Ikhtisar Hubungan Ideologi Gender Terhadap Pengupahan Pekerja Perempuan

Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jaminan Kerja di Desa Jabon Mekar Bogor, Tahun 2011 Jaminan Kerja Jumlah orang Persentase Rendah skor 5-7 50 100 Tinggi skor 8-10 Total 50 100 Dapat dilihat pada Tabel 15 bahwa tidak ada 0 persen responden yang mendapatkan jaminan kerja yang tinggi atau baik. Semua responden 50 persen mendapatkan jaminan kerja yang rendah atau kurang baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data pada Tabel 16, dari lima jaminan yang ada, pekerja perempuan pada POS hanya mendapatkan dua jaminan kerja saja, dimana seharusnya semua jaminan kerja yang ada tersebut diberikan kepada para pekerja perempuan sebagai wujud pertanggung jawaban majikan kepada para pekerjanya. Diberikan atau tidak diberikannya kedua jaminan kerja itu pun tidak akan merugikan perusahaan karena tidak ada kaitannya dengan pemberian upah pekerja. Hal ini didukung dengan pernyataan R 38 tahun selaku pekerja perempuan dalam POS: “…jaminan kerja yang dikasih cuma libur sakit sama buat solat doang. Itu sih terserah kita aja soalnya gajinya diitung per potong baju…”

5.4 Ikhtisar

Sebagian besar perempuan menikah dan mempunyai anak yang bekerja dengan POS di Desa Jabon Mekar masih kuat menganut ideologi gender, akan tetapi ideologi gender yang kuat tersebut diabaikan dan mereka pun bekerja mencari nafkah karena adanya desakan ekonomi dari keluarganya. Perempuan bekerja dengan POS karena tidak mempunyai pilihan kerja lain yang mempunyai hubungan dengan ideologi gender tersebut. Mereka bekerja dengan tujuan untuk membantu suami mendapatkan tambahan pendapatan agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, akan tetapi mereka tidak boleh bekerja yang jauh dari rumah serta mereka juga harus mengurus rumah tangganya, sehingga pekerja perempuan tersebut mendapatkan kondisi kerja yang rendah karena rendahnya upah, jaminan keluarga, dan jaminan kerja yang mereka peroleh dari hasil bekerja dengan POS dan mengalami marginalisation as concentration on the margins of the labour market . BAB VI HUBUNGAN IDEOLOGI GENDER TERHADAP KONDISI KERJA PEKERJA PEREMPUAN DENGAN PUTTING OUT SYSTEM Kesempatan kerja bagi perempuan sekarang memang semakin terbuka lebar karena pesatnya industri, namun demikian, ini tidak membuat ideologi gender sepenuhnya lepas dari kehidupan masyarakat, terutama di pedesaan. Hal ini nampak pada para pekerja perempuan, walaupun mereka sudah bekerja mencari nafkah tetapi mereka masih tetap berpikiran bahwa sebaiknya perempuan tidak harus mencari nafkah kalau tidak terdesak, laki-lakilah yang seharusnya mencari nafkah. Demikian pula dari pihak perusahaan, dimana masih banyak yang juga menganut ideologi tidak sadar gender, terbukti dengan bagaimana mereka memperlakukan pekerja mereka dalam bekerja. Hal ini nampak dalam apa yang disebut dengan putting out system. Ideologi gender yang dianut kuat baik oleh pekerja sendiri maupun perusahaan yang berhubungan dengan kondisi kerja perempuan. Hal tersebut selanjutnya akan dibahas pada subbab-subbab di bawah ini.

6.1 Hubungan Ideologi Gender Terhadap Pengupahan Pekerja Perempuan

Hubungan ideologi gender terhadap pengupahan pekerja perempuan dianalisis dengan menggunakan tabulasi silang saja karena terdapat data yang variabelnya hanya berada pada satu kategori saja, yaitu rendah, sehingga tidak bisa diuji dengan uji Rank Spearman. Tabel 16 menunjukkan tabulasi silang mengenai hubungan ideologi gender terhadap pengupahan responden. Tabel 16. Jumlah dan Persentase Berdasarkan Hubungan Ideologi Gender dengan Pengupahan Responden di Desa Jabon Mekar, Tahun 2011 Upah Ideologi Gender Tidak sadar gender skor 9-13 Sadar gender skor 14-18 Jumlah Persentase Jumlah Persentase Rendah skor 1 32 100 18 100 Tinggi skor 2 0 0 0 0 Total 32 100 18 100 Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 16 menunjukkan bahwa tidak terlihat hubungan antara ideologi gender dengan upah. Pada kenyataannya terdapat kecenderungan bahwa ideologi gender mempunyai hubungan dengan upah. Hal ini dapat dilihat bahwa terdapat 18 responden mendapatkan upah rendah dari hasil bekerja dengan POS yang memiliki ideologi sadar gender dan ada 32 responden mendapatkan upah yang rendah yang memiliki ideologi tidak sadar gender. Semakin dianutnya ideologi tidak sadar gender, maka kondisi kerja semakin rendah. Banyak dianutnya ideologi tidak sadar gender oleh pekerja perempuan terlihat dari pemilihan tempat mereka bekerja, karena adanya pandangan bahwa perempuan tidak boleh bekerja jauh dari rumah dan harus mengurus rumah tangga. Ideologi gender tersebut mereka abaikan karena adanya desakan ekonomi yang mengharuskan mereka untuk bekerja maka perempuan tersebut pun bekerja dengan POS dimana pekerjaan yang mereka kerjakan merupakan pekerjaan yang dianggap ringan dan boleh dikerjakan di rumahnya sehingga selain mereka bekerja pada sektor publik, mereka juga masih bisa mengerjakan pekerjaan domestik, akan tetapi, pekerjaan dengan POS tersebut memberikan upah yang rendah kepada pekerja perempuan tersebut. Hal ini didukung dengan pernyataan S 21 tahun selaku pekerja perempuan dalam POS: ”...suami saya ga ngebolehin saya kerja jauh-jauh dan lagi saya harus ngurus anak jadi saya kerja ngejait mute itu. Ya walaupun gajinya kecil tapi mau gimana lagi...”

6.2 Hubungan Ideologi Gender dengan Jaminan Keluarga Pekerja