1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang luas akan wilayah perairan laut dan perairan darat dibandingkan dengan negara Asean lainnya. Adapun sumber daya
yang dihasilkan di wilayah perairan laut adalah ikan dan hasil perikanan lainnya. Oleh karena luasnya perairan laut yang menjadikan produksi akan hasil perikanan
tinggi, pemerintah mengintensifkan usaha penangkapan dan budidaya perikanan dalam upaya meningkatkan devisa negara yang lebih besar. Usaha ataupun
program yang dibuat pemerintah dalam rangka meningkatkan devisa negara tersebut tidak akan berguna apabila tidak diberikannya pengetahuan tentang
penanganan ikan setelah penangkapan dan pemanenan Junianto,2003. Ikan merupakan salah satu sumber penghasilan dari perikanan bagi
masyarakat terutama masyarakat yang tinggal di pinggir laut. Ikan juga salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat dan
harganya murah. Oleh karena itu selain dalam bentuk segar ikan juga dikonsumsi dalam bentuk diawetkan. Pengolahan ikan dengan berbagai cara dan rasa itu yang
membuat masyarakat lebih banyak mengkonsumsi ikan daripada daging. Salah satu bentuk pengolahan ikan yaitu penggaraman ikan yang merupakan
pengetahuan tradisional yang sudah turun temurun sudah ada di Indonesia Urip,2000.
Ikan merupakan produk yang memiliki karakteristik mudah rusak dan mudah membusuk sehingga perlu menambahakan garam sebagai upaya untuk
Universitas Sumatera Utara
menghambat atau
menghentikan aktivitas
mikroorganisme pembusuk
Rahardi,dkk,2001. Proses pembusukan ikan tidak bisa dihindari tetapi bisa untuk dihambat. Mikroba akan berkembang dengan cepat apabila kondisi lingkungan
mendukung untuk hidup dan tersedia bahan makanan yang dibutuhkan. Sehingga untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan menciptakan kondisi lingkungan
yang bisa mematikan mikroba salah satunya dengan penambahan garam Siregar,1995.
Penggaraman pada ikan bertujuan untuk menghambat, mencegah, dan menghentikan ikan dari proses pembusukan tidak mengurangi dan menghilangkan
kandungan logam berat yang terdapat pada ikan tersebut. Logam berat pada lingkungan mempunyai sifat tidak bisa dihancurkan non-degradable oleh
organisme hidup yang ada di lingkungan sehingga logam-logam tersebut terakumulasi ke lingkungan, terutama di dasar perairan dan membentuk senyawa
kompleks bersama bahan organik dan anorganik Palar,2008. Logam berat yang larut dalam air akan terserap oleh mikroorganisme yang kemudian akan dimakan
oleh ikan sehingga akhirnya akan terjadi bioakumulasi dan biomanifikasi pada ikan tersebut, yang pada akhirnya ikan tersebut meskipun dilakukan pengolahan
tidak akan menghilangkan kadar logam yang terkandung pada ikan tersebut akan dimakan oleh manusia Budiono,2002.
Kandungan logam berat dalam ikan erat kaitannya dengan pembuangan limbah industri di sekitar tempat hidup ikan tersebut, seperti sungai, danau, dan
laut Supriyanto,2007. Air sungai yang mengalir ke laut sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik yang diantaranya berbagai logam berat.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan logam-logam berat tersebut dalam berbagai keperluan sehari-hari telah secara langsung maupun tidak langsung, atau sengaja atau tidak sengaja,
telah mencemari lingkungan melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan lingkungan. Logam-logam yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan
terutama adalah merkuri Hg, timbal Pb, arsenik As, Kadmium Cd, khromium Cr dan nikel Ni. Logam-logam tersebut diketahui dapat mengumpul
di dalam suatu organisme, dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi Fardiaz ,1992.
Dalam penelitian Irvina tahun 2010 mengenai kandungan logam berat berdasarkan ukuran sampel pada ikan Gulama didapatkan bahwa rata-rata
kandungan logam berat Cd, Cu, Pb, dan Zn secara umum ikan yang berukuran kecil menunjukan kandungan logam berat yang lebih tinggi dibandingkan dengan
ikan yang berukuran besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Leung at alldalam Panjaitan,2006 yang menyatakan bahwa kecilnya kandungan logam berat yang
terakumulasi pada suatu organisme yang berukuran besar disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu perbedaan laju pertumbuhan, kecepatan merabolisme,
tingkat sensitivitas tubuh terhadap pemasukan logam berat tertentu dan kebutuhan fisiologis terhadap logam berat. Al Yousuf et all 2000 juga mengemukakan
bahwa kandungan logam akan sedikit berkurang dengan meningkatnya ukuran ikan.
Menurut Widowati,dkk 2008 tingkat toksisitas logam berat terhadap hewan air dan manusia mulai dari yang paling toksik adalah merkuriHg dan
kadmiumCd. Merkuri di air akan dikonversi menjadi metil merkuri yang
Universitas Sumatera Utara
terdapat pada ikan dan kerang-kerangan akan masuk ke dalam tubuh manusia. Dalam tubuh manusia, merkuri ini akan diretensi dalam jaringan otak dan
menimbulkan gangguan neurotoksik Winarno,1991. Sedangkan menurut Watts dalam Istrani 2014 kadmiumCd dapat terakumulasi dalam tubuh manusia serta
baru dapat keluar dalam tubuh , tetapi dengan waktu tunggu berkisar antara 20-30 tahun lamanya. Efek dalam tubuh beragam, mulai daari hipertansi sampai kanker.
Laut belawan merupakan salah satu muara buangan limbah industri logam yang berdomisili di sepanjang alur sungai Deli sebelah Utara Kotamadya Medan.
Hal ini disebabkan di daerah aliran sungai ini, mulai dari daerah kecamatan Medan Timur sampai kecamatan Medan Belawan terdapat beberapa industri yang
merupakan kontributor utama logam berat Azhar,2004. Logam berat yang terdapat pada laut belawan secara tidak langsung akan terakumulasi pada ikan dan
akan tentunya ikan tersebut akan dikonsumsi oleh manusia yang mana efeknya akan mengganggu kesehatan manusia. Kasus keracunan makanan akibat logam
berat pernah terjadi di Minamata Jepang tahun 1953-1960. Merkuri adalah limbah
cair yang terbuang ke laut, dengan adanya Methanobacterium ommenlanski maka
senyawa merkuri anorganik diubah menjadi metil merkuri yang dikonsumsi oleh ikan dan kerang di daerah tersebut dan selanjutnya ikan dan kerang tersebut
dikonsumsi masyarakat minamata Polson,1997. Berdasarkan hasil penelitian Muchlisyam 1998 dalam Nauli tentang analisis
pencemaran logam berat pada ikan asin kepala batupseudoceina amoyensis dari hasil nelayan tradisional di daerah laut belawan, menunjukan bahwa ikan asin
kepala batu telah tercemar logam Cu sebesar 3,470-6,305 ppm, logam Cd 0,685-
Universitas Sumatera Utara
0,910 ppm, logam Pb 8,910-16,710 ppm sedangkan logam Hg tidak terdeteksi.dari keempat logam yang diperiksa ternyata logam Cd dan Pb melebihi
persyaratan kadar yang diperbolehkan Departemen Kesehatan RI. Sedangkan pada tahun 2000, Pusat Penelitian Lingkungan Lembaga Penelitian USU Medan
melakukan penelitian tentang kandungan logam Pb pada bahan baku pembuatan
ikan asin kepala batu Pseudoceina amoyensis di pesisir Belawan kota Medan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ikan asin kepala batu segar tercemar dengan logam Cd berkisar antara 0,2772-0,2891 ppm dan logam Pb 2,43-2,49 ppm. Dari
hasil tersebut menunjukan bahwa ikan asin kepala batu segar melebihi batas yang diizinkan Dirjen POM RI yaitu sebesar 0,2 ppm dan sebesar 2 ppm Urip,2000.
Upaya penurunan kadar logam berat dapat dilakukakan dengan perendaman larutan asam. Hal ini disebabkan karena larutan asam dapat merusak ikatan
kompleks logam protein. Berdasarkan penelitian Ella Salamah 1997 perendaman ikan bandeng dengan menggunakan larutan cuka, jeruk nipis, dan asam jawa dapat
menurunkan Timbal Pb, meningkatkan protein, dan meningkatkan kadar air. Kelurahan Bahari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Medan
Belawan. Kelurahan bahari memiliki beberapa lingkungan yang rata-rata penduduknya bekerja sebagai nelayan. Lingkungan atau kampung kurnia
merupakan lingkungan yang berada di kelurahan Bahari. Selain nelayan warga di lingkungan kurnia juga memproduksi ikan asin yang sudah dimulai sejak tahun
90-an. Warga tersebut memproduksi ikan yang berasal dari tempat pelelangan ikan yang disalurkan melalui agen-agen.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis belum menemukan adanya penelitian mengenai kandungan MerkuriHg dan KadmiumCd pada jenis-jenis
ikan asin yang di produksi di kelurahan Bahari yang sumber ikan sebelum diasinkan berasal dari perairan Belawan. Dalam hal ini penulis ingin melihat
kandungan Merkuri Hg dan KadmiumCd pada beberapa jenis ikan asin yang di produksi di kelurahan bahari kecamatan Medan Belawan.
1.2 Perumusan Masalah