Konsep Aksesibilitas dan Sirkulasi Konsep Jalur Interpretasi

4.4.2.2 Konsep Aksesibilitas dan Sirkulasi

Konsep sirkulasi pada tapak berfungsi untuk menghubungkan antar ruang. Selain itu, konsep ini juga berfungsi untuk menghubungkan antar objek, atraksi dan fasilitas wisata sejarah yang ada pada tapak. Jalur perjalanan pada tapak ini merupakan jalur interpretasi sejarah berdasarkan periode waktu sejarah, yaitu masa Kerajaan Aceh, masa Kolonial Belanda dan masa Kemerdekaan RI. Akses masuk dan keluar pada tapak dapat melalui Jalan Teuku Umar dan Jalan Teuku Chik Ditiro yang sangat mudah dilalui dengan kondisi jalan lebar, memiliki dua jalur, memiliki pedestrian dan mendukung jalur interpretasi pada tapak. Hubungan sirkulasi pada setiap ruang dapat dilihat pada rencana blok Gambar 28. Gambar 28 Rencana blok Pada Gambar 28 menjelaskan tentang hubungan sirkulasi pada tapak. Sirkulasi pada tapak dibagi menjadi tiga jenis sirkulasi, yaitu sirkulasi primer, sirkulasi sekunder dan sirkulasi tersier. Sirkulasi primer merupakan sirkulasi utama menuju setiap ruang objek wisata, sehingga sirkulasi ini merupakan sirkulasi jalur interpretasi sejarah pada tapak. Sirkulasi sekunder merupakan sirkulasi yang menghubungkan ruang objek wisata dengan ruang pelayanan pada tapak. Sirkulasi tersier merupakan sirkulasi yang berada di dalam setiap ruang objek wisata yang berbentuk loop, agar dapat menghubungkan setiap objek, atraksi dan fasilitas wisata yang ada pada setiap ruang objek wisata.

4.4.2.3 Konsep Jalur Interpretasi

Konsep jalur interpretasi mengikuti letak setiap objek wisata sejarah utama dan objek wisata sejarah pendukung berdasarkan periode sejarah Kota Banda Aceh yang terdiri dari tiga periode, yaitu masa Kerajaan Aceh, masa Kolonial Belanda dan masa Kemerdekaan RI. Konsep ini juga memperhatikan media dan sarana interpretasi. Pada kawasan ini terdapat satu objek wisata sejarah utama yang masuk ke dalam tiga periode, yaitu Mesjid Raya Baiturrahman, karena mesjid ini mengalami perubahan dan perkembangan di setiap periode tersebut. Objek wisata sejarah utama lainnya mencakup Pintoe Khop, Gunongan dan Kandang Makam, Pendopo, Kompleks Makam Sultan Iskandar Muda, Musuem Aceh, Menara Modal, Monumen Pesawat RI 001 Seulawah, Tugu Peringatan Tsunami, Tugu Aceh Thanks The World, Pemakaman Belanda, serta Museum Tsunami Aceh. Posisi objek-objek wisata sejarah ini berada pada ruang objek wisata, yaitu ruang yang ditentukan berdasarkan tingkat kepentingan nilai sejarahnya. Selain itu, pada kawasan ini juga terdapat objek pendukung wisata yang mencakup Pasar Aceh, Taman Sari dan Taman Budaya yang menyediakan berbagai atraksi wisata yang menarik. Media atau sarana interpretasi pada kawasan ini didukung oleh karakteristik dari identitas kawasan atau suatu desain arsitektur yang memperhatikan kesatuan dari elemen pembentuk kawasan tersebut, seperti bentuk bangunan Mesjid Raya Baiturrahman, Pintoe Khop, Pintoe Aceh, dan bentuk lainnya. Contoh media interpretasi dapat berupa sculpture, signboard, signage, peta wisata dan leaflet. Untuk media interpretasi umumnya berada pada setiap ruang inti ruang objek wisata serta ruang penyangga dan transisi.

4.4.2.4 Konsep Aktivitas Wisata