Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN
5
4,19 persen menjadi 1,30 persen, sedangan ROA mengalami peningkatan sebesar 3,06 persen. Pada tahun 2012-2013 CAR mengalami penurunan
sebesar 0,53 persen dari 1,30 menjadi 0,77 persen, sedangkan ROA mengalami peningkatan sebesar 0,17 persen. Pada tahun 2013-2014
mengalami peningkatan sebesar 4,26 dari 0,77 persen menjadi 5,03 persen, dan ROA mengalami peningkatan sebesar 0,63 persen. Fenomena ini
menunjukkan telah terjadi ketidakkonsistenan hubungan antara NPL dengan ROA. Di mana pada tahun 2011-2012 NPL mengalami peningkatan dan
ROA juga mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2012-2013 NPL mengalami penurunan dan ROA mengalami peningkatan. Apabila NPL
terus mengalami peningkatan maka akan mempengaruhi kinerja perusahaan terutama total laba yang didapat.
Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa BOPO dalam perkembangannya selama periode tahun 2010-2014 mengalami peningkatan. Pada tahun
2010-2011 BOPO mengalami peningkatan sebesar 12,74 persen dari 67,96 persen menjadi 80,7 persen, dan ROA mengalami peningkatan sebesar 1,99
persen. Pada tahun 2011-2012 BOPO mengalami penururan sebesar 22,43 persen dari 80,7 persen menjadi 58,27 persen, sedangan ROA mengalami
peningkatan sebesar 3,06 persen. Pada tahun 2012-2013 BOPO mengalami peningkatan sebesar 7,65 persen dari 58,27 menjadi 65,92 persen, dan ROA
mengalami peningkatan sebesar 0,17 persen. Pada tahun 2013-2014 mengalami peningkatan sebesar 2,28 dari 65,92 persen menjadi 68,20 persen,
dan ROA mengalami peningkatan sebesar 0,63 persen. Fenomena ini
6
menunjukkan telah terjadi ketidakkonsistenan hubungan antara BOPO dengan ROA. Di mana pada tahun 2010-2011 BOPO mengalami peningkatan dan
ROA juga mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2011-2012 BOPO mengalami penurunan dan ROA mengalami peningkatan. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa nilai bopo berbanding terbalik dengan ROA, hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin kecil nilai BOPO maka akan semakin besar
profitabilitasnya ROA demikian pula sebaliknya. Dengan berkembangnya rasio keuangan BPR Darmawan merefleksikan
pertumbuhan yang seimbang dari berbagai lini usaha. strategi pencapaian kinerja BPR Darmawan telah dijalankan. selain mencapai target-target
profitabilitas, direksi telah melakukan peningkatan kualitas pelayanan dan keunggulan operasional serta melakukan investasi dibidang pengembangan
sumber daya manusia. Tantangan yang dihadapi direksi adalah untuk terus meraih profitabilitas dan melakukan investasi peningkatan sistem dan budaya
organisasi, sehingga BPR Darmawan dapat mencapai kinerja yang meningkat ditengah persaingan yang sangat ketat Laporan Tahunan BPR Darmawan,
2014. Krisis perbankan sudah sekitar lima tahun melanda perbankan
Indonesia pada tahun 1997 dan 1998 merupakan tahun terberat dalam tiga puluh tahun terakhir pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Diawali
dengan krisis nilai tukar yang terjadi pertengahan tahun 1997. Sejak itu, kinerja perekonomian Indonesia menurun tajam dan berubah menjadi krisis yang
berkepanjangan di berbagai bidang, termasuk sektor perbankan dengan terus
7
menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan semakin meningkatnya penarikan dana masyarakat dari perbankan disamping
bertambahnya jumlah kredit bermasalah, semakin memperburuk kondisi perbankan. namun dalam kenyataannya masih banyak bank yang mampu
bertahan, bahkan dapat mencetak laba Khasanah,2013:3. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut BPR Darmawan untuk
meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik investor. Investor sebelum menginvestasikan
dananya memerlukan
informasi mengenai
kinerja perusahaan. penggunaan laporan keuangan BPR Darmawan bagi masyarakat
luas merupakan suatu jaminan terhadap uang disimpan di bank. Jaminan ini diperoleh dari laporan keuangan yang ada dengan melihat angka-angka yang
ada dilaporan keuangan pemilik dana dapat mengetahui kondisi bank yang bersangkutan sehingga masih tetap mempercayakan dananya disimpan di bank
yang bersangkutan atau tidak Kasmir,2008:256. Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai
dengan peraturan perbankan yang berlaku Putra, 2012:3. Dengan adanya peraturan bank tersebut, diharapakan perbankan mampu menjaga kinerjanya
dan tingkat kesehatannya. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga
dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat
8
digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter Rivai, 2007.
Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan
bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat
kesehatan bank. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu menginterpretasikan berbagai hubungan kunci serta kecendrungan yang dapat
memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa mendatang. Analisis laporan keuangan dapat membantu para pelaku
bisnis, baik pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan tidak terkecuali perusahaan
perbankan Ponco,2008:18. Untuk menilai kesehatan suatu bank dapat diukur dengan berbagai
metode. Salah satu alat untuk mengukur kesehatan bank adalah dengan analisa CAMEL Capital , Asset, Management, Earning, Liquidity. Aspek capital
meliputi CAR, aspek asset meliputi NPL, aspek management meliputi NPM, aspek eraning meliputi ROA dan BOPO, aspek likuiditas meliputi LDR.
Aspek-aspek tersebut kemudian dinilai dengan menggunakan rasio keuangan sehingga
dapat menilai
kondisi keuangan
perusahaan perbankan
Kasmir,2008:273.
9
Dalam menentukan tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya terhadap return on asset ROA dan tidak
memasukkan unsur unsur return on equity ROE. Hal ini dikarenakan Bank Inodonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan
nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar dari simpanan masyarakat Ruslim,2012:3.
Alasan dipilihnya ROA Return on Asset sebagai indikator pengukur tingkat profitabilitas bank karena ROA digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan sebaik-baiknya aktiva yang dimilikinya. Menurut Azwir
2006:6 ROA juga sudah memperhitungkan hutang perusahaan dan pembayaran dividen, selain itu untuk mendapatkan ROA, laba perusahaan
yang digunakan adalah laba bersih artinya ROA juga sudah memperhitungkan biaya bunga dan pajak perusahaan, disamping itu juga
didasarkan pada alasan bahwa bagi investor atau pemodal adalah seberapa besar laba bersih yang diperoleh perusahaan, sehingga investor dapat
mengharapkan berapa besar tingkat kembalian yang bakal diterima, sehingga ROA sangat bermanfaat bagi investor.
Besarnya jumlah modal bank yang harus dimiliki umumnya ditentukan oleh penguasa moneter. Bank sentral sebagai penguasa moneter menetapkan
jumlah minimum modal yang harus dipenuhi oleh setiap bank yang biasanya dihubungkan dengan total assetnya setelah memperhitungkan risiko yang
mungkin dihadapi masing-masing aset. Ketentuan minimum permodalan
10
tersebut biasanya digunakan suatu ukuran yang disebut capital adequacy ratio CAR atau rasio minimum perbandingan antara modal risiko dengan aktiva
yang mengandung risiko Kasmir,2012:146. Capital Adequacy Ratio CAR merupakan indikator permodalan
harus berada di atas ketentuan BI yaitu minimal 8 dari total asetnya. Capital Adequacy Ratio CAR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga Martono,
2010:84. Selain itu, semakin tinggi permodalan bank maka bank dapat melakukan ekspansi usahanya dengan lebih aman. Adanya ekspansi usaha
yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja keuangan bank tersebut. Selain masalah CAR yang dialami oleh perbankan di Indonesia,
masalah yang tidak kalah peliknya adalah tentang efisiensi yang berkaitan dengan kegiatan operasional perbankan. efisensi operasional merupakan
masalah yang kompleks dimana setiap perusahaan perbankan selalu berusaha untuk memberikan layanan yang terbaik kepada nasabah, namun pada saat
yang sama bank harus berupaya untuk beroperasi dengan efisien. Kompetisi di industri perbankan bagaimanapun juga dapat menurunkan tingkat profitabilitas
masing-masing bank, dan apabila tingkat profitabilitas ini rendah maka akan mengakibatkan kerugian dan penurunan kinerja perusahaan. Indikator efisiensi
operasional yang lazim digunakan adalah BOPO rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional. BOPO adalah rasio perbandingan antara
biaya operasional dengan pendapatan operasional. Semakin besar BOPO maka
11
akan semakin kecil atau menurun kinerja keuangan perbankan. begitu juga sebaliknya, jika BOPO semakin kecil, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja
keuangan suatu perusahaan perbankan semakin meningkat atau membaik Restiyana,2011:21.
Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank mengandung resiko yaitu berupa tidak lancarnya pembayaran kredit atau dengan kata lain disebut kredit
bermasalah Non Performing Loan yang dialami perbankan juga akan mengakibatkan tersendatnya penyaluran kredit. Banyaknya kredit bermasalah
menyebabkan terkikisnya permodalan bank yang dapat dilihat dari angka capital adequacy ratio CAR dan menurunnya tingkat keuntungan atau laba
yang diperoleh bank, yang dapat dilihat dari angkat return on asset ROA Khasanah, 2013:7.
Terdapat penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kinerja perbankan dengan menggunakan rasio keuangan untuk menilai
profitabilitas. Dewi 2015, menganalisis pengaruh NIM, BOPO, LDR, dan NPL terhadap Profitabilitas studi kasus pada bank umum swasta nasional yang
terdaftar pada bursa efek Indonesia periode 2009-2013. Metode analisis yang digunakan analisis regresi berganda. Dari hasil penelitiannya variabel NIM,
LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, sedangkan BOPO, NPL bepengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
Penelitian Paraditha 2014, Analisis Pengaruh Capital Adequancy Ratio CAR, Loan Deposit Ratio LDR, Dana Pihak Ketiga DPK dan Biaya
12
OperasionalPendapatan Operasional Terhadap Profitabilitas Perbankan Studi pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Model analisis
yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Dari hasil penelitiannya variabel CAR, LDR, DPK berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA sedangkan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
P enelitian yang dilakukan oleh Bilal 2013 tentang “Influnce of Bank
Specific and Macroeconomic Factors on Probability of Commercial Banks: A Case Study of Pakistan” hasil penelitian menunjukan bahwa Bank Size,
NIM, dan GDP berpengaruh terhadap ROA sedangkan CAR, NPL, dan Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas ROA.
Penelitian Manikam 2013 menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio CAR, Net Interest Margin NIM, Loan to Deposit Ratio LDR, Non
Performing Loan NPL dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Persero di Indonesia Periode 2005-2012. Hasil penelitian menunjukka NPL, NIM, BOPO
berpengaruh terhadap ROA, sedangkan CAR dan LDR tidak berpengaruh terhadap ROA.
Penelitian Qin 2012 tentang “Commercial Banks Profitability
Position: The Case of Tanzania ”, temuannya menunjukan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan terhadap profitabilitas diantara bank-bank komersial, dalam konteks model regresi panel telah mencatat bahwa likuiditas
dan kualitas aktiva memiliki dapak positif terhadap profitabilitas dengan pengecualian tingkat kredit bermasalah yang memiliki pengaruh negatif
13
pada profitabilitas, juga kecukupan modal CAR telah menunjukan dampak negatif terhadap profitabilitas.
Penelitian Suroso 2010, menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga DPK, BOPO, CAR, dan LDR terhadap Kinerja Keuangan pada
Sektor Perbankan yang Go Public di BEI. Model analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Dari hasil penelitiannya DPK,
CAR berpengaruh positif, LDR berpengaruh positif tetapi tidak signifikan dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kinerja Perbankan
ROA. Penelitian Yuliani 2007 tentang hubungan efisiensi operasional dengan
kinerja profitabilitas pada sector perbankan yang go public di BEJ. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur hubungan antara tingkat efisiensi
operasional terhadap kinerja profitabilitas perbankan di BEJ. Dalam penelitian ini menggunakan variabel MSDN, CAR, BOPO, LDR. Variabel BOPO
berpengaruh signifikan negatif, sedangkan CAR berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja profitabilitas perbankan. Variabel MSDN dan LDR tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja profitabilitas perbankan. Penelitian ini menggunakan metode regresi time-series cross-section.
Berdasarkan uraian di atas dan penjelasan data empiris, maka perbankan telah berupaya menjadi alat bantu negara dalam terciptanya kesejahteraan.
Hal ini dapat dilihat dari kemampuan bank dalam menjaga kecukupan modal yang ada. Besarnya modal suatu bank, akan mempengaruhi tingkat
14
kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Selain itu, dapat dilihat dari penyaluran kredit perbankan go public yang bersedia menyalurkan kredit dari
dana pihak ketiganya kepada pencari dana yang umumnya pelaku usaha. Dengan demikian, dengan adanya kredit maka sektor usaha dapat bergeliat
guna memajukan usahanya. Keseriusan bank dalam menjalankan kegiatannya tersebut berdampak pada peningkatan keuntungan yang diperoleh bank. Hal
ini terlihat semakin menggembirakan dengan efisiensi BOPO yang berhasil ditekan dan angka nya terus menurun dari tahun ke tahun. Sesuai data
tersebut, semakin angka efisiensi ditekan maka profitabilitas ROA meningkat. Namun bagi bank harus menjalankan kegiatannya sesuai dengan
peraturan dengan prinsip prudential yang mana harus menjaga dan mengelola dengan baik kredit yang telah disalurkan untuk meminimumkan kredit
bermasalah. Berdasarkan latar belakang, data empiris serta beberapa penelitian
terdahulu yang memilki keterkaitan serta menginspirasi dalam penlitian ini, maka peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai
profitabilitas perbankan dengan judul
“ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO CAR , LOAN TO DEPOSIT RATIO LDR, NON
PERFORMING LOAN
NPL DAN
BIAYA OPERASIONAL
PENDAPATAN OPERASIONAL BOPO TERHADAP RETURN ON
ASSET ROA PADA BANK BANK PERKREDITAN RAKYAT DARMAWAN ADHIGUNA LESTARI
”. Untuk lebih memfokuskan arah penelitian ini maka variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian terdiri
15
dari variabel independen capital adequacy ratio CAR, loan to deposit ratio LDR, non performing loan NPL dan biaya operasional pendapatan
operasional BOPO dan variabel dependen return on asset ROA.