43
dana yang dimiliki bank tidak mencukupi karena dana tersebut telah tersalurkan melalui kredit. Dampak negatif akan diterima bank karena
kepercayaan merupakan hal utama dalam bisnis bank. Secara matematis LDR dapat dirumuskan sebagai berikut
Dendawijaya, 2009:119. Total Kredit
LDR = x 100
Dana Pihak Ketiga Apabila LDR perbankan meningkat maka dapat dikatakan bahwa
perbankan tersebut menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi karena meningkatnya jumlah kredit yang disalurkan perbankan kepada
masyarakat. Peningkatan LDR disertai dengan meningkatnya kredit menyebabkan
likuiditas perbankan
menurun karena dana tersebut dipergunakan
untuk penyalurkan
kredit. Penurunan
likuiditas ini, menyebabkan perbankan berusaha untuk mendapatkan dana dari
masyarakat dengan meningkatkan suku bunga simpanan, dalam hal ini adalah suku bunga deposito. Artinya, apabila terjadi peningkatan pada LDR
perbankan maka suku bunga deposito perbankan cenderung meningkat. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan pada LDR perbankan maka suku
bunga deposito perbankan cenderung menurun Dwiastuti, 2006.
8. Non Performing Loan NPL
Menurut Riyadi 2006:160, Non Performing Loan NPL gross merupakan rasio yang menunjukkan jumlah pembiayaan yang tergolong
44
dalam kolektibilitas 3 sampai dengan 5. Jika NPL suatu bank selalu tinggi maka akan mempengaruhi permodalan bank tersebut karena dengan
NPL yang tinggi akan membuat bank mempunyai kewajiban untuk memenuhi PPAP yang terbentuk.
Menurut Arthesa 2006:181 kredit bermasalah secara umum adalah semua kredit yang mengandung resiko tinggi atau kredit bermasalah adalah
kredit-kredit yang mengandung kelemahan atau tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh bank
Menurut Indrawan 2013:37 Non Performing Loan NPL piutang yang tak tertagih atau mempunyai kriteria kurang lancar, diragukan karena
mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor tertentu. Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa NPL mencerminkan risiko
kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank. besarnya non performing loan yang diperbolehkan
oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5 Riyadi, 2006:161. Menurut Dahlan Siamat 2005:361 persyaratan yang ketat dalam
kebijakan kredit akan mengurangi kemungkinan terjadinya kredit bermasalah, namun tidak akan menghilangkan timbulnya masalahmasalah
seperti terjadinya default risk atau penunggakan pembayaran. Secara matematis NPL dapat dirumuskan sebagai berikut
Riyadi, 2006:161. Kredit Bermasalah
NPL = x 100
Total Pembiayaan
45
Dalam dunia perbankan perbankan internasional, kredit dikategorikan ke dalam kredit bermasalah apabila Sutojo, 2008:13:
1 Terjadinya keterlambatan pembayaran bunga dan atau kredit induk lebih dari 90 hari sejak tanggal jatuh temponya.
2 Tidak dilunasi sama sekali. 3 Diperlukan negosiasi kemali atas syarat pembayaran kembali kredit dan
bunga yang tercantum dalam perjanjian kredit.
9. Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional Ponco, 2008:22.
Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokoknya, terutama kredit, dimana sampai saat ini pendapatan bankbank di
Indonesia masih didominasi oleh pendapatan bunga kredit. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas
usahanya. Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang dari 1 sebaliknya bank yang kurang sehat rasio BOPO nya lebih dari 1Wibowo, 2013:4.
Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya Dendawijaya,
2009:120. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak