5.7. Akses Migran di Permukiman Liar Terhadap Pelayanan Kesehatan Gratis atau Bersubsidi
Berdasarkan data yang diperoleh maka diketahui bahwa akses migran dipermukiman liar terhadap pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi masih
sangat kurang. Hal tersebut ditunjukkan dari kepemilikan responden terhadap kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Berdasarkan data yang diperoleh
dari 30 orang responden hanya terdapat empat orang atau sebesar 13,33 persen yang mendapatkan bantuan kesehatan dari pemerintah dalam bentuk kartu
pelayanan kesehatan yang dapat meringankan responden saat responden memerlukan bantuan kesehatan.
Keempat orang yang memiliki kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi tersebut memiliki kartu pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Dua
orang memiliki kartu Jamkesmas yang diperoleh dari kelurahan tempat mereka berasal. Satu orang memiliki SKTM yang diurus sendiri oleh responden dan satu
orang lainnya memiliki kartu Jamsostek dari tempat istrinya bekerja. Migran yang ada dipermukiman liar lebih memilih untuk mengkonsumsi
obat-obatan yang dijual bebas di warung-warung atau minum jamu tradisional saat mereka sakit. Responden merasa berat jika harus pergi ke dokter dan
mengeluarkan biaya besar. Pendapatan yang serba kurang menjadi pertimbangan utama responden untuk pergi ke dokter jika sakit. Kalaupun responden harus
memeriksakan kesehatannya, Puskesmas menjadi pilihan pertama mereka karena biayanya yang masih terjangkau.
5.8. Ikhtisar
Permukiman liar yang ada diwilayah RT 016 RW 05 Kelurahan Lenteng Agung Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan berada di antara bantaran rel kereta
api dan sungai Ciliwung. Permukiman liar tersebut terbagi atas dua kelompok. Kelompok yang pertama adalah permukiman liar yang berdiri diatas tanah milik
pribadi dan kelompok yang kedua adalah permukiman liar yang berdiri diatas tanah milik PJKAI serta Dinas Perairan DKI Jakarta.
Sebagian besar pendatang berasal dari beberapa wilayah di pulau jawa seperti Karawang, Pati, Tegal, Cikarang, Rangkas, Bogor, Banten, Ponorogo,
Aceh, Ngawi, Riau, Ciledug, Bekasi, Surabaya dan Madura. Pekerjaan yang dilakukan oleh responden semuanya bergerak disektor informal. Pekerjaan yang
banyak digeluti oleh migran di permukiman liar adalah sebagai pengumpul barang rongsokan.
Sebagian besar responden memiliki pendapatan per bulan antara Rp 1.000.000,00 sampai Rp 2.500.000,00 tetapi masih ada juga responden yang
berpenghasilan dibawah Rp 1.000.000,00. Hanya sedikit responden yang memiliki pendapatan diatas Rp 2.500.000,00. Pendapatan yang dimiliki oleh responden
sebagian besar dihabiskan untuk konsumsi makanan sehari-hari. Responden akan mengeluarkan uang untuk kesehatan hanya pada saat responden sakit. Responden
merasa tidak perlu mengeluarkan uang untuk investasi kesehatan. Responden merasa bahwa cukup dengan makan saja tubuh mereka sudah sehat sehingga
mereka tidak memerlukan suplemen atau vitamin untuk menjaga kondisi tubuh. Akses migran di permukiman liar terhadap pelayanan kesehatan gratis atau
bersubsidi masih sangat kurang. Hal tersebut ditunjukkan dari kepemilikan
responden terhadap kartu pelayanan kesehatan gratis atau bersubsidi. Berdasarkan data yang diperoleh dari 30 orang responden hanya terdapat empat orang atau
sebesar 13,33 persen yang mendapatkan bantuan kesehatan dari pemerintah dalam bentuk kartu pelayanan kesehatan yang dapat meringankan responden saat
responden memerlukan bantuan kesehatan.
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN