran yang dilakukan akan dapat menarik perhatian masyarakat untuk berkunjung, oleh karena itu dalam penelitian ini akan mengkaji apakah dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran dapat menarik masyarakat untuk berkunjung, maka perumusan masalah penelitian yang ketiga adalah 3). Bagaimanakah hubungan pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan perilaku pengunjung agrowisata Kebun Raya Bogor?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah ditetapkan, tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung agrowisata Kebun Raya Bogor. 2. Menganalisis hubungan karakteristik pengunjung dengan perilaku pengunjung

agrowisata Kebun Raya Bogor.

3. Menganalisis hubungan pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan perilaku pengunjung agrowisata Kebun Raya Bogor.


(19)

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian diharapkan mampu memberikan informasi mengenai bauran promosi yang terdapat pada Kebun Raya Bogor dan hubungannya terhadap proses pengambilan keputusan pengunjung Kebun Raya Bogor. Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, di antaranya: 1. Bagi manajemen agrowisata, penelitian ini diharapkan mampu menambah

pengetahuan mengenai komunikasi pemasaran yang dilakukan sebagai upaya untuk menarik perhatian dan mempengaruhi calon pengunjung untuk berkunjung.

2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, khususnya dalam bidang komunikasi pemasaran.

3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan mengenai agrowisata dan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengunjungi suatu agrowisata.


(20)

BAB 2

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi agrowisata

Agrowisata merupakan suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan kegiatan pertanian sebagai objek wisata dengan tujuan memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian (Nurdiana, 2004). Sutjipta (2001) dalam Utama (2009) mengungkapakan bahwa agrowisata adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasikan untuk pengembangan pariwisata sekaligus pertanian yang dalam kaitannya kepada pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan (Deptan, 2005).

2.1.2 Perkembangan Agrowisata

Utama (2009) menyatakan potensi objek wisata dapat dibedakan menjadi objek wisata alami dan buatan manusia. Objek wisata alami dapat berupa kondisi iklim (udara bersih dan sejuk, suhu dan sinar matahari yang nyaman, kesunyian), pemandangan alam (panorama pegunungan yang indah, air terjun, danau dan sungai yang khas), dan sumber air kesehatan (air mineral, air panas). Objek wisata buatan manusia dapat berupa falitas atau prasarana, peninggalan sejarah dan budidaya, pola hidup masyarakat dan taman-taman untuk rekreasi atau olah raga. Objek agrowisata yang telah berkembang dan tercatat dalam basis data Direktorat Jenderal Pariwisata 1994/1995 terdapat delapan propinsi yaitu Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Objek agrowisata tersebut sebagai berikut:

a. Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor didirikan 18 Mei 1817 yang semula bernama s’Lands Plantentuin te Buitenzorg. Pengelolaannya kini di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indoneia (LIPI) yang menitikberatkan pada bidang pendidikan dan


(21)

penelitian daripada untuk rekreasi. Kebun Raya Bogor dengan luas 87 hektare berfungsi untuk melestarikan tumbuh-tumbuhan secara ex situ (memindahkan tanaman dari tempat asalnya ke tempat baru dengan dibuat sesuai dengan tempat asalnya).

Tahun 1995 koleksi Kebun Raya Bogor berjumlah 4.300 jenis tanaman dari Indonesia, kawasan tropis Asia, Austaralia, Amerika, dan Afrika yang penataannya dikelompokkan berdasarkan asal, habitat, dan famili tanaman. Selain itu Kebun Raya Bogor juga menyedikan pelayanan informasi ilmiah, seperti adanya paket wisata flora siswa bagi pelajar dan mahasiswa. Kebun Raya Bogor merupakan pusat Kebun Raya yang membawahi 3 cabang Kebun Raya, yaitu Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi dan Kebun Raya Eka Karya Bali (LIPI, 2005 dalam Utama)

b. Taman Anggrek Indonesia Permai, Jakarta

Taman ini lokasinya berdekatan dengan Taman Mini indonesia Indah (TMII). Pengunjung dapat menikmati keindahan berbagai jenih anggrek dalam kaveling-kaveling khusus. Taman ini juga menawarkan paket khusus budi daya anggrek bagi mereka yang berminat dan sarana penelitian untuk pengembangan budidaya tanaman anggrek. Selain di Jakarta, Taman Anggrek juga tedapat di daerah Bedugul, Bali yang menjual berbagai jenis anggrek. Pengunjung yang datang juga diberi keranjang dan gunting untuk memetik sendiri bunga yang dipilihnya.

c. Taman Bunga Nusantara, Cipanas, Jawa Barat

Taman Bunga Nusantara yang dibuka September 1995 dengan luas kawasan 35 hektare. Lahan 25 hektare untuk tanaman hias dan berbagai macam pohon dengan koleksi lebih dari 300 varietas yang dikumpulkan dari berbagai benua. Di taman ini terdapat tempat khusus yang ditanami jenis tanaman tertentu, seperti taman mawar, taman bougenvill, dan taman palem. Pengunjung yang ingin membawa oleh-oleh berupa bunga potong juga dapat membeli di showroom PT Alam Indah Bunga Nusantara yang letaknya bersebelahan. Untuk kegiatan para profesional, pelajar, dan mahasiswa, pihak taman bunga nasional juga menawarkan kegiatan seperti workshop atau seminar.


(22)

d. Taman Buah Mekarsari (TBM), Cileungsi, Jawa Barat

Taman Buah Mekarsari diresmikan Oktober 1995. Tujuan pembangunan TBM adalah menciptakan kebun hortikultura dengan teknologi canggih sebagai kebun percobaan, kebun produksi, dan objek agrowisata. TBM memiliki lahan 264 hektare dengan rancangan pola tanam menyerupai bentuk daun lamtorogung, yang dianggap sebagai tanaman serba guna dan sebagai pelestari lingkungan hidup. Di TBM juga disajikan cara bertanam buah untuk masa depan yang dikenal dengan istilah tabulampot. Kini TBM mengoleksi 41 famili yang terdiri dari 143 jenis tanaman dengan 455 varietas. Koleksi tanaman tersebut mencakup 30 varietas jeruk, 19 varietas rambutan, 16 varietas belimbing, 28 varietas pisang, 44 varietas durian, dan 27 varietas mangga dengan menerapkan dengan sistem pertanian modern.

e. Oceanarium

Objek agrowisata perikanan yang terdapat di Indonesia adalah Sea World yang memiliki oceanarium, berlokasi di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta. Oceanarium ini mulai beroperasi Mei 1994 yang menyajikan kehidupan alam di bawah laut dan aneka ragam hewan laut seperti hiu, ikan pari, penyu, dan ratusan jenis ikan yang dapat dilihat melalui terowongan pada kolam raksasa yang terbuat dari kaca.

f. Taman Akuarium Air Tawar (TAAT)

Taman Akuarium Air Tawar (TAAT) diresmikan April 1994 berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), TAAT dibangun dengan gedung berbentuk lingkaran yang terdiri dari dua lantai seluas 5.500 M2 dengan atap berbentuk kubah berwarna hijau. Di TAAT terdapat keanekaragaman hayati ikan dan biota air tawar nusantara yang ditempatkan di akuarium geografik, dengan jumlah koleksi 240 buah akuarium dan kolam yang menampung 7.500 ikan yang terdiri dari 450 jenis.

g. Taman Anggrek Ragunan

Taman Anggrek Ragunan (TAR) merupakan aset Pemda DKI Jakarta dengan luas lahan sekitar 5 ha, dikelola oleh Dinas Pertanian DKI Jakarta. Keberadaan TAR menjadi salah satu objek Agrowisata, yang berfungsi sebagai: tempat wisata, tempat berlangsungnya aktivitas agribisnis tanaman anggrek baik


(23)

dalam bentuk tanaman maupun bunga potong, dan sebagai sarana untuk mempelajari seluk beluk pemeliharaan anggrek. TAR dibagi menjadi 42 kavling yang dimanfaatkan untuk budidaya, pembibitan tanaman anggrek dan bunga potong. Disamping itu, dilengkapi pula dengan kios sarana produksi dan kantor pemasaran. Kavling-kavling anggrek tersebut dikelola oleh para petani anggrek yang tergabung dalam koperasi. Jenis-jenis anggrek yang diusahakan oleh para petani antara lain jenis Dendrobium, Orcidium, Arachnis, Phalaenopsis, serta tanaman hias penunjang lainnya.

Menurut Spillane (1994) dalam Utama (2009) untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) ada lima unsur yang harus dipenuhi seperti dibawah ini:

a. Attractions

Dalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah, hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian tersebut.

b. Facilities

Fasilitas yang diperlukan mungkin penambahan sarana umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar.

c. Infrastructure

Infrastruktur yang dimaksud jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi, sistem pembuangan kotoran/pembungan air, jalan raya dan sistem keamanan.

d. Transportation

Transportasi umum, Bis-Terminal, sistem keamanan penumpang, sistem informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, peta kota/objek wisata.

e. Hospitality

Keramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan keberhasilan sebuah sistem pariwisata yang baik.

Calon pengunjung agrowiasta pun dapat terarik untuk berkunjung karena adanya faktor-faktor tertentu. Menurut Utama (2010), faktor-faktor pendorong


(24)

untuk berwisata sangatlah penting untuk diketahui oleh siapapun yang berkecimpung dalam industri pariwisata. Keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata diawali adanya motivasi yang merupakan faktor pendorong untuk mengunjungi suatu objek wisata. Faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Faktor tarif dan pelayanan yang terdiri dari tujuh variabel. variabel-variabel tersebut adalah ketersediaan informasi, kapasitas parkir, ketersediaan tempat sampah, harga tiket masuk, harga sewa fasilitas, harga cinderamata, dan pelayanan tiket masuk.

b. Faktor atraksi alam yang terdiri dari empat variabel. variabel-variabel tersebut adalah lingkungan, keindahan alam, kelangkaan jenis tanaman, dan keunikan jenis tanaman.

c. Faktor aksesibilitas yang terdiri dari tiga variabel yang terdiri dari jarak menuju lokasi, waktu tempuh menuju lokasi, dan kemudahan menuju lokasi. d. Faktor situasi yang terdiri dari dua variabel yang terdiri dari ketenangan tidak

bising, dan ketersediaan cinderamata.

e. Faktor fasilitas yang terdiri dari dua variabel, yang terdiri dari fasilitas rekreasi dan kecepatan pelayanan informasi.

2.1.3 Definisi Komunikasi Pemasaran

Tjiptono (2008) mengungkapkan yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Machfoedz (2010) mendefinisikan komunikasi pemasaran ialah semua elemen dalam pemasaran yang memberi arti dan mengkomunikasikan nilai kepada konsumen dan stakeholder sebuah perusahaan. KotlerdalamKusumastuti (2009) menyatakan komunikasi pemasaran sebagai usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik, terutama kepada konsumen sasaran mengenai keberadaan suatu produk di pasar.

Sependapat dengan hal tersebut, Kotler (2005) mengungkapkan bahwa komunikasi pemasaran terpadu merupakan konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang mengakui nilai tambah rencana yang komprehensif. Selain itu, ada definisi lain mengenai komunikasi pemasaran terpadu atau integrate


(25)

marketing communications (IMC) merupakan proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan secara berkelanjutan (Shimp, 2003).

2.1.4 Tujuan Komunikasi Pemasaran

Tujuan komunikasi pemasaran adalah mempengaruhi atau memberikan efek langsung kepada perilaku khalayak sasaran (Shimp, 2003). Selain itu, Tjiptono (2008) menyatakan bahwa tujuan dari komunikasi pemasaran adalah menginformasikan, mempengaruhi, dan membujuk, serta meningkatkan pelanggan sasaran perusahaan dan bauran pemasarannya.

Shimp (2003) menyatakan komunikasi pemasaran membantu kegiatan pemasaran suatu perusahaan yang dapat berbentuk penjualan perorangan, iklan, promosi penjualan, pemasaran sponsorhip, publisitas, dan komunikasi di tempat pembelian. Komunikasi pemasaran terpadu atau IMC memiliki 5 ciri-ciri, yaitu: 1. Mempengaruhi konsumen

2. Berawal dari pelanggan dan calon pelanggan

3. Menggunakan satu atau segala cara untuk melakukan ‘kontak’ 4. Berusaha menciptakan sinergi

5. Menjalin hubungan

2.1.5 Peranan Komunikasi Pemasaran

Kusumastuti (2009) menyatakan hubungan antara pemasaran dengan komunikasi sangatlah erat. Tanpa komunikasi dalam pemasaran, masyarakat khususnya konsumen tidak akan mengetahui keberadaan suatu produk. Peran komunikasi dalam transaksi pertukaran terjadi proses komunikasi langsung maupun tidak langsung. Beberapa peran komunkasi dalam transaksi pertukaran adalah sebagai berikut:

1. Memberi informasi dan membuat konsumen menyadari keberadaan produk yang ditawarkan. Melalui komunikasi pemasaran, konsumen potensial dibujuk agar berhasrat masuk kedalam hubungan pertukaran.

2. Mengingatkan konsumen tentang keberadaan produk. Konsumen diingatkan bahwa produk yang sejak dulu dikenal masih tetap ada dan hingga saat ni masih tersedia di pasaran.


(26)

3. Membujuk konsumen (pelanggan) dan konsumen potensial untuk melakukan pembelian. Pesan-pesan yang disampaikan bersifat persuasif yaitu membujuk mereka untuk melakukan tindakan pembelian.

4. Menunjukkan perbedaan (differentiating) produk yang dtawarkan oleh perusahaan dengan perusahaan lain. Pemasar membedakannya dengan menanamkan persepsi tertentu kepada konsumen, seolah-olah produk yang ditawarkan memang berbeda dari produk lainnya.

5. Menghantarkan nilai-nilai sosial pada masyarakat. Berdasarkan konsep periklanan, suatu iklan akan menarik bila menampilkan daya tarik (appeal) tertentu, sesuai dengan batas-batas nilai moral yang berlambang dalam masyarakat.

2.1.6 Bauran Promosi

Tjiptono (2008) menyatakan pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Sependapat dengan itu, Iskandar (2009) menyatakan komunikasi pemasaran disebut juga bauran promosi yang merupakan alat efektif untuk berkomunikasi dengan para pelanggan (baik konsumen atau perantara). Komunikasi pemasaran dapat dilihat sebagai suatu rentang dari informasi internal perusahaan sampai dengan sisi pengambilan keputusan konsumen. Dalam Tjiptono (2008), bentuk-bentuk promosi secara umum memiliki fungsi yang sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khususnya. Beberapa tugas itu atau sering disebut bauran promosi (promotion mix, promotion blend, communication mix) adalah personal selling (penjualan perorangan), mass selling yang terdiri atas periklanan dan publisitas, sales promotion (promosi penjualan), public relation (hubungan masyarakat), dan direct marketing (pemasaran langsung). Menurut Lovelock dan Wright (2005) dalamAndijansyah (2009), menyatakan bahwa ada satu lagi bentuk promosi yaitu informasi atau cerita dari mulut ke mulut (word of mouth). Pada penelitian hanya digunakan tiga bauran promosi, yaitu mass selling (yang terdiri atas periklanan dan publisitas) dan public relation (hubungan masyarakat), serta word of mouth (komunikasi atau informasi dari mulut ke mulut).


(27)

1. Mass Selling

Mass selling merupakan pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai dalam satu waktu. Ada dua bentukmass selling yaitu periklanan dan publisitas.

a. Periklanan

Periklanan merupakan semua bentuk penyajian dan promosi nonpersonal atas ide, barang atau jasa yang dilakukan oleh perusahaan sponsor tertentu (Kotler, 2000). Menurut Tjiptono (2008), iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya. Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. Periklanan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang bagi suatu produk dan di sisi lain juga dapat mempercepat penjualan. Tujuan periklanan adalah komunikasi yang efektif dalam rangka mengubah sikap dan perilaku konsumen. Menurut Machfoedz (2010), periklanan dapat menjangkau khalayak yang berada dalam rentang geografis sangat luas dengan biaya murah untuk semua publisitas. Meskipun dapat menjangkau khalayak dalam jumlah besar dengan cepat, periklanan merupakan sarana promosi tanpa awak (non personal) sehingga kurang persuatif dibandingkan dengan wiraniaga perusahaan.

b. Publisitas

Rismiati dan Suratno (2001) menyatakan publisitas adalah sejumlah informasi mengenai orang, barang atau organisasi yang disusun dalam ruang editorial suatu media tanpa dipungut biaya untuk dibaca, dilihat atau didengar oleh para konsumen atau calon konsumen dengan maksud khusus untuk mencapai tujuan penjualan. Sependapat dengan definisi tersebut, ada definisi lain dalam Tjiptono (2008) menyatakan bahwa publisitas adalah bentuk penyajian dan penyebaran ide, barang dan jasa secara non personal, yang mana orang atau organisasi yang diuntungkan tidak membayar untuk itu. Publisitas merupakan pemanfaatan nilai-nilai berita yang terkandung dalam suatu produk untuk membentuk citra produk yang bersangkutan. Dibandingkan dengan iklan,


(28)

publisitas mempunyai kredibilitas yang lebih baik, karena pembenaran (baik langsung maupun tidak langsung) dilakukan oleh pihak lain selain pemilik iklan. Pesan publisitas dimasukkan dalam berita atau artikel koran, tabloid, majalah, radio, dan televisi, maka khalayak tidak memandangnya sebagai komunikasi promosi. Publisitas tidak mungkin untuk diulang-ulang.

2. Public Relation(Hubungan Masyarakat)

Tjiptono (2008) mengungkapkan hubungan masyarakat atau public relation merupaka upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakian, dan sikap berbagai public terhadap perusahaan. Hubungan masyarakat bertujuan membangun hubungan baik dengan berbagai publik perusahaan dengan tujuan mendapatkan publisitas yang luas, membangun citra positif perusahaan, dan mengatasi gossip, laporan, serta berbagai event yang dapat merugikan perusahaan (Mahfoedz, 2010). Beberapa program hubungan masyarakat, antara lain publikasi di berbagai media, acara-acara penting, hubungan dengan investor, pameran, dan mensponsori beberapa acara.

3. Word of Mouth(Informasi dari Mulut ke Mulut)

Menurut Lovelock dan Wright (2005) dalam Andijansyah (2009), informasi atau cerita dari mulut ke mulut (word of mouth) merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran, walaupun sulit bagi pemasar untuk mengontrol saluran ini. Cerita dari mulut ke mulut berbentuk komentar positif atau negatif tentang suatu jasa yang disebarkan seseorang kepada orang lain. Informasi atau cerita dari mulut ke mulut (word of mouth) merupakan jenis komunikasi pemasaran yang ampuh, efektif, dan berbiaya paling murah. Word of mouth marketing adalah iklan yang dilakukan oleh konsumen ke konsumen lain tanpa campur tangan siapapun. Konsumen yang merasa puas terhadap suatu produk cenderung akan mempromosikan produk tersebut kepada konsumen lain. Komunikasi dari mulut ke mulut ini efektif terutama untuk produk atau jasa yang memerlukan keterlibatan tinggi.


(29)

2.1.7 Karakteristik Konsumen

Sumarwan (2002) menyatakan istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Konsumen organisasi yang meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan lmbaga lainnya membeli produk dan jasa untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya. Konsumen bebas memilih produk dan merk yang akan dibelinya. Keputusan membeli ada pada diri konsumen. Konsumen akan menggunakan berbaga kriteria dalam membeli produk dan merk tertentu, diantaranya adalah konsumen akan membeli produk yang sesuai dengan kebutuhannya, seleranya, dan daya belinya.

Konsumen memiliki karakteristik yang dapat mempengaruhi perilaku dalam proses keputusan pembelian. Karakteristik konsumen terdiri dari pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen dan karakteristik demografi konsumen (Sumarwan, 2002). Karakteristik demografi dapat dilihat dari faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status pernikahan, lokasi geografi, dan kelas sosial.

Menurut Sumarwan (2002) usia, pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan menjadi karakteristik yang penting untuk dipahami oleh pemasar. Hal ini dikarenakan konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk yang berbeda pula, serta daya beli menjadi indikator yang penting bagi pemasar dalam jumlah produk yang bisa dibeli oleh konsumen. Selain itu, semakin tinggi tingkat pendidikan konsumen akan membuat konsumen senang untuk mencari nformasi tentang suatu produk sebelum memutuskan untuk membelinya. Pekerjaan juga akan mempengaruhi cara pandang dan persepsi terhadap suatu produk, karena akan berpengaruh pada pengetahuan dan pengalaman untuk termotivasi dalam keputusan pembelian.

2.1.8 Motivasi

Schiffman dan Kanuk (2000) dalam Sumarwan (2002) mendefinisikan motivasi yaitu “Motivation can be described as driving force within individuals that impels them to action. This driving force is produced by state of tension,


(30)

which exist as the result of an unfulfilled need”. Adapun definisi motivasi menurut Solomon (1994) dalam Sumarwan (2002) adalah “Motivations refers to the processes that cause people to behave as they do. It occurs when a need is aroused that the customer wishes to satisfy. Once a need has been actived, a state of tension exixst that drives the consumers to attempt to reduce or eliminate the need”.

Dua definisi tentang motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi itu muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen. Kebutuhan sendiri muncul karena konsumen meraskan ketidaknyamanan antara yang seharusnya dirasakan dan yang sebenarnya dirasakan. Kebutuhan yang dirasakan tersebut akan mendorong seseorang melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.

Motivasi dapat terbentuk dari adanya stimulus atau rangsangan yang akan menyebabkan pengenalan pada kebutuhan (need recognitionion). Rangsangan tersebut bisa datang dari dalam diri seseorang. Pengenalan kebutuhan akan menyebabkan tekanan kepada konsumen sehingga adanya dorongan pada dirinya untuk melakukan tindakan yang bertujuan. Motivasi ada dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.

2.1.9 Perilaku Konsumen

Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Sumarwan (2002) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut: “the term consumer behavior refers to the behavior that consumers display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products and services, that they expect will satisfy their needs”. Sementara itu, John C. Mowen dan Minor (2001)dalamUmar (2003) menyatakan bahwa perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-de. Adapun perilaku konsumen menurut Kotler (2000) adalah mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan


(31)

organsasi memilih, membeli, memakai serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka.

Menurut Engelet.al. (1993)dalam Sumarwan (2002), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Perilaku konsumen juga dipengaruhi dan dibentuk oleh pengaruh lingkungan (budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga, dan situasi), perbedaan individu (sumberdaya konsumen, motivasi, dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi), dan proses psikologis (pengolahan informasi, pembelajaran, dan perubahan sikap dan perilaku).

Perilaku konsumen pada hakikatnya untuk memahami “why do consumers do what they do”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi (Sumarwan, 2002).

Konsumen berhak untuk memperoleh informasi yang benar mengenai produk atau jasa yang dibeli dan dikonsumsinya. Seorang konsumen yang rasional akan melakukan pengumpulan dan pengolahan informasi tentang produk atau jasa yang akan dipilihnya. Tanpa adanya informasi yang memadai, konsumen dapat menjadi ragu terhadap produk atau jasa tersebut. Proses pengolahan informasi, pembentukan pengetahuan dan proses belajar sangat menentukan apakah konsumen menyukai suatu produk sebelum ia memutuskan untuk membeli atau mengkonsumsinya (Sumarwan, 2002).

Informasi yang diperoleh konsumen dari komunikasi pemasaran memberikan banyak pengetahuan untuk proses perilaku. Konsumen termotivasi untuk memperhatikan pesan pemasaran, dan mereka menerapkan persepsi serta kajian untuk menghimpun dan menafsirkan informasi yang mereka peroleh. Kemudian mereka menggunakan informasi tersebut untuk membentuk sikap dan mengambil keputusan tentang produk yang perlu dibeli.


(32)

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ini menjelaskan korelasi antar variabel penelitian. Perilaku pengunjung dalam penelitian ini memiliki hubungan dengan faktor internal dan faktor eksternal dari responden. Faktor internal dari responden adalah karakterstik pengunjung yang meliputi usia, pendidikan, pendapatan, pengalaman, dan motivasi. Karakteristik pengunjung ini dapat memberikan gambaran umum kondisi pengunjung, serta dapat menentukan perilaku dalam proses keputusan pada saat akan berkunjung. Faktor eksternal dalam penelitian ini adalah pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Kebun Raya Bogor yang meliputi jenis bauran promosi dan frekuensi pelaksanaan. Pelaksanaan komunikasi pemasaran dapat memuat informasi mengenai keunggulan yang dimiliki oleh Kebun Raya Bogor, sehingga calon pengunjung dapat tertarik untuk datang. Faktor internal dan eksternal ini akan dapat menentukan perilaku pengunjung. Pengetahuan yang didapat berupa informasi tentang Kebun Raya Bogor diharapkan membentuk suatu sikap yang positif (rasa suka) dan dilanjutkan dengan tindakan pengunjung untuk mengunjungi Kebun Raya Bogor. Selain itu, dengan mengunjungi Kebun Raya Bogor, diharapkan pengunjung dapat bertambah pengetahuannya.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan: = Berhubungan

Karakteristik Pengunjung: Usia

Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Motivasi

Pengalaman

Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran: Jenis bauran promosi

Frekuensi pelaksanaan


(33)

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara karakteristik pengunjung dengan perilaku pengunjung Kebun Raya Bogor.

2. Terdapat hubungan antara pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan perilaku pengunjung.

2.4 Definisi Operasional

Pengukuran variabel-variabel dijabarkan dan dibatasi secara operasional. 1. Karakteristik pengunjung merupakan faktor-faktor di dalam diri pengunjung yang diduga memilki hubungan dengan perilaku pengunjung agrowsata Kebun Raya Bogor. Beberapa variabel yang diukur sebagai karakteristik pengunjung, diantaranya adalah usia, pendidikan, pendapatan, motivasi dan pengalaman. a. Usia adalah lama hidup pengunjung pada saat penelitian dilakukan yang dihitung sejak hari kelahiran yang dinyatakan dalam tahun. Umur dapat dikategorikan sebagai berikut:

Muda (15-20 tahun ) = skor 1 Dewasa (21-27 tahun ) = skor 2 Tua (>27 tahun) = skor 3

b. Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti pengunjung sampai dengan saat penelitian. Tingkat pendidikan dapat dikategorikan sebagai berikut:

Rendah (SMP) = skor 1

Sedang (SMA/SMK-D1) = skor 2

Tinggi (perguruan tinggi (D3/S1/S2)) = skor 3

c. Tingkat pendapatan adalah jumlah rupiah pemasukan atau pendapatan yang diperoleh pengunjung dalam sebulan. Diukur dengan melalui rata-rata skor data lapang dan dikategorikan sebagai berikut:

Rendah (Rp. 250.000,00 - Rp. 2.499.999,00) = skor 1 Sedang ( Rp. 2.500.000,00 - Rp. 4.749.999,00) = skor 2 Tinggi (Rp. 4.750.0000,00 - Rp. 7.000.000,00) = skor 3


(34)

d. Motivasi adalah sesuatu hal yang mendorong pengunjung untuk berkunjung ke Kebun raya Bogor. Motivasi dapat dikategorikan menjadi motivasi internal dan motivasi eksternal. Jika Motivasi internal lebih besar dari motivasi eksternal maka diberi skor 2. Jika motivasi eksternal yang lebih besar dari motivasi internal maka diberi skor 1.

e. Pengalaman adalah kegiatan pengunjung pernah mengunjungi Kebun Raya Bogor. Pengalaman dibagi menjadi dua kategori yaitu pengalaman seluruhnya dan pengalaman selama satu tahun terakhir.

Pengalaman seluruhnya dikategorikan sebagai berikut: Jarang (1-4 kali kunjungan) = skor 1

Sedang ( 5-8 kali kunjungan) = skor 2 Sering (9-13 kali kunjungan) = skor 3

Pengalaman selama satu tahun terakhir dikategorikan sebagai berikut: Sedikit (1 kali kunjungan) =skor 1

Sedang (2-3 kali kunjungan) = skor 2 Sering (≥ 4 kali kunjungan) = skor3

Total skor dari pengalaman seluruhnya dan pengalaman selama satu tahun terakhir dikategorikan sebagai berikut:

Jarang (2 kali kunjungan) = skor 1 Sedang (3-4 kali kunjungan) = skor 2 Sering (>4 kali kunjungan) = skor 3

2. Pelaksanaan komunikasi pemasaran adalah komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Kebun Raya Bogor agar calon pengunjung dapat mengetahui informasi tentang keberadaan dan keunggulan yang dimiliki Kebun Raya Bogor. Pelaksanaan komunikasi pemasaran meliputi jenis bauran komunikasi pemasaran (bauran promosi) dan frekuensi pelaksanaan.

a. Jenis bauran promosi adalah variasi bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan agrowisata Kebun Raya Bogor agar pengunjung mendapatkan informasi dan berkeinginan untuk berkunjung. Bauran promosi meliputi mass selling yaitu periklanan dan publisitas, hubungan masyarakat, dan informasi dari mulut ke mulut. Jenis bauran promosi dapat dikategorikan sebagai berikut:


(35)

Sedang = skor 2 Tinggi = skor 3

b. Frekuensi pelaksanaan komunikasi pemasaran adalah tingkat keseringan pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Kebun Raya Bogor kepada calon pengunjung dalam periode waktu satu tahun. Frekuensi pelaksanaan komunikasi pemasaran dapat dikategorikan sebagai berikut:

Tidak pernah = skor 1 Jarang = skor 2 Sering = skor 3

Pelaksanaan komunikasi pemasaran Kebun Raya Bogor diukur berdasarkan rataan skor dari jenis bauran pemasaran dan frekuensi pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dikategorikan sebagai berikut:

Buruk (1-2) = skor 1 Sedang (3-4) = skor 2 Baik (>4) = skor 3

3. Perilaku pengunjung adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan pengunjung pada saat sebelum dan ketika berkunjung, serta mengevaluasinya.

Perilaku pengunjung Kebun Raya Bogor diukur berdasarkan rataan skor yang dikategorikan sebagai berikut:

Buruk (<9)= skor 1 Sedang (9-11)= skor 2 Baik (>11)= skor 3


(36)

BAB 3

PENDEKATAN LAPANGAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitan ini dilakukan di Kebun raya Bogor di Jalan Ir. H. Juanda No.13 Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan mempertimbangkan: (1) Kebun Raya Bogor merupakan kebun botani besar tertua di Asia yang terletak di Bogor. (2) Kebun Raya Bogor merupakan tempat wisata untuk memenuhi kebutuhan pendidikan sekaligus rekreasi. (3) Kebun Raya Bogor sempat mengalami penurunan pengunjung pada tahun 2008. Waktu penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan April sampai bulan Mei 2011.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data kuantitatif yang didukung dengan data-data kualitatif. Pengumpulan data-data primer kuantitatif diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden. Waktu pengambilan sampel disesuaikan berdasarkan jam kunjungan dalam Kebun Raya Bogor.

Populasi dalam penelitian adalah seluruh pengunjung Kebun Raya Bogor. Unit analisisnya adalah indvidu. Pemilihan responden pada penelitian ini adalah dengan teknik accidental sampling. Populasi dalam penelitian tidak diketahui secara pasti. Teknik ini mengambil sampel yang sedang berada di lokasi penelitian pada saat penelitian dilakukan. Sampel yang akan dijadikan responden harus memenuhi kriteria tertentu, seperti usia sampel yang akan dijadikan responden minimal 15 tahun. Hal tersebut dipertimbangkan karena responden yang memiliki usia minimal 15 tahun sudah dapat memahami dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Sampel yang diambil sebanyak 100 orang. Pengambilan sampel dilakukan pada hari kerja dan hari libur di dalam Kebun Raya Bogor. Tempat pengambilan sampel di dalam Kebun Raya Bogor menyebar (tidak hanya di satu tempat/objek wisata yang terdapat di Kebun Raya Bogor).

Penelitian juga mengambil data kualitatif melalui wawancara dengan pihak manajemen Kebun raya Bogor. Wawancara dengan pihak manajemen


(37)

bagian informasi dan pemasaran untuk mendapatkan gambaran umum tentang kondisi internal Kebun Raya Bogor. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yaitu buku, tesis, skripsi, jurnal penelitian dan situs internet.

3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian mengenai hubungan komunikasi pemasaran dengan perilaku pengunjung agrowisata ini merupakan penelitian survai dengan tujuan explanatory. Metode survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Tipe penelitian explanatory merupakan penelitian yang sifat analisisnya menjelaskan hubungan antar variabel melalui uji hipotesis (Singarimbun & Effendi, 1989).

Data kuantitatif pada kuesioner berupa data ordinal. Data kuantitatif tersebut di uji korelasi Rank Spearman. Sementara itu, data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan digunakan sebagai data pendukung hasil penelitian kuantitatif. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat yang berskala ordinal (non parametrik). Rumus Korelasi Rank Spearmansebagai berikut:

Keterangan:

rs =Nilai KoefisienRank Spearman di = Disparitas (x1-x2)

n = Banyaknya Pengamatan

Kaidah pengambilan keputusan tentang hubungan antar variabel dalam uji korelasiRank Spearmanadalah sebagai berikut:

1. Signifikansi/probabilitas/α digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang diteliti. Signifikansi yang digunakan dalam


(38)

penelitian ini adalah sebesar α (0,1) maka artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat kepercayaan sebesar 90% dan tingkat kesalahan sebesar 10%.

Dasar pengambilan keputusan, dirumuskan sebagai berikut:

a. Jika angka signifikansi hasil penelitian<0,1 maka Ho ditolak. Jadi, hubungan kedua variabel signifikan; dan

b. Jika angka signifikansi hasil penelitian>0,1 maka Ho diterima. Jadi, hubungan kedua variabel tidak signifikan.

2. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan antara variabel. Angka korelasi untukSpearmanberkisar pada 0, yang berarti tidak ada korelasi sama sekali, tetapi kalau angka 1, berarti terdapat korelasi yang sempurna. Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian hipotesis dua arah (two tailed) yaitu searah atau berlawanan arah. Dasar pengambilan keputusan, dirumuskan sebagai berikut:

a. Kekuatan hubungan, jika angka koefisien korelasi di atas 0,1 menunjukkan korelasi yang cukup kuat, sedangkan di bawah 0,1 menunjukkan korelasi yang lemah. Arti hubungan kuat adalah jika terjadi perubahan nilai pada suatu variabel (X) cenderung diikuti perubahan nilai variabel lain (Y). b. Arah hubungan, jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel

mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah.


(39)

BAB 4

GAMBARAN UMUM AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR

4.1 Sejarah dan Perkembangan Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor adalah sebuah kebun botani besar tertua di Asia dan memiliki keindahan tersendiri yang terletak di Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat, Indonesia. Penggagas Kebun Raya Bogor berasal dari Jerman yaitu Prof. Dr. Caspar George Carl Reinwardt. Reinwardt mencetuskan gagasannya untuk mendirikan Kebun Botani kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda yaitu Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen pada tanggal 15 April 1817. Reinwardt tertarik meneliti berbagai macam tanaman yang digunakan untuk pengobatan. Sehingga, ia memutuskan untuk mengumpulkan semua tanaman yang ditelitinya di sebuah kebun otani di Bogor. Reinwardt juga menjadi perintis di bidang pembuatan herbarium dan dikenal sebagai seorang penidiri Herbarium Bogoriense. Pada masa itu Bogor menjadi pusat pengembangan pertanian dan holtikultura di Indonesia, dan diperkirakan memiliki sekitar 900 tanaman hidup. Kemudian, pada tanggal 18 Mei 1817 Kebun Raya Bogor pun diresmikan dengan namas’Lands Plantentuin te Buitenzorg.

Tahun 1949, s’Lands Plantentuin te Buitenzorg berganti nama menjadi Jawatan Penyelidikan Alam (JPA), kemudian menjadi Lembaga Pusat Penyelidikan Alam (LPPA) yang dipimpin dan dikelola oleh Prof. Ir Koestono Setyodiwiryo, dan merupakan orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai pimpinan lembaga penelitian bertaraf internasional. Dalam perkembangan koleksi tanaman sesuai dengan iklim yang ada di Indonesia, Kebun Raya Bogor membentuk cabang di beberapa tempat yaitu:

a. Kebun Raya Cibodas (Bergtuin te Cibodas, Hortus, dan Laboratorium Cibodas) di Jawa Barat, dengan luas 120 hektar yang didirikan oleh Teysman pada tahun 1866 untuk koleksi tanaman dataran tinggi beriklim basah dan tanaman sub-tropis. Pada tahun 1891 kebun ini dilengkapi dengan laboratorium penelitian flora dan fauna.


(40)

b. Kebun Raya Purwodadi (Hortus Purwodadi) di Jawa Timur, dengan luas 40 hektar yang didirikan oleh Van Stolen pada tahun 1941 untuk koleksi tanaman dataran rendah dan iklim kering daerah tropis.

c. Kebun Raya ”Eka Karya” Bedugul-Bali, dengan luas 159,4 hektar yang didirikan oleh Prof. Ir. Koestono Setyodiwiryo untuk koleksi tanaman dataran tinggi beriklim kering.

Kebun Raya Bogor merupakan museum tanaman hidup dengan koleksi tanaman tropis terlengkap di dunia, dibangun dengan konsep pertamanan yang indah. Luas KRB mencakup areal 87 hektar, jumlah koleksinya terakhir tercatat sekitar 15.000 jenis. Kebun Raya Bogor dilengkapi perpustakaan, bank biji, museum biji, pembibitan tanaman, rumah kaca, dan laboratorium. Kebun Raya Bogor juga meniliki banguan-banguan peninggalan masa lalu sebagai bukti sejarah, seperti kompleks kuburan Belanda, Lady Raffles Memorial, tugu J.J. Smith, dan patung Sudjana Kassan.

Tempat wisata alam ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 sampai pukul 17.00 WIB dengan harga tiket Rp. 9.500, 00 per orang dan Rp. 15.500, 00 per mobil, serta harga parkir motor sebesar Rp. 3.000, 00 KRB meneyediakan jasa pemandu berbahasa Inggris, Belanda, Jepang, Jerman, dan Perancis. Untuk siswa sekolah, kelompok-kelompok remaja atau kelompok-kelompok khusus, tersedia paket wisata flora dan pendidikan lingkungan. Pengunjung juga bisa membeli berbagai jenis biji-bijian di bank biji, bibit pohon langka dan pohon hias di bursa tanaman.

4.2 Visi, Misi, Tujuan, Kegiatan, Tugas dan Fungsi Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor memiliki tujuan yang ingin dicapai, oleh karena itu ada visi dan misi sehingga memiliki panduan yang jelas dalam menjalankan kegiatannya. Visi Kebun Raya Bogor adalah menjadi salah satu kebun raya terbaik di dunia dalam bidang konservasi dan penelitian tumbuhan tropika, pendidikan lingkungan, dan pariwisata. Sedangkan misi Kebun Raya Bogor adalah sebagai berikut:

1. Melestarikan tanaman tropika

2. Mengembangkan penelitian bidang konservasi dan pendayagunaan tumbuhan tropika


(41)

3. Mengembangkan pendidikan lingkungan untuk meningkatkan pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap tumuhan dan lingkungan

4. Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat Kebun Raya Bogor pun memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu:

1. Mengkonservasi tumbuhan Indonesia khususnya dan tumbunah tropika umumnya

2. Melakukan reintroduksi atau pemulihan tumbuhan langka

3. Memfasilitasi pembangunan kawasan konservasi ex-situ tumbuhan.

4. Meningkatkan jumlah dan mutu penelitian terhadap konservasi dan pendayagunaan tumbuhan

5. Menyiapkan bahan untuk perumusan kebijakan bidang konservasi ex-situ tumbuhan

6. Meningkatkan pendidikan lingkungan

7. Meningkatkan pelayanan jasa dan informasi perkebunrayaan

Adapun kegiatan yang dilakukan Kebun Raya Bogor adalah sebagai berikut: 1. Konservasi ex-situ yaitu melakukan eksplorasi tumbuhan diantaranya hutan,

mendata/registrasi, mengkoleksi dan melestarikannya. 2. Penelitian, meliputi bidang:

a. Taksonomi, yaitu pemberian kepastian nama tanaman atau sertifikasi, inventarisasi dan evaluasi.

b. Biosistematik, yaitu mempelajari hubungan kekerabatan antara tumbuhan. c. Botani terapan, yaitu penelitian mengenai manfaat tanaman.

d. Holtikultura, meliputi penelitian adaptasi tanaman, cara budidayanya dan pengembangan ilmu pertamanan.

3. Pendidikan, terutama dibidang ilmu botani, pertanaman dan lingkungan hidup 4. Pariwisata, KRB merupakan salah satu tempat kunjungan wisata potensial 5. Penemuan serta pengumpulan jenis-jenis tanaman langka yang hampir punah

di Indonesia

6. Pembangunan Kebun Raya baru, ada keinginan masyarakat di berbagai propinsi agar didirikan Kebun Raya di daerahnya yang perlu ditindaklanjuti.

Kebun Raya Bogor memiliki tugas dan fungsi melakukan konservasi tumbuhan antara lain mencakup usaha melestarikan, mendayagunakan dan


(42)

mengembangkan potensi tumbuhan secara berkesinambungan melalui kegiatan pelestarian, penelitian, pendidikan dan rekreasi untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap dunia tumbuhan dan lingkungan hidup. Oleh karena itu, tumbuh-tumbuhan yang didapatkan dari hasil eksplorasi dan pertukaran antar kebun raya dijadikan objek wisata baru serta tumbuhan langka yang telah diperbanyak dijual di masyarakat.

Dalam periode 2009, terdapat penerbitan publikasi berkala diantaranya Berita Kebun Raya (BKR) yang merupakan media internal yang merupakan sarana komunikasi dan informasi khususnya bagi pegawai PKT KRB, BKT Kebun Raya Cibodas, BKT Kebun Raya Purwodadi serta BKT Kebun Raya ”eka karya” Bali terbit satu kali dalam sebulan. Adapun publikasi lainnya Warta Kebun Raya terbit 3 bulan sekali, dan Buletin kebun Raya terbit enam bulan sekali.

4.3 Objek dan Daya Tarik Wisata di Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor dimanfatkan oleh masyarakat sebagai salah satu tempat wisata. Hal ini dikarenakan oleh Kebun Raya Bogor memiliki objek dan daya tarik wisata yang menarik, bersejarah, dan juga mengandung pengetahuan. Objek dan daya tarik wisata tersebut adalah:

1. Teratai Raksasa (Victoria amazonica(Peopp.) Sowerby)

Teratai raksasa merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah Amazon di Brazilia. Bentuk daun yang lebar dengan bunga warna putih yang berubah menjadi merah jambu setelah 2-3 hari. Hal itulah yang membuat teratai raksasa ini menjadi salah satu objek daya tarik wisata yang disukai banyak pengunjung. 2. Anggrek Raksasa (Grammatophyllum speciosumBI.)

Anggrek raksasa merupakan bunga berwarna kuning berintik-bintik coklat mirip macan yang berasal dari Kalimantan. Hal ini menyebabkan anggrek ini disebut anggrek macan. Anggrek raksasa memiliki tandan bunga yang panjang dapat mencapai 1 sampai 1,5 meter dan menghasilkan bunga mencapai 100 kuntum pertandannya.

3. Bunga Bangkai (Amorphopallus titaniumBecc.)

Bunga Bangkai tergolong suku Araceae (talas-talasan) yang berasal dari Sumatera dan ditemukan pertama kali oleh Beccari, seorang botanis asal Italia pada tahun 1878. Bunga Bangkai berbunga tiga tahun sekali dan memiliki


(43)

mahkota bunga yang sangat bagus dengan beraneka warna yaitu violet, kuning, merah darah, dan hijau kekuningan, sehingga menarik perhatian orang untuk mellihatnya. Namun, bunga ini memiliki bau yang tidak sedap, maka dari itu kebanyakan orang menyebutnya bunga bangkai.

4. Kayu Raja (Kompasia excelsa(Becc.) Taub.)

Kayu Raja merupakan pohon yang memiliki bentuk menarik karena berbatang lurus berwarna putih dan berakar banir yang besar. Pohon ini berasal dari Kalimantan dan sudah mulai langka saat ini.

5. Jalan Kenari

Jalan Kenari merupakan jalan yang di sebelah kiri dan kanannya ditanami pohon kenari (Canarium indicum L.). Pohon kenari berasal dari Maluku. Di Kebun Raya Bogor terdapat dua Jalan Kenari, yang pertama Jalan Kenari I mulai dari pintu masuk utama sampai ke ujung jalan dekat belakang Istana Bogor dan yang kedua Jalan Kenari II terletak di sebelah timur Sungai Ciliwung.

6. Pohon Tarzan (Entada phaseoloides(L.) Merr.)

Entada phaseoloides (L.) Merr. merupakan tanaman merambat pada pohon kenari yang satu ke pohon kenari yang lain. Tamanan ini berasal dari Kalimantan dan Maluku. Karena batangnya tampak bergelantungan menyebrangi jalan sehingga banyak wisatawan yang menyebutnya pohon tarzan.

7. Monumen Peringatan Lady Raffles

Monumen ini adalah monumen yang dibangun oleh Stamford Raffles untuk mengenang isterinya yang bernama Lady Olivia Marianne yang meninggal pada tahun 1814.

8. Pohon Lici (Litchi chinesisSonn.)

Pohon Lici berasal dari China. Pohon ini menarik karena merupakan pohon tertua yang ada di Kebun Raya Bogor yang ditanam pada tahun 1823. 9. Taman Meksiko

Taman ini disebut Taman Meksiko karena koleksi tanaman yang erda di taman ini sebagian besar dikumpulkan dari Meksiko. Taman Meksiko memiliki koleksi tanaman yang menarik seperti koleksi kaktus, agave, yucca, dan pohon lilin.


(44)

10. Taman Teysman

Taman Teysman dibangun oleh M. Treub pada tahun 1884. Di taman ini dibangun Tugu Peringatan J.E Teysman untuk mengenang jasa-jasanya. Taman ini berbentukformal garden(yang lazimnya dibuat di Eropa) dan ditanami pohon-pohon yang dibentuk secara khusus, seperti piramida atau bundar.

11. Jalan Astrid

Jalan Astrid merupakan jalan kembar yang dibangun untuk memperingati kunjungan Ratu Astrid dari Belgia pad atahun 1929. Ditengah-tengah jalan kembar ini ditanami bunga tasbih (Canna hybrida) yang berbunga merah dan kuning serta berdaun coklat. Dari kejauhan warna-warna tersebut melambangkan warna bendera Belgia. Di kanan dan kiri jalan ditanami pohon-pohon damar sehingga daerah jalan ini kelihatan indah dan nyaman.

12. Pohon Jodoh

Di Kebun Raya Bogor terdapat dua jenis pohon besar yang berdampingan. Pohon di sebelah kanan adalah sejenis pohon beringin yang memiliki kulit licin dan berwarna coklat, sedangkan yang di sebelah kiri adalah pohon meranti bunga yang memiliki kulit kasar berwarna gelap. Perbedaan bentuk dan warna kulitnya itu seperti menggambarkan sepasang pengantin, sehingga banyak yang menyebut pohon jodoh.

13. Lain-lain

Di Kebun Raya Bogor masi terdapat beberapa tempat dan tanaman menarik untuk diketahui, diantaranya adalah Laboratorium Treub, Jembatan Gantung, Taman Bhineka, Rumah Anggrek, Perpustakan Konservasi dan Museum Zoology.


(45)

BAB 5

KARAKTERISTIK PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR Konsumen memiliki karakteristik yang dapat mempengaruhi perilaku dalam proses keputusan pembelian. Karakteristik pengunjung merupakan hal yang melekat pada diri pengunjung. Karakteristik pengunjung dalam penelitian terbagi menjadi usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, motivasi dan pengalaman. Karakteristik pengunjung Kebun Raya Bogor dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Persentase Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor menurut Karakteristik dan Kategori Pengunjung, 2011

Karakteristik Pengunjung

Kategori Persentase

(%) Usia

Muda: 15-20 tahun 50

Sedang: 21-27 tahun 30

Tua: >27 tahun 20

Tingkat Pendidikan

Rendah: SMP 9

Sedang: SMA/SMK-D1 50

Tinggi: D3-S2 41

Tingkat Pendapatan

Rendah: 250.000,00 - 2.499.999,00 79 Sedang: 2.500.00,00 - 4.749.999,00 16 Tinggi: 4.750.000,00 - 7.000.000,00 5

Motivasi Internal 96

Eksternal 4

Pengalaman

Jarang: 1-4 kali 64

Sedang: 5-8 kali 28

Sering: 9-13 kali 8

Keterangan: n = 100 5.1 Usia

Kebun Raya Bogor merupakan salah satu objek agrowisata di kota Bogor yang menarik untuk dikunjungi. Usia pengunjung yang datang kebanyakan usia muda yaitu usia 15-20 tahun sebanyak 50 persen. Mayoritas pengunjung yang datang berusia 19 dan 20 tahun.

5.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan pengunjung yang datang ke Kebun Raya Bogor mulai dari SMP sampai dengan perguruan tinggi. Sebagian besar pengunjung berpendidikan sedang yaitu SMA/SMK sampai D1 sebanyak 50 persen, yang terbagi atas pendidikan SMA sebanyak 42 persen serta pendidikan SMK dan D1


(46)

masing-masing sebanyak 4 persen. Mayoritas pendidikan pengunjung adalah SMA.

5.3 Tingkat Pendapatan

Pengunjung Kebun Raya Bogor berasal dari berbagai kalangan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendapan mereka dalam sebulan. Sebagian besar pengunjung berpendapatan rendah yaitu berkisar dari Rp. 250.000,00 sampai Rp. 2.499.999,00 sebanyak 79 persen. Mayoritas pengunjung berpendapatan rendah yaitu sebesar Rp. 300.000,00.

5.4 Motivasi

Motivasi pengunjung Kebun Raya Bogor terbagi menjadi dua yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Dalam penelitian ada 100 orang responden yang memilih motivasi-motivasi internal dan eksternal dalam kuesioner yang disebar. Motivasi internal merupakan dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan kunjungan ke Kebun Raya Bogor, sedangkan motivasi eksternal merupakan dorongan dari luar diri pengunjung untuk melakukan kunjungan ke Kebun Raya Bogor.

Motivasi internal terbagi menjadi lima yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Motivasi Internal Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor

Motivasi Internal Jumlah (Orang)

Menambah Pengetahuan 65

Menambah Pengalaman 52

Rekreasi 94

Mengisi Waktu Luang 34

Menikmati keindahan Alam 76

Keterangan: 100 orang responden diajukan masing-masing lima motivasi internal

Motivasi internal terbagi menjadi 29 persen untuk rekreasi yaitu dari 100 orang yang memilih rekreasi sebanyak 94 orang, 24 persen untuk menikmati keindahan alam yaitu dari 100 orang yang memilih keindahan alam sebanyak 76 orang, 20 persen untuk menambah pengetahuan yaitu dari 100 orang yang memilih untuk menambah pengetahuan sebanyak 65 orang, 16 persen untuk menambah pengalaman yaitu dari 100 orang yang memilih untuk menamah pengalaman sebanyak 52 orang, dan 11 persen untuk mengisi waktu luang yaitu


(47)

dari 100 orang yang memilih mengisi waktu luang sebanyak 34 orang. Mayoritas pengunjung memiliki motivasi internal yaitu untuk rekreasi.

Motivasi eksternal terbagi menjadi lima yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Motivasi Eksternal Pengunjung Agrowisata Kebun Raya Bogor

Motivasi Eksternal Jumlah (Orang)

Lokasi KRB mudah dijangkau atau dekat dengan rumah 43

Pelayanan yang baik 29

Fasilitas yang baik 12

Diajak teman atau keluarga 62

Promosi KRB yang menarik 0

Keterangan: 100 orang responden diajukan masing-masing lima motivasi internal

Motivasi eksternal merupakan dorongan dari luar diri pengunjung untuk melakukan kunjungan ke Kebun Raya Bogor terbagi menjadi 29 persen karena lokasi Kebun Raya Bogor mudah dijangkau atau dekat dengan rumah yaitu dari 100 orang yang memilih lokasi mudah dijangkau sebanyak 43 orang, 20 persen karena pelayanan dari pihak pengelola yang baik yaitu dari 100 orang yang memilih pelayanan yang baik sebanyak 29 orang, 8 persen karena fasilitas yang dinilai baik yaitu dari 100 orang yang memilih fasilitas yang baik sebanyak 12 orang , dan 43 persen karena berasal dari ajakan teman atau keluarga yaitu dari 100 orang yang memilih diajak teman atau keluarga sebanyak 62 orang. Mayoritas pengunjung memiliki motivasi eksternal yaitu diajak oleh teman atau keluarga untuk berkunjung ke Kebun Raya Bogor. Promosi mengenai Kebun Raya Bogor merupakan salah satu motivasi eksternal juga, namun pada saat pengambilan data dari responden tidak didapatkan mereka berkunjung karena termotivasi dari promosi yang mereka lihat atau mereka dengar.

Berdasarkan pengambilan data melalui kuesioner yang disebar, maka dapat diketahui perbandingan antara pengunjung yang termotivasi secara internal dan termotivasi secara eksternal. Pengunjung yang datang ke Kebun Raya Bogor mayoritas berdasarkan motivasi internal sebanyak 96 persen, sedangkan pengunjung yang datang berdasarkan motivasi eksternal sebanyak 4 persen.

Menurut Utama (2010), faktor-faktor pendorong untuk berwisata sangatlah penting untuk diketahui. Keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata diawali adanya motivasi yang merupakan faktor pendorong untuk mengunjungi suatu objek wisata. Hal ini pun berlaku bagi pengunjung


(48)

Kebun Raya Bogor. Beberapa motivasi internal maupun eksternal yang telah dipaparkan dapat dimasukkan menjadi faktor pendorong yang menurut Utama (2010) dapat mempengaruhi pengunjung untuk mengunjungi Kebun Raya Bogor. Faktor-faktor pendorong tersebut dan keterangan beberapa dari pengunjung yang menjadi responden dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Faktor-Faktor Pendorong (Motivasi) menurut Utama (2010) yang Dilengkapi dengan Keterangan Responden Kebun Raya Bogor

Faktor Pendorong Keterangan

Tarif dan Pelayanan Sebagian besar responden menyatakan harga tiket masuk Kebun Raya Bogor terjangkau dan pelayanannya cukup baik. Ketersediaan tempat sampah pun sudah cukup memadai, namun masih ada saja pengunjung yang membuang sampah sembarangan

Atraksi Alam Mayoritas responden menyatakan bahwa Kebun Raya Bogor memiliki keindahan alam dan jenis tanaman yang langka serta unik. Hal itulah yang mendorong untuk berkunjung ke Kebun Raya Bogor (menikmati keindahan alam). Pernyataan ini diperkuat oleh pernyataan salah satu responden.

“Senang saja datang ke Kebun Raya, banyak tanaman yang unik. Dan tempatnya juga unik menurut saya. Jadi bagus untuk foto-foto”

Aksesibilitas Kebun Raya Bogor terletak ditengah-tengah kota Bogor, sehingga pengunjung yang menjadi responden menyatakan mudah untuk menuju lokasi.

Situasi Menurut responden situasi di Kebun Raya Bogor tidak bising, bahkan membuat nyaman. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya pepohoan yang menbuat teduh dan juga udara yang segar.

Fasilitas Mayoritas responden menyatakan fasilitas rekseasi seperti toilet kurang memuaskan, karena letaknya terlalu bejauhan dan juga masih kurang bersih.

Pengunjung Kebun Raya Bogor memiliki motivasi-motivasi untuk berkunjung lainnya selain yang diajukan dalam kuesioner. Salah satunya adalah untuk melakukan studi tur karena Kebun Raya Bogor juga memiliki wisata flora untuk pelajar. Dengan wisata flora tersebut, akan menambah pengetahuan para pelajar yang berkunjung mengenai berbagai jenis tumbuhan dan juga dapat bertambah pengetahuannya mengenai sejarah Kebun Raya Bogor. Adapun pengunjung usia tua yang datang berkunjung untuk berolahraga karena tempat yang segar dan untuk menghilangkan kejenuhan. Pengunjung yang datang pun


(49)

tidak hanya sekedar rekreasi saja, ada juga yang datang karena untuk keperluan pekerjaan yaitu seperti mengambil gambar untuk membuat video.

5.5 Pengalaman

Pengalaman merupakan kegiatan pernah mengunjungi Kebun Raya Bogor. Sebagian besar dari pengunjung pernah berkunjung 2 kali yaitu sebesar 20 persen, Penelitian ini pun melihat pengalaman berkunjung dalam satu tahun. Dan data yang didapat adalah sebanyak 72 persen berkunjung hanya satu kali dalam satu tahun, 25 persen berkunjung dua kali dalam satu tahun, 2 persen berkunjung empat kali dalam satu tahun, dan 1 persen berkunjung 3 kali dalam setahun. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas pengunjung hanya satu kali melakukan kunjungan ke Kebun Raya Bogor dalam satu tahun.


(50)

BAB 6

PERILAKU PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR Menurut Sumarwan (2002) perilaku konsumen pada hakikatnya untuk memahami “why do consumers do what they do”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi. Hal ini juga berlaku pada pengunjung Kebun Raya Bogor. Perilaku pengunjung Kebun Raya Bogor meliputi adanya proses yang mendorong atau memiliki motivasi masing-masing untuk para pengunjung datang berkunjung ke Kebun Raya Bogor. Pengunjung berhak untuk memperoleh informasi yang benar mengenai Kebun Raya Bogor sebelum pengunjung memutuskan untuk berkunjung. Informasi yang diperoleh pengunjung dari komunikasi pemasaran memberikan pengetahuan untuk proses perilaku. Pengunjung termotivasi untuk memperhatikan pesan pemasaran, yang kemudian informasi tersebut digunakan untuk membentuk sikap dan mengambil keputusan untuk berkunjung.

Pengunjung Kebun Raya Bogor selalu banyak setiap harinya, apalagi jika akhir pekan pengunjung semakin banyak. Pada hari libur nasional pun pengunjung yang datang biasanya sangat banyak (melebihi dari hari kerja). Hal itu dikarenakan pengunjung ingin rekreasi sekaligus mengisi hari libur. Berdasarkan data yang didapat dari penyebaran kuesioner, para pengunjung banyak yang datang pada saat libur akhir pekan. Pengunjung biasanya datang bersama keluarga maupun teman-teman. Pengunjung yang datang ke Kebun Raya Bogor kebanyakan hanya untuk rekreasi dan berkumpul. Namun, adapula yang datang untuk studi tur, ada rombongan dari satu sekolah yang datang untuk belajar tentang lingkungan dan tumbuh-tumbuhan yang ada di Kebun Raya Bogor.

Pengunjung yang datang pun memiliki pengetahuan masing-masing tentang Kebun Raya Bogor. Kebun Raya Bogor dapat dikatakan tempat konservasi dan juga tempat wisata. Sebagian besar pengetahuan pengunjung tentang Kebun Raya Bogor adalah Kebun Raya Bogor merupakan tempat konservasi tumbuhan yang sekaligus tempat wisata sebanyak 68 persen. Sebagian


(51)

besar perilaku pengunjung Kebun Raya Bogor adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari sikap yang ditunjukkan oleh dan juga tindakan para pengunjung yang menyatakan bersedia untuk berkunjung kembali, serta para pengunjung pun dapat bertambah pengetahuannya setelah berkunjung ke Kebun Raya Bogor. Berdasarkan dari data yang didapat, sikap pengunjung dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase Sikap Pengunjung terhadap Kebun Raya Bogor

Sikap Pengunjung Persentase (%)

Tidak suka 0

Biasa saja 42

Suka 58

Keterangan: n = 100

Berdasarkan Tabel 5, mayoritas pengunjung memiliki sikap yang positif atau suka dengan Kebun Raya Bogor yaitu sebesar 58 persen. Hal ini dapat disebabkan oleh keindahan tempat yang membuat pengunjung merasa senang dan nyaman, lokasi yang mudah dicapai, dan harga tiket yang terjangkau sehingga pengunjung menjadi suka. Sikap positif (adanya rasa suka) yang ditunjukkan oleh pengunjung akan menyebabkan tindakan pengunjung selanjutnya adalah bersedia berkunjung kembali ke Kebun Raya Bogor. Berikut adalah Tabel 6 yang menyajikan tindakan pengunjung Kebun Raya Bogor.

Tabel 6. Persentase Tindakan Pengunjung yang Bersedia Berkunjung Kembali

Tindakan Pengunjung Persentase (%)

Tidak bersedia berkunjung 12

Bersedia berkunjung 88

Keterangan: n = 100

Berdasarkan Tabel 6, mayoritas pengunjung menyatakan kesediaanya untuk berkunjung kembali ke Kebun Raya Bogor yaitu sebesar 88%. Hal ini disebabkan oleh karena sudah adanya sikap positif yang ditunjukkan oleh pengunjung kepada Kebun Raya Bogor, serta sebagian besar pengunjung merasa bertambah pengetahuannya pada saat berkunjung ke Kebun Raya Bogor yaitu sebesar 74 persen, sehingga pengunjung pun bersedia untuk berkunjung kembali di lain waktu.


(1)

(2)

Lampiran 1.Peta Kebun Raya Bogor, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat

Sumber: Google

http://www.google.co.id/imglanding?q=peta+kebun+raya+bogor&um=1&hl=id &sa=X&tbs=isch:1&tbnid=Z1I84yeJuDvFAM:&imgrefurl=http://bogoraincity.w ordpress.com/2010/02/19/sejarah-kebun-raya-bogor/&imgurl


(3)

(4)

(5)

(6)