2.1.3 Peninjauan tentang teori belajar
a Teori belajar koneksionisme
Teori belajar koneksinisme menurut Sanjaya 2006:115 mengemukakan hukum-hukum belajar sebagai berikut:
1 Hukum kesiapan Law of readiness
Hukum kesiapan merupakan hubungan stimulus dan respons akan mudah terbentuk manakala ada kesiapan dalam diri individu. Secara lengkap bunyi
hukum ini adalah : pertama, jika pada seseorang ada kesiapan untuk merespons atau bertindak, maka tindakan atau respons yang dilakukan akan
memberi kepuasaan dan mengakibatkan orang tersebut untuk melakukan tindakan-tindakan lain. Kedua, jika seseorang memiliki kesiapan untuk
merespons kemudian tidak dilakukanya maka akan mengakibatkan ketidakpuasan dan akibatnya orang tersebut akan melakukan tindakan lain.
Ketiga, jika seseorang tidak memiliki kesiapan untuk merespons maka respons yang diberikan akan mengakibatkan ketidakpuasan, implikasi
praktis dari hukum ini adalah keberhasilan belajar seseorang sangat tergantung dari ada atau tidaknya kesiapan.
2 Hukum latihan Law of exercise
Hubungan atau koneksi antara kondisi dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan dan koneksi-koneksi itu akan menjadi lemah karena
latihan tidak dilanjutkan atau dihentikan. Hukum ini menunjukan bahwa hubungan stimulus dan respons akan semakin kuat manakala terus menerus
dilatih atau diulang begitu sebaliknya. Implikasi dari hukum ini adalah makin sering diulang maka akan semakin dikuasailah keterampilan atau
pelajaran itu.
3 Hukum akibat Law of effect
Hukum ini menunjukkan kepada kuat atau lemahnya hubungan stimulus dan response tergantung pada akibat yang ditimbulkannya. Apabila respons
yang diberikan seseorang mendatangkan kesenangan maka respons tersebut akan dipertahankan atau diulang sebaliknya begitu sebaliknya.
b Teori belajar Psikomotor menurut R. Gagne
Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori yang disebut dengan
“The Domains of learning” yaitu sebagai berikut :
1. Keterampilan motoris motor skill
Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya melempar bola, main tenis, mengetik, dan sebagainya.
2. Informasi verbal
Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu perlu
intelegensi.
3. Keterampilan intelektual
Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol-
simbol. Keterampilan belajar cara inilah yag disebut “Keterampilan intelektual” misalnya membedakan huruf m dan n, menyebutkan tanaman
yang sejenis. 4.
Strategi kognitif Ini merupakan organisasi keterampilan internal yang perlu untuk belajar
mengingat dan berfikir. Keterampilan ini berbeda dengan keterampilan intelektual karena ditujukan ke dunia luar dan tidak dapat dipelajari hanya
dengan berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan-perbaikan secara terus menerus.
5. Sikap
Keterampilan ini tidak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain
yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar tanpa keterampilan belajar tak akan berhasil dengan baik.
c Teori belajar kognitif
Menurut Sugandi 2007:35 mengemukakan prinsip utama pembelajaran kognitif adalah sebagai berikut :
1. Belajar aktif
Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan, terbentuk dari dalam subjek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak,
kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya melakukan percobaan, manipulasi simbol-simbol,
mengajukan pertanyaan dan mencari jawab sendiri, membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.
2. Belajar lewat interaksi sosial
Belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi diantara sesama, anak-anak maupun orang dewasa akan membantu
perkembangan kognitif mereka. Tanpa interaksi sosial perkembangan kognitif anak akan tetap bersifat “egosentris” begitu sebaliknya.
3. Belajar lewat pengalaman sendiri
Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada pengalaman nyata dari pada bahasa yang digunakan berkomunikasi. Bahasa
memang memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif namun apabila menggunakan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tanpa
pernah karena pengalaman sendiri maka perkembangan kognitif anak akan cenderung mengarah ke verbalisme.
2.1.4 Pengertian hasil belajar