4.2.2.2 Batas Administrasi
Untuk menentukan batas kawasan yang akan direncanakan, ditentukan berdasarkan luas lahan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh
sebagai kawasan sejarah dengan luasnya 73,5 Ha Dinas Pekerjaan Umum Bidang Tata Kota Banda Aceh, 2009. Untuk kawasan pariwisata, perencanaan ini
mencakup areal yang terdapat objek-objek peninggalan sejarah. Areal tersebut mencakup tiga kampung yang berada di Kecamatan Baiturrahman, yaitu
Kampung Baru, Peuniti dan Sukaramai. Secara administrasi, batas-batas kawasan Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman ini, yaitu:
sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kuta Alam dan Kuta Raja, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Banda Raya, sebelah timur berbatasan
dengan Kecamatan Lueng Bata, serta sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Meuraxa dan Jaya Baru.
4.2.2.3 Aksesibilitas dan Sirkulasi
Transportasi di Kota Banda Aceh memiliki jaringan pelayanan dalam dan luar kota. Jaringan pelayanan aksesibilitas dalam kota pada kawasan ini berupa
kendaraan umum, yaitu becak, angkutan umum yang dikenal dengan nama labi- labi, bus pariwisata, bus damri, taksi dan mini bus. Becak merupakan kendaraan
umum tradisional yang hanya ada di Kota Banda Aceh, sehingga kendaraan umum ini memiliki potensi yang cukup besar pada perencanaan kawasan wisata
sejarah Pusat Kota Banda Aceh ini. Akan tetapi, saat ini banyak pengunjung yang mendatangi kawasan ini dengan kendaraan pribadi. Jaringan luar kota dilayani
oleh angkutan lintas provinsi, seperti bus antar kota, kapal laut dan pesawat. Kawasan peninggalan sejarah ini memiliki aksesibilitas yang cukup baik
dan mudah dicapai dengan sistem jaringan sirkulasi yang baik. Hal ini dikarenakan kawasan ini berada di pusat kota. Perkembangan sirkulasi pada
sistem jaringan jalan di kawasan ini lebih banyak dipengaruhi oleh kerangka utama kota tersebut, sehingga pola jalan membentuk pola radial konsentris yang
mengikuti sistem jaringan jalan utama. Ada empat akses jalan yang sering digunakan masyarakat dan pengunjung menuju kawasan ini, yaitu Jalan Teuku
Umar, Jalan Teuku Chik Ditiro, Jalan Sultan Iskandar Muda dan Jalan
Diponegoro Gambar 11. Kondisi jalan dari keempat akses yang dapat dilalui ini secara umum sudah baik. Selain itu, pada kawasan ini juga terdapat sarana untuk
pejalan kaki pada jalan arteri, yaitu jalur pedestrian Dinas Pekerjaan Umum Bidang Tata Kota Banda Aceh, 2009.
Gambar 11 Peta aksesibilitas menuju kawasan Pusat Kota Banda Aceh Sumber: RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029
Pengunjung dapat sampai ke kawasan ini dari beberapa arah jalur dengan menggunakan transportasi kendaraan pribadi maupun kendaraan umum, yaitu
Bandara Sultan Iskandar Muda, Pelabuhan Ulee Lheue, Pantai Lhoknga dan Lampuuk, serta Universitas Syiah Kuala Unsyiah. Jarak antara Bandara Sultan
Iskandar Muda ke Pusat Kota Banda Aceh dapat ditempuh dalam waktu sekitar 50 menit. Sedangkan dari Pelabuhan Ulee Lheue ke kawasan ini membutuhkan
waktu sekitar 15 menit. Jarak dari Pantai Lhoknga dan Lampuuk menuju kawasan
ini membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Jarak dari Universitas Syiah Kuala ke kawasan ini membutuhkan waktu sekitar 15 menit Gambar 12.
Gambar 12 Diagram aksesibilitas dan waktu tempuh menuju tapak
4.2.2.4 Kondisi Iklim