siswa dalam kelas eksperimen begitu antusias dalam mengikuti pembelajaran secara berkelompok walapun siswa mengalami sedikit kesulitan di awal
pembelajaran secara berkelompk dikarenakan siswa belum terbiasa melakukan pembelajaran matematika menggunakan LKS.
c. Tahap acquiring pada awal pengisian LKS bertujuan untuk melatih siswa membaca suatu kasus yang diberikan serta menemukan informasi yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan kasus tersebut.
Gambar 4.4 : Tahapan acquiring
d. Tahap searching merupakan tahapan pengisian pertanyaan yang telah disusun untuk melatih siswa menggali informasi yang telah didapatkan. Susunan
pertanyaan pada tahap ini juga bertujuan mengarahkan siswa menemukan konsep atau rumus matematika.
Gambar 4.5: Soal pada tahap Searching
e. Setelah siswa menggali informasi dan menemukan konsep atau rumus matematika, siswa memasuki tahap triggering yaitu tahapan siswa diberikan
latihan soal yang terdapat didalam LKS guna menguatkan pemahaman siswa akan konsep matematis yang baru saja siswa dapatkan.
Gambar 4.6: Soal pada tahap Triggering
f. Setelah itu, siswa memasuki tahapan Exhibithing yang dimana siswa mempresentasikan hasil pekerjaan mereka di depan kelas yang diwakili oleh
satu kelompok bergiliran disetiap pertemuannya. Pada tahap ini guru mengatur agar siswa yang lain dapat menyimak dengan baik.
Gambar 4.7 : Tahapan Exhibithing
g. Tahapan Reflecting menjadi tahapan terakhir pada kegiatan inti ini, siswa pada tahap ini secara berkelompok menyelesaikan soal modifikasi yang diambil
dari tahapan triggering guna mengetahui kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematis pada soal yang dimodifikasi.
Gambar 4.8: Soal pada tahap Reflecting
h. Setelah seluruh tahapan MASTER dijalankan, guru memberikan kuis kepada masing-masing siswa berupa soal yang memuat indikator berpikir reflektif.
Berikut gambar jawaban siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Gambar 4.9: Jawaban siswa kelas ekperimen
Gambar 4.10: Jawaban siswa kelas kontrol
Pada kedua gambar diatas, terlihat jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah sampai menemukan nilai peluang nya. Hal yang membedakan
adalah jawaban siswa kelas ekperimen dapat menyimpulkan apakah pernyataan pada soal benar atau salah dan menyertakan alasan atau konsep matematis yang
terlibat, sedangkan jawaban siswa kelas kontrol baru sampai tahap mencari nilai peluang nya tanpa disertai jawaban akan pernyataan pada soal berikut alasan nya.
Hal ini dikarenakan siswa kelas eksperimen didalam pembelajaran MASTER
dilatih pada tahap searching untuk menemukan konsep atau rumus matematika beserta dengan memberikan kesimpulannya.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa proses pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran MASTER terlihat cukup
antusias, karena siswa merasakan hal baru dalam belajar yaitu dengan menggunakan LKS dan belajar secara berkelompok. Respon antusias siswa
terhadap pembelajaran dengan model MASTER ini belum sejalan dengan keefektifan pembelajaran berkelompok. Hal tersebut disebabkan siswa belum
terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan dan kurang percaya diri dalam mengerjakan LKS..
Berbeda dengan kelompok eksperimen, pada kelompok kontrol sebagian besar siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
konvensional. Pada model pembelajaran konvensional guru menjelaskan materi secara langsung. Pembelajaran di kelas kontrol juga diberikan kuis seperti pada
pembelajaran di kelas eksperimen. Hal ini ditunjukkan agar perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen maupun kontrol tidak jauh berbeda.
Tes akhir kemampuan berpikir reflektif matematis siswa dilaukan pada akhir pembelajaran. Soal tes diberikan sebanyak 5 soal berupa tes essay. Pada penelitian
ini terdapat 4 indikator kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang diukur oleh peneliti, yaitu:
a. Menginterpretasi suatu kasus berdasarkan konsep matematika yang terlibat
Indikator menginterpretasi suatu kasus berdasarkan konsep matematika yang terlibat diukur melalui soal nomor 4. Pada uji taraf kesukaran, soal ini
termasuk kategori sukar. Hal ini ditandai baik siswa kelas eksperimen maupun kontrol tidak ada yang mendapatkan skor maksimal. Dibawah ini merupakan soal
yang memuat indikator menginterpretasi. Sebuah pabrik membuat 2500 roti setiap harinya dan menggunakan bahan
pengawet makanan untuk membuat roti tersebut tidak basi selama 3 hari.
Ternyata di hari kedua terdapat 125 roti sudah berjamur atau basi. Analisislah pernyataan berikut, kemudian berikan komentar anda dan tuliskan konsep
matematika dan atau rumus yang mendasarinya. a.
Sebagian besar roti tersebut terjaga dengan baik tidak basi selama 3 hari.
b. Kasus tersebut menunjukkan bahwa bahan pengawet makanan tersebut
kurang efektif dalam menjaga roti dari basi. Berikut contoh jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Gambar 4.11 : Jawaban Posttest siswa kelas eksperimen indikator
menginterpretasi
Gambar 4.12 : Jawaban Posttest siswa kelas kontrol indikator
menginterpretasi
Dilihat dari jawaban di atas, siswa pada kelas eksperimen dapat memberikan jawaban lebih terperinci dari jawaban kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan
jawaban siswa kelas eksperimen Baik siswa kelas eksperimen maupun kontrol belum dapat memberikan jawaban dengan mengaitkan konsep peluang yang
menjadi bahan pokok pembelajaran yang telah dipelajari. Siswa juga mengalami kesulitan dalam memberikan jawaban akan pernyataan yang terdapat pada soal
tersebut dikarenakan sebagaian besar siswa sulit memahami makna kata efektif yang terdapat pada soal tersebut. Hal ini ditunjukkan pada kelas eksperimen
mendapatkan skor 2 dari interval skor 1-4 dan hanya didapat oleh 6 siswa kelas eksperimen, skor 1 didapat 29 siswa dan hanya 2 siswa yang tidak menjawab soal
tersebut. Berbeda dengan kelas eksperimen, pada kelas kontrol terdapat 15 siswa atau setengah dari sampel kelas kontrol yang tidak dapat menjawab soal tersebut
dan hanya 15 siswa yang dapat menjawab soal dengan rincian 6 siswa mendapat skor 2 dan 9 siswa mendapat skor 1.
b. Mengevaluasi atau memeriksa kebenaran suatu argument berdasarkan konsep atau sifat yang digunakan.
Indikator mengevaluasi atau memeriksa kebenaran suatu argumen berdasarkan konsep atau sifat yang digunakan diukur melalui soal nomor 1 dan 3. Pada
indikator ini persentase kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol
dengan rata-rata skor masing-masing sebesar 83,63 dan 55,88 . Di bawah ini soal nomor 1 yang memuat indikator mengevaluasi.
Bambang akan mengikuti kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa selama 6 hari di wisma cipayung. Apabila ia menyediakan 6 stel baju untuk dipakai selama
6 hari dengan satu stel baju yang berbeda setiap harinya, maka akan terdapat 720 kemungkinan susuan baju yang akan dipakai bambang selama 6 hari.
Benarkah pertanyaan tersebut? Berikan penjelasan dengan disertai konsep matematis yang terlibat di dalamnya.
Berikut contoh jawaban pada kelas eksperimen dan kontrol.
Gambar 4.13 : Jawaban Posttest siswa kelas eksperimen indikator
mengevaluasi
Gambar 4.14 : Jawaban Posttest siswa kelas kontrol indikator mengevaluasi
Dilihat dari jawaban diatas, baik siswa kelas eksperimen maupun kontrol dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Hal yang membedakan adalah pada
jawaban kelas eksperimen siswa melengkapi dengan menyatakan konsep atau
rumus matematika apa yang digunakan secara tertulis. Pada soal tersebut sebagian besar siswa kelas eksperimen mendapatkan skor maksiml yaitu 4 sebanyak 20
siswa. Berbeda dengan kelas eksperimen, pada kelas kontrol kebanyakan siswa mendapatkan skor 3 sebanyak 10 siswa.
c. Mengidentifikasi konsep dan atau rumus matematika yang terlibat dalam soal matematika yang tidak sederhana
Indikator mengidentifikasi konsep dan atau rumus matematika yang terlibat dalam soal matematika yang tidak sederhana diukur oleh soal nomor 5. Pada uji
taraf kesukaran soal ini masuk kategori soal sukar, dan terbukti persentase rata- rata nilai yang memuat indikator ini adalah yang paling kecil dibandingkan
dengan indikator yang lainnya. Sebesar 3,5 untuk kelas eksperimen dan 2,5 untuk kelas kontrol. Dibawah ini soal nomor 5 yang memuat indikator
mengidentifikasi. Di dalam sebuah kotak terdapat 5 bola berwarna merah,
� bola berwarna biru, dan 2 bola berwarna kuning. Jika peluang terambilnya dua bola berwarma biru
adalah 115. Tentukan peluang kedua bola yang terambil berwarna merah jika kedua bola diambil secara acak berturut-turut dari kotak tersebut tanpa
pengembalian Berikan penjelasan disertai rumus yang digunakan Berikut contoh jawaban siswa kelas eksperimen dan kontrol.
Gambar 4.15 : Jawaban Posttest siswa kelas eksperimen indikator
mengidentifikasi
Gambar 4.16 : Jawaban Posttest siswa kelas kontrol indikator
mengidentifikasi
Dilihat dari jawaban di atas, baik siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol belum dapat menyelesaikan soal tersebut sampai selesai. Terlihat jawaban
kelas eksperimen lebih sistematis dibandingkan dengan jawaban kelas kontrol. Pada jawaban siswa kelas eksperimen, siswa sudah masuk kepada tahap
perhitungan kombinasi walaupun belum selesai. Selain itu jawaban siswa kelas eksperimen sudah dapat mengidentifkasi konsep atau rumus matematika apa yang
terlibat pada soal tersebut. Lain hal nya dengan kelas kontrol yang baru memasuki tahap penulisan rumus kombinasi saja dan belum menuliskan konsep atau rumus
matematika yang terlibat pada soal tersebut. Selain itu jawaban kelas kontrol terlihat hanya menggunakan konsep atau rumus yang menjadi pokok bahasan
penelitian ini. Berbeda dengan jawaban kelas eksperimen yang terlihat memiliki ide menggunakan konsep atau rumus matematika diluar pokok bahasan penelitian
ini untuk menyelesaikan soal tersebut. Sebagian besar siswa peserta tes baik kelas eksperimen maupun kontrol mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
tersebut, dikarenakan belum terbiasa nya siswa dalam mengerjakan soal matematika yang tidak sederhana. Hal ini ditunjukkan masing-masing pada kelas
eksperimen dan kontrol hanya 3 siswa yang dapat mengerjakan soal tersebut.
d. Menarik analogi dari dua kasus serupa
Indikator dapat menarik analogi dari dua kasus serupa diukur oleh soal nomor 2. Pada indikator ini menunjukkan bahwa persentase skor rata-rata kelas
ekperimen lebih tinggi dari persentase skor rata-rata kelas kontrol dengan rata-rata
skor masing-masing sebesar 65,50 dan 50,00 . Dibawah ini soal nomor 2 yang memuat indikator dapat menarik analogi dari dua kasus serupa.
Pada suatu rapat kelas akan disusun pengurus yang terdiri atas, ketua, sekretaris, dan bendahara. Jika terdapat 6 orang calon yang layak untuk dipilih, banyaknya
susunan pengurus yang mungkin dibentuk serupa dengan banyaknya cara menyusun:
a. Susunan duduk berbaris 5 pemimpin Negara yang berbeda.
b. Bendera yang terdiri dari lima warna.
c. Susunan juara I, II, dan III suatu perlombaan yang terdiri dari lima
peserta. Benarkah masing-masing pilihan jawaban di atas? Berikan penjelasan dan
sertakan konsep atau rumus matematika yang digunakan Berikut contoh jawaban siswa kelas eksperimen dan kontrol.
Gambar 4.17 : Jawaban Posttest siswa kelas eksperimen indikator menarik
analogi
Gambar 4.18 : Jawaban Posttest siswa kelas kontrol indikator menarik
analogi
Dilihat dari jawaban di atas, baik siswa kelas eksperimen dan kontrol dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Hal yang membedakan adalah siswa kelas
eksperimen dengan rinci menjelaskan analogi antara pertanyaan dengan beberapa kasus yang terdapat pada soal dan juga menuliskan konsep apa yang terlibat. Lain
hal nya dengan jawaban yang diberikan oleh siswa kelas kontrol tidak menuliskan konsep atau rumus matematika apa yang terlibat. Sebagian besar siswa pada kelas
eksperimen mendapatkan skor 4 sebanyak 14 siswa dari 37 siswa sedangkan siswa kelas kontrol sebagian besar mendapatkan skor 2 sebanyak 12 siswa dari 30
siswa. Berdasarkan uraian jawaban siswa yang telah dijelaskan di atas, penggunaan
model pembelajaran MASTER menunjukkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran
konvensional. Siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran MASTER secara umum dapat menjawab soal yang diberikan dengan benar melalui
perhitungan matematis secara rinci dan sistematis. Disertai alasan jawaban dengan mengaitkan konsep atau rumus matematika yang terlibat. Hal ini dikarenakan
tahapan pembelajaran MASTER merupakan tahapan pembelajaran dari metode accelerated learning yang dicetuskan oleh Dr. Lozanov memiliki tahapan
pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk mencari dan menggali informasi yang digunakan untuk menemukan konsep atau rumus matematika. Walaupun
disadari terdapat indikator yang memiliki nilai yang masih rendah seperti indikator mengidentifikasi konsep pada soal matematika yang tidak sederhana.
Adapun siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional secara umum dapat menjawab soal secara perhitungan dengan
benar, namun belum baik dalam memberikan alasan jawaban berdasarkan konsep matematis yang terlibat.
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal, namun demikian masih
terdapat hal yang tidak dapat terkontrol sehingga hasil dari penelitian ini pun mempunyai keterbatasan diantaranya:
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada pokok bahasan peluang saja, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain.
2. Alokasi waktu pembelajaran yang terpotong oleh waktu istirahat sekolah, sehingga peneliti perlu waktu dua kali untuk mengkondisikan siswa.
3. Kemampuan berhitung siswa dan kecermatan siswa dalam membaca soal masih rendah sehingga cukup menghambat jalannya proses pembelajaran.
4. Belum terbiasa nya siswa belajar secara berkelompok, sehingga membutuhkan adaptasi diawal penelitian.
5. Model pembelajaran MASTER belum dapat meningkatkan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa indikator mengidentifikasi secara maksimal.
59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir reflektif matematis siswa pada pembelajaran menggunakan model pembelajaran MASTER memberikan hasil bahwa
kemampuan berpikir reflektif matematis indikator mengevaluasi mencapai rata-rata dengan persentase tertinggi dibandingkan dengan indikator
kemampuan berpikir reflektif matematis lainnya, sedangkan indikator mengidentifikasi merupakan indikator yang memiliki rata-rata terendah
dibandingkan dengan indikator kemampuan berpikir reflektif matematis lainnya.
2. Kemampuan berpikir reflektif matematis siswa pada pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional memberikan hasil bahwa
kemampuan berpikir reflektif matematis indikator mengevaluasi mencapai rata-rata dengan persentase tertinggi dibandingkan dengan indikator
kemampuan berpikir reflektif matematis lainnya, sedangkan indikator mengidentifikasi merupakan indikator yang memiliki rata-rata terendah
dibandingkan dengan indikator kemampuan berpikir reflektif matematis lainnya.
3. Secara keseluruhan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran MASTER lebih tinggi dibandingkan
kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional.