Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

orang lain melalui belajar. Ilmu yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia diantara nya adalah ilmu matematika. Matematika sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan tidak hanya sekedar berisikan rumus-rumus yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah soal dan juga tidak hanya ilmu yang berisikan simbol atau notasi yang terkadang sulit dimengerti oleh siswa. Jika matematika yang selama ini dipahami oleh siswa adalah hal yang demikian, maka tugas guru adalah memberikan pemahaman yang benar kepada siswa bahwa matematika merupakan salah satu dari cabang ilmu pengetahuan yang melatih orang-orang yang mempelajarinya berpikir secara sistematis, terstruktur, dan logis. Berpikir itu sendiri menurut Bochenski merupakan perkembangan ide dan konsep. 3 Berkembangnya ide dan konsep tak lepas dari pengaruh informasi yang didapatkan seseorang. Informasi yang didapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh seseorang untuk melakukan sesuatu hal. Misalkan seseorang hendak memutuskan untuk memilih sekolah mana yang akan dipilih berikutnya. Tindakan yang diambil yaitu memilih sekolah didasari oleh informasi yang diperoleh mengenai kelebihan atau kekurangan sekolah tersebut. Proses berpikir merupakan bagian yang tidak akan pernah terpisahkan di dalam proses belajar. Jika seseorang itu belajar, pasti akan terjadi proses berpikir di dalamnya. Begitu pula dengan pembelajaran matematika, proses berpikir menjadi bagian yang penting. Hal ini berkaitan erat bahwa matematika melatih seseorang itu berpikir dalam menyelesaikan suatu masalah, dimulai dari mengidentifikasi, mengumpulkan informasi yang dapat dijadikan bahan penyelesaian masalah serta membuat kesimpulan. Mengacu dari hal tersebut, lahirlah proses berpikir yang sangat identik dengan pembelajaran matematika yang dinamakan kemampuan berpikir matematis. Diantaranya yaitu kemampuan berpikir logis, Kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dan 3 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, Bandung: PT Refika Aditama, 2014, cet.2, h. 4. kemampuan berpikir reflektif. Keempat kemampuan tersebut biasa disebut dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi high order thinking skill. 4 Pada keempat kemampuan berpikir tingkat tinggi tersebut, terdapat kemampuan berpikir matematika yang belum dikembangkan oleh sebagian guru di Indonesia yaitu kemampuan berpikir reflektif matematis siswa. Hal ini mengakibatkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa masih tergolong rendah. Nindiasari dalam studi pendahuluannya terhadap sejumlah siswa SMA di Tangerang memperoleh beberapa temuan diantaranya: Dalam mengajarnya, guru lebih banyak memberikan rumus dan konsep matematika yang sudah jadi dan tidak mengajak siswa berpikir untuk menemukan rumus dan konsep matematika yang dipelajarinya; Hampir lebih dari 60 siswa belum mampu menyelesaikan tugas-tugas berpikir reflektif matematis, misalnya tugas menginterpretasi, mengaitkan, dan mengevaluasi. 5 Kemampuan berpikir reflektif yang rendah ini pula yang menjadi salah satu faktor rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah matematis. Hal ini ditandai hasil tes PISA pada tahun 2012, Indonesia berada diperingkat ke-64 dari 65 Negara yang berpartisipasi dalam tes dengan skor 375, jauh dibawah rata-rata yaitu 494. Ditunjukkan pula bahwa rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal level 5 dan 6 sangat rendah, yaitu hanya 0,3 sangat jauh dari rata-rata 12,6. 6 Berpikir reflektif matematis merupakan salah satu proses berpikir yang diperlukan di dalam proses pemecahan masalah matematis. 7 Proses belajar, meneliti, dan memecahkan masalah akan maksimal hasilnya apabila kemampuan 4 Maya Kusumaningrum, Abul Aziz Saefudin, ” Mengoptimalkan Kemampuan Berpikir Matematika Melalui Pemecahan Masalah Matematika ”, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 2012, h. 573. 5 Hepsi Nindiasari, dkk “Pendekatan Metakognitif Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis Siswa SMA”, Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No.1, Maret 2014. 6 PISA 2012 Result: What Student Know and Can Do PISA: OECD Publishing, 2014, h.19. 7 Hepsi Nindiasari, “Pengembangan Bahan Ajar dan Instrumen untuk Meningkatkan Berpikir Reflektif Matematis Berbasis Pendekatan Metakognitif pada Siswa Sekolah Menengah Atas SMA”, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Yogyakarta, 2011, h. 251. berpikir reflektif seseorang cukup baik. 8 Untuk itu penting bagi guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa, sehingga dengan kemampuan berpikir tersebut dapat membantu siswa dalam menyelesaikan suatu masalah matematis. Beberapa hal yang menyebabkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa tergolong rendah diantaranya pembelajaran yang dilakukan oleh sebagian guru di indonesia masih menggunakan teacher centered learning atau pembelajaran terpusat pada guru, dimana salah satu karakteristik pembelajaran berbasis teacher centered yakni receiving information menerima informasi. 9 Pada pembelajaran berbasis teacher centered siswa hanya menerima informasi yang diberikan oleh guru kurang adanya interaksi dan pengolahan atas informasi yang didapat. Hal ini berlawanan dengan pembelajaran berbasis student centered atau pembelajaran terpusat pada siswa, yang salah satu karakteristiknya yaitu interacting and processing information berinteraksi dan pengolahan informasi. 10 Oleh karena itu guru perlu menerapkan pembelajaran yang menjadikan siswa aktif dalam belajar, mengajak siswa untuk berpikir dan mengolah informasi yang didapatkan, sehingga kemampuan berpikir reflektif matematis siswa dapat meningkat. Seiring perkembangan zaman saat ini, para ahli telah banyak mengembangkan model pembelajaran yang dapat mengajak siswa berperan aktif dalam pembelajaran, salah satu nya yaitu model pembelajaran MASTER. Model pembelajaran ini merupakan tahapan pelaksanaan pembelajaran dari metode accelerated learning. Model pembelajaran ini memiliki enam tahap pembelajaran yang dapat diingat dengan mudah melalui singakatan MASTER yaitu: 1 Motivating Your Mind Memotivasi Pikiran, siswa harus dalam keadaan relaks, percaya diri, dan 8 Abdul Muin, dkk “Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Reflektif Matematik”, Makalah disampaikan pada KNM XVI UNPAD Jatinangor, 3-6 Juli 2012, h. 1354. 9 Harsono, “Kearifan dalam Transformasi Pembelajaran: Dari Teacher-Centered ke Student-Centered Learning ”, Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia, Vol. 1, 2006, h. 4. 10 Ibid. termotivasi dalam belajar. 2 Acquiring The Information memperoleh informasi, siswa dalam belajar memperoleh dan menyerap fakta-fakta dasar. 3 Searching Out the Meaning Menyelidiki Makna, siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menyelidiki makna yang terdapat pada fakta dan informasi yang baru saja diperoleh. 4 Triggering The Memory Memicu Memori, siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan seputar fakta dan informasi yang baru dipelajari untuk memicu memori serta pemahaman siswa akan fakta dan informasi yang baru ia dapatkan. 5 Exhibiting What You Know Memamerkan Apa Yang Anda Ketahui, siswa mempersentasikan fakta dan informasi yang baru saja dipelajari kepada siswa lainnya. 6 Reflecting How You’ve Learned Merefleksikan Bagaimana Anda Belajar, Siswa bersama guru merefleksikan pelajaran yang telah dipelajari dan bagaimana proses pembelajaran itu dilakukan. 11 Pada langkah-langkah model pembelajaran MASTER di atas, model pembelajaran ini memiliki langkah-langkah pembelajaran yang secara khusus membantu siswa dalam mengolah informasi yang didapatkan, dimulai dari siswa mendapatkan informasi pada tahap Acquiring The Information, berdiskusi untuk menyelidiki makna dari informasi yang diperoleh pada tahap Searching Out the Meaning. Informasi yang bermakna yakni ketika informasi yang baru didapat memiliki kaitan dengan informasi yang sudah ada sebelumnya, dalam hal ini informasi tersebut dapat dijadikan modal dalam menyelesaikan sebuah permasalahan matematis. Tahap Triggering The Memory dan Exhibiting What You Know adalah tahapan dimana siswa diuji tentang sejauh mana memahami informasi yang didapatkan, baik itu diuji dengan pertanyaan ataupun dengan mempresentasikan informasi tersebut kepada siswa yang lainnya. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik menerapkan model pembelajaran MASTER untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh 11 Colin Rose dan Malcom J. Nicholl, Accelerated Learning for the 21st Century, Terj. Dedy Ahimsa, Bandung Nuansa 2002, cet. 3. h. 93-97 Model Pembelajaran MASTER terhadap Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis Siswa ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas kita dapat mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1. Kemampuan berpikir reflektif matematis kurang dikembangkan 2. Pembelajaran masih terpusat kepada guru dan siswa kurang terlibat aktif 3. Rendah nya kemampuan berpikir reflektif matematis siswa

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah serta efektif dan efesien maka diperlukan nya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran MASTER. 2. Kemampuan yang akan diteliti adalah kemampuan berpikir reflektif matematis siswa dengan indikator sebagai berikut : a. Dapat menginterpretasi suatu kasus berdasarkan konsep matematika yang terlibat. b. Dapat mengevaluasi atau memeriksa kebenaran suatu argumen berdasarkan konsep atau sifat yang digunakan. c. Dapat mengidentifikasi konsep dan atau rumus matematika yang terlibat dalam soal matematika yang tidak sederhana. d. Dapat menarik analogi dari dua kasus serupa. 3. Materi yang disampaikan pada saat penelitian adalah Peluang.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian di atas kita dapat merumuskan masalah di atas sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran MASTER? 2. Bagaimana kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional? 3. Apakah kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran MASTER lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran secara konvensional?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Memperoleh informasi mengenai pengaruh model pembelajaran MASTER terhadap kemampuan berpikir reflektif matematis siswa. 2. Memperoleh informasi mengenai pengaruh model pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir reflektif matematis siswa. 3. Menganalisis perbedaan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran MASTER dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.