Uji Normalitas Pengujian Asumsi Klasik

84

b. Uji Multikolilinieritas

Salah satu asumsi model regresi linier berganda adalah tidak terjadi korelasi yang signifikan antara variabel bebasnya. Peneltian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus terbebasdari gejala multikoliniearitas. Gejala ini ditunjukkan dengan korelasi antar variabel independen.Pengujian dalam uji multikoliniearitas dengan melihat nilai variance inflation factor VIF harus berada dibawah 10 dan nilai tolerance harus diatas 0,10. Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut: Tabel 4.7 Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF Variance Inflation Factor Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant CAR ,489 2,043 LDR ,788 1,268 NPL ,660 1,515 BOPO ,515 1,943 a. Dependent Variable: ROA Sumber : Hasil Output SPSS Dari tabel 4.7 di atas menunjukkan suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas adalah jika data mempunyai nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Dari tabel perhitungan di atas diperoleh hasil bahwa semua variabel bebas memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari angka 10. Hasil regresi pada tabel tersebut sesuai 85 dengan pendapat Ghozali,2011:105. Dengan demikian dalam model ini tidak terdapat multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Untuk mengetahui apakah suatu data bersifat heteroskedastisitas atau tidak, maka perlu pengujian. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan metode analisis grafik Scatterplot dan metode Glejser. Berikut adalah hasil dari metode yang dilakukan: 1. Metode Analisis Grafik Scatterplot Berikut adalah tampilan scatterplot pada gambar 4.3 di bawah ini: Gambar 4.3 Sumber : Hasil Output SPSS 86 Berdasarkan tampilan Scatterplot pada gambar 4.3 di atas maka dapat disimpulkan bahwa plot menyebar secara acak diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual. Oleh karena itu pada model regresi yang dibentuk dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. 2. Metode Glejser Selain dengan menggunakan metode grafik, deteksi heteroskedastisitas juga dapat di deteksi dengan menggunakan metode Glejser. Uji glejser jika dilihat berdasarkan hasil SPSS, maka yang kita lihat adalah hasil sig dari output. Jika sig 5 maka H tidak dapat ditolak, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan kata lain jika sig 5 maka terjadi homokedastisitas. Berikut hasil dari uji Glejser : Tabel 4.8 Uji Heterokedastisitas dengan Metode Glejser Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta Constant 5,044 1,110 4,544 ,000 CAR -,066 ,037 -,289 -1,785 ,080 LDR -,005 ,010 -,059 -,460 ,647 NPL -,013 ,045 -,041 -,296 ,768 BOPO -,025 ,015 -,264 -1,671 ,100 a. Dependent Variable: ABSRESID Sumber : Hasil Output SPSS 87 Berdasarkan hasil tabel diatas dari kelima variabel independent CAR, LDR, NPL dan BOPO diperoleh hasil nilai Sig. 5. Karena nilai Sig. 5 maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas dan hasil uji dapat dilanjutkan.

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu time-series atau ruang cross section. Salah satu penyebab munculnya masalah otokorelasi adalah adanya kelambaman inertia artinya kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan interdependence pada data observasi periode sebelumnya dan periode sekarang. Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah otokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson DW. Berikut adalah hasil uji otokorelasi dengan metode Durbin Watson DW pada tabel 4.9 di bawah ini: Tabel 4.9 Uji Durbin Watson DW Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,821 a ,675 ,651 1.78149 1,255 a. Predictors: Constant, BOPO, LDR, NPL, CAR b. Dependent Variable: ROA Sumber : Hasil Output SPSS 88 Berdasarkan pada tabel 4.9 diatas nilai Durbin-Watson DW sebesar 1,255. Maka dapat disimpulkan pada model regresi ini tidak terdapat gejala otokorelasi karena nilai DW diantara -2 dan +2.

3. Pengujian Hipotesis

a. Uji Goodness Of Fit Uji F

Uji F ini bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Independen Priyatno, 2011 : 258 Nilai F-tabel didapat dari niali Degree of freedom df 1 = k – 1, degree of freedom df 2 = n – k. F- tabel = {α ; df 1 = k – 1, df 2 = n – k} = 5 ; df 1 = 5 – 1, df 2 = 60 – 5 = 0,050 ; df 1 = 4, df 2 = 55 = 2.54 Tabel 4.10 Uji F ANOVA a Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Regression 361,976 4 90,494 28,514 ,000 b Residual 174,554 55 3,174 Total 536,530 59 a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: Constant, BOPO, LDR, NPL, CAR Sumber : Hasil Output SPSS

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Peforming Loan (NPL), Operating Expenses/Operating Income (BOPO), Return On Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM) Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sebagai Va

5 73 122

Analisis Pengaruh Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011

3 85 86

Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi Terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin, Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Pada Bank Pembangunan Daerah

1 85 110

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Operational Efficiency Ratio, Financing To Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Bank Mega Syariah Indonesia

2 41 105

Pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan) ROA (Return On Asset) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Terhadap Kecukupan Modal Perbankan Pada Bank Yang Terdaftar Di BEI

5 73 103

Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia

0 62 107

Pengaruh Beban Operasional Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio, Net Interest Margin Dan Bank Size Terhadap Return On Asset Pada Bank Bumn Go Public Di Bursa Efek Indonesia

0 54 99

Analisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Loan Deposit Ratio (LDR) dan non performing loan (NPL) terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka tiga bulan: studi kasus pada Bank Persero di Indonesia Tahun 2004 - 2012

0 6 100

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Pengaruh Rentabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (Car) Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 - 2015

0 3 96