Penerapan metode ceramah plus demonstrasi dan latihan untuk meningkatkan kompetensi psikomotorik siswa pada mata pelajaran PKn di MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor: Penelitian Tindakan Kelas

(1)

LEUWISADENG BOGOR

( Penelitian Tindakan Kelas )

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

oleh :

IKHWANUDDIN

NIM : 809018300037

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

PKn di MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor. Skripsi. Jakarta: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang metode ceramah plus demonstrasi dan latihan dalam meningkatkan kompetensi psikomotorik siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VI MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah metode tindakan kelas atau action research.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengamatan atau observasi, catatan lapangan, wawancara dan pelaksanaan tes di setiap akhir pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yang terdiri dari dua pertemuan. Satu siklus itu terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian dilakukan di MI MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor, pada siswa kelas VI yang berjumlah 20 siswa, di semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis, interviu (interview), yaitu mengadakan wawancara kepada beberapa siswa, tes yaitu mengadakan tes dan non tes kepada siswa. Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah siswa MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor yang berjumlah 183 orang, sedangkan yang dijadikan sampelnya siswa kelas VI yang berjumlah 20 siswa. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Untuk ketuntasan belajar, ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar, yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 85% atau nilai 75.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa menggunakan metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL) pada mata pelajaran PKn Kelas VI (enam) pada siklus II meningkat cukup signifikan dibandingkan pada siklus I, dimana siklus I mencapai 75% atau sekitar 15 orang dan yang belum tuntas belajar 25% atau sekitar 5 orang. Sedangkan pada siklus II mencapai 85% atau sekitar 17 orang dan yang belum tuntas belajar 15% atau sekitar 3 orang. Ini membuktikan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL) dapat meningkatkan kompetensi psikomotorik siswa, yakni meningkat 10%.

Kata kunci: Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan. Kompetensi Psikomotorik Siswa, Penelitian Tindakan Kelas.


(7)

ii

Lectures and Exercises To Improve Students Psychomotor Competency In Civics Lesson in MIS Mathla'ul Anwar Leuwisadeng Bogor. Thesis. Jakarta : Elementary School Teacher Education (primary education), Faculty of Tarbiyah and Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

This study aims to gain an overview of lecture plus demonstrations and exercises to improve psychomotor competencies of students in the subject of Civics Class VI MIS Mathla'ul Anwar Leuwisadeng Bogor. The method used is the method of a class action or action research.

Data was collected through observation or observation, field notes, interview and test execution at each end of the meeting. This study was conducted in two cycles, which consisted of two meetings. One cycle consists of four stages, namely: action planning (planning), action (acting), observation (observing), and reflection (reflecting). The study was conducted in MI MIS Mathla'ul Anwar Leuwisadeng Bogor, the sixth grade students totaling 20 students, in the second semester of academic year 2012/2013 .

The instruments used in this study are: observation , namely the systematic observation and recording, interview (interview), which is conducting interviews to some students, test of conducting tests and non- test to students. The population of this research is the student MIS Mathla'ul Anwar Leuwisadeng Bogor totaling 183 people, while sixth grade students made sample totaling 20 students. To analyze the success rate or the percentage of student success after the learning process of each rotation is done by giving an evaluation form about the written test at the end of each round. For mastery learning, there are two categories of mastery learning are individually and classically. Under the guidelines of teaching and learning, that students have completed a study when it has reached a score of 85 % or 75 values.

The results showed an increase in student learning outcomes using plus lecture demonstration and training (LDTP) on the subjects of Civics Class VI (six) in the second cycle increased significantly compared to the first cycle, in which the first cycle is 75%, or about 15 people and the has not been thoroughly studied 25% or about 5 people . While the second cycle reaches 85% or about 17 people and that 15% have not been thoroughly studied or about 3 people. It proves an increase from cycle I to cycle II. Thus, it can be said that the method of demonstration and lecture plus exercise (LDTP) may improve psychomotor competencies of students, ie an increase of 10%.

Keywords: Methods Lecture Demonstration and Training Plus. Psychomotor Competency Students, Classroom Action Research.


(8)

ii

menyusun proposal penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Psikomotorik Siswa

Pada Mata Pelajaran PKn di MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda yang tercinta Nabi Muhammad SAW.

Tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang Penulis alami dalam menyusun Penelitian ini, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak Penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu Penulis dalam menyusun Penelitian ini baik bantuan dalam bentuk moril ataupun materil. Semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan pahala dan keridoan Allah SWT. Khususnya kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Fauzan, MA., selaku Ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

3. Bapak Dr. Faridal Arkam, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga terselesaikan skripsi ini.

4. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen di Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

5. Bapak pimpinan dan karyawan perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kemudahan pinjaman buku-buku sebagai bahan acuan/referensi penyusunan PTK.


(9)

iii

7. Guru dan karyawan MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor. Terima kasih atas doanya.

8. Untuk ayahanda tercinta yang sangat menginginkan penulis melanjutkan studi ketika masa hidupnya. Semoga Allah membalas amal ibadahnya. Amin. 9. Untuk ibunda tercinta yang telah memberikan do’a dan restu yang tiada henti. 10. Teristimewa untuk Isteri dan Ananda tercinta. Semoga menjadi isteri dan

anak-anak yang sholihah yang bisa mendo’akan kepada kedua orang tuanya. 11. Terima kasih juga dihaturkan kepada pihak yang tidak tersebutkan namun

telah memberikan konstribusi yang berharga untuk penulis. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian.

Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membantu, meskipun skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Bogor, Juni 2013 Penulis


(10)

iv

LEMBAR PERSETUJUAN/PENGESAHAN ... PERSETUJUAN PEMBIMBING ... PENGESAHAN PENGUJI ...

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ... A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti... 7

1. Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan (PCDL) ... 7

a. Metode Ceramah ... 7

b. Metode Demonstrasi ... 10

c. Metode Latihan (Drill) ... 13

2. Kompetensi Psikomotorik Siswa ... 16

3. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 18

a. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan ... 18


(11)

v

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

1. Tempat Penelitian ... 23

2. Waktu Penelitian ... 23

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 23

1. Metode Penelitian ... 23

2. Rancangan Siklus Penelitian ... 25

C. Subjek Penelitian ... 25

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 26

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 26

1. Pra Tindakan ... 26

2. Tindakan Riil di Kelas ... 26

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 27

G. Data dan Sumber Data ... 27

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 28

1. Observasi ... 28

2. Interviu (interview/wawancara) ... 28

3. Test ... 28

I. Teknik Pengumpulan Data ... 29

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 29

1. Validitas ... 29

2. Reliabilitas ... 30

3. Tingkat Kesukaran ... 30

4. Daya Pembeda ... 31

K. Teknik Analisis Data dan Interpretasi Data ... 32

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 34

1. Perencanaan Tindakan Siklus 1 ... 34


(12)

vi

2. Visi ... 40

3. Misi ... 41

4. Tujuan ... 41

5. Struktur Organisasi ... 41

6. Keadaan Guru ... 43

7. Keadaan Siswa ... 43

8. Sarana Prasarana ... 44

B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/Hasil Intervensi Tindakan . 1. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 44

a. Perencanaan (Planning) ... 44

b. Tindakan (Action) ... 45

c. Pengamatan (Observing) ... 45

1) Lembar Observasi Siswa ... 45

2) Lembar Observasi Guru ... 46

3) Catatan Lapangan ... 47

4) Wawancara ... 48

d. Hasil Belajar ... 49

e. Refleksi (Reflecting) ... 50

f. Keputusan ... 53

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... a. Perencanaan (Planning) ... 54

b. Tindakan (Action) ... 55

c. Pengamatan (Observing) ... 55

1) Lembar Observasi Siswa ... 55

2) Lembar Observasi Guru ... 56

3) Catatan Lapangan ... 56

4) Wawancara ... 57

d. Hasil Belajar ... 59


(13)

vii

BAB V PENUTUP ... A. Simpulan ... 66 B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN ...


(14)

viii

Bagan 4.1. Struktur Organigram Madrasah Ibtidaiyah


(15)

ix

Tabel 3.3. Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 30

Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Kesukaran ... 31

Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Kegiatan Siswa Pada Siklus I ... 45

Tabel 4.2 Hasil Catatan Lapangan Pada Siklus I ... 47

Tabel 4.3 Hasil Wawancara Pada Siklus I ... 48

Tabel 4.4 Hasil Tes Belajar Siswa Pada Siklus I ... 49

Tabel 4.5 Kekurangan dan Tindakan Perbaikan Pada Siklus I ... 50

Tabel 4.6 Data Hasil Observasi Kegiatan Siswa Pada Siklus II ... 55

Tabel 4.7 Hasil Catatan Lapangan Pada Siklus II ... 56

Tabel 4.8 Hasil Wawancara Pada Siklus II ... 58

Tabel 4.9 Hasil Tes Belajar Siswa Pada Siklus II ... 59


(16)

x


(17)

xi

Wawancara, Tes Hasil Belajar) ... Lampiran 2.` Hasil Validasi Instrumen

(Observasi Siswa Siklus I dan Siklus II) ... Lampiran 3. Hasil Validasi Instrumen

(Catatan Lapangan Siklus I dan Siklus II) ... Lampiran 4. Hasil Validasi Instrumen

(Wawancara Siklus I dan Siklus II) ... Lampiran 5. Hasil Validasi Instrumen

(Hasil Belajar Pretest dan Posttest Siklus I dan Siklus II) ... Lampiran 6. RPP Siklus I dan Siklus II ... Lampiran 7. Photo Kegiatan Belajar Siswa ... Lampiran 8. Profil Sekolah ... Lampiran 9. Surat Izin/Keterangan Telah Melakukan Penelitian ...


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka memperbaiki taraf kehidupan masyarakat dewasa ini, maka perlu dilakukan peningkatan di segala bidang dan yang paling utama adalah peningkatan mutu dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan dasar dari terciptanya generasi yang berkualitas yang mampu membawa negeri ini ke arah yang lebih maju.

Perkembangan pendidikan saat ini hanya mementingkan ketercapaian kurikulum saja. Kompetensi psikomotorik siswa dapat dikatakan keterampilan dan kemampuan dalam bertindak serta meningkatkan pengetahuan agar dapat mempermudah siswa dalam mencerna materi pembelajaran jarang dilibatkan. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yaitu dengan melakukan perbaikan-perbaikan dalam segala aspek yang mempengaruhi keberhasilan kelangsungan belajar mengajar terutama metode pembelajaran.

Pendidikan yang dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi bertujuan untuk memberikan kemampuan berpikir logis, kritis dan kreatif kepada siswa. Selain itu dalam proses belajar mengajar juga akan terjadi interaksi antara siswa sebagai penerima pelajaran dan guru sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. Oleh karena itu, guru atau tenaga pengajar yang berkompeten di bidangnya yang akan membekali kemampuan-kemampuan tersebut kepada siswa.

Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, seperti yang dijelaskan oleh Djamarah: “kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat sumber serta evaluasi”. 1

1

Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010). hlm.41


(19)

Sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar, pendidik merupakan sumber pembelajaran memiliki posisi yang menentukan keberhasilan dalam suatu pembelajaran, karena fungsi utama guru yaitu merancang, mengelola dan mengevaluasi pembelajaran. Suatu pembelajaran tidak akan berhasil apabila: 1. Guru belum mampu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang

menyenangkan, situasi yang nyaman, yang dapat menarik minat siswa dan memotivasi siswa untuk senantiasa belajar lebih giat lagi.

2. Guru tidak mengetahui komponen metode mengajar.

3. Siswa lebih sulit untuk menerima materi yang disampaikan oleh guru. Ada bebrapa faktor mengapa hal itu terjadi, namun yang paling utama adalah factor tenaga pendidik dengan caranya menguasai pembelajaran dan mengerti kondisi siswa. Oleh karena itu, diperlukan kepekaan tenaga pengajar dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa.

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945, serta bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Menentukan metode atau teknik kegiatan belajar merupakan langkah penting yang dapat menunjang keberhasilan pencapaian tujuan. Kegiatan itu harus


(20)

disesuaikan dengan tujuan. Dalam menetapkan kegiatan belajar ini guru harus menetapkan kegiatan mana yang perlu dan tidak perlu dilakukan. Untuk ini perlu diketahui batas kemampuan siswa. Dan untuk memudahkan pelaksanaan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Merumuskan semua kegiatan belajar yang memungkinkan untuk dilakukan. 2. Menetapkan kegiatan-kegiatan yang tidak perlu dilakukan agar mencapai

efisiensi proses pembelajaran.

3. Menetapkan kegiatan yang akan dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa.

Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, guru dapat memantapkan kegiatan yang dianggap efektif dan efisien dalam mencapai satu tujuan. Jika dipandang perlu, dapat ditetapkan belajar di luar kelas seperti di laboratorium atau perpustakaan. Jadi, kegiatan apapun dapat dilakukan, asal saja dipandang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Metode pembelajaran dapat ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan tujuan dan materi pembelajaran. Pertimbangan pokok dalam menentukan metode pembelajaran terletak pada keefektifan proses pembelajaran. Tentu saja orientasi kita adalah kepada siswa belajar. Jadi, metode pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan agar siswa belajar.

Sehubungan dengan hal tersebut metode mengajar yang digunakan oleh guru hendaknya bervariasi sesuai dengan tujuan dan materi yang diajarkan. Dengan metode yang bervariasi inilah siswa akan bersemangat dalam belajar secara inovatif dan kreatif. Metode yang digunakan dalam interaksi belajar mengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan kelancaran proses pembelajaran.

Ada banyak pilihan bagi seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode ceramah plus demonstrasi dan laithan (CPDL) merupakan metode yang tepat untuk diterapkan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, karena metode ini merupakan perpaduan atau kombinasi antara kegiatan menguraikan materi dengan kegiatan memperagakan dan latihan. Perpaduan ketiga metode ini diharapkan dapat


(21)

membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan psikomotoriknya dalam menguasai materi pelajaran. Dalam pelaksanaannya, guru memunculkan sebuah pertanyaan/permasalahan yang mendorong peserta didik untuk mengetahui jawaban sebenarnya. Guru tidak "boleh" membatasi jawaban/argumen siswa dengan vonis "benar" atau "salah". Guru harus memberikan keleluasaan pada peserta didik untuk mengeksplor pendapat/opini masing-masing.

Usaha untuk meningkatkan pemahaman siswa memerlukan metode yang efektif dan efisien. Selain itu, diperlukan pula teknik yang tepat sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yang diharapkan. Penerapan metode ceramah plus demonstrasi dan laithan (CPDL) dalam pembelajaran diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami materi dan informasi yang disampaikan. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) menunjukkan hasil belajar yang kurang memuaskan. Sebagian besar siswa memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan belajar minimal (KKM) yang sudah ditentukan.

Maka dalam penelitian ini, peneliti berupaya menerapkan metode yang tepat untuk diterapkan dengan judul: Penerapan Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan Untuk Meningkatkan Kompetensi Psikomotorik Siswa Pada Mata Pelajaran PKn di MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor”.

B. Identifikasi Masalah

Sebagaimana yang terurai pada latar belakang, bahwa persoalan yang terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar khususnya di MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor penyebabnya adalah :

1. Guru yang menggunakan metode pengajaran cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung.

2. Perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian.

3. Pengalaman belajar (learning experience) siswa yang monoton tidak sesuai dengan konsep pembelajaran aktif dalam setiap praktik pembelajaran siswanya, sehingga reformasi pendidikan yang mengarah pada perubahan


(22)

paradigma pembelajaran dari model pembelajaran pasif ke model pembelajaran aktif tidak terlihat nyata.

C. Pembatasan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana terurai di atas, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: penerapan metode ceramah plus demonstrasi dan latihan, yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik dan meningkatkan kompetensi psikomotorik siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VI MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah: “Apakah metode ceramah plus demonstrasi dan latihan dapat meningkatkan kompetensi psikomotorik siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VI MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor?”.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang metode ceramah plus demonstrasi dan latihan untuk meningkatkan kompetensi psikomotorik siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VI MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Manfaat Teoretis

a. Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang metode ceramah plus demonstrasi dan latihan dapat meningkatkan kompetensi psikomotorik siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VI MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor.


(23)

b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, melatih guru dalam memodifikasi sekaligus menerapkan metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL) di MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor.

b. Bagi siswa, memotivasi belajar pada pelajaran PKn.

c. Bagi peneliti, menambah pengetahuan yang lebih matang dalam bidang pengajaran dan menambah wawasan dalam bidang penelitian, sehingga dapat dijadikan sebagai latihan dan pengembangan teknik-teknik yang baik khususnya dalam membuat karya tulis ilmiah, juga sebagai kontribusi nyata bagi dunia pendidikan.


(24)

7 BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan (PCDL)

Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (PCDL) adalah gabungan dari metode ceramah, demonstrasi dan latihan. Hal tersebut senada dengan yang dijelaskan oleh Raymon H. Simamora bahwa: “metode ceramah plus adalah metode pembelajaran yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya”.2

Berikut ini penulis akan menjelaskan tentang metode ceramah, demonstrasi dan latihan.

Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Contoh tiga macam metode ceramah plus adalah: Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT), Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT), metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL), Metode ini adalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill).3

a. Metode Ceramah

Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan

2

Raymond H. Simamora. Buku Ajar Pendidikan dan Keperawatan. (Jakarta: EGC, 2008). hlm.58

3

Zakiah Daradjat, et.al., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, cet. ke-3, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008). hlm.201-213


(25)

paham siswa. Metode ceramah boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Metode ini banyak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam proses pembelajaran.4

Zuhairini menjelaskan bahwa: “metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi edukatif melalui penerapan atau penuturan secara lisan oleh pendidik terhadap kelompok pendengar”.5 Masitoh juga mengemukakan bahwa: “metode ceramah meruapakan suatu cara penyajian bahan atau penyampaian bahan pelajaran secara lisan dari guru”.6

Lebih lanjut, Hasibuan dan Moejiono menjelaskan bahwa: “metode ceramah adalah cara penyampaian bahan dengan komunikasi lisan”.7

Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur yang paling utama dalam metode ini adalah interaksi lisan dari seorang penyaji dalam hal ini adalah guru kepada peserta didik.

Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. Metode ceramah juga lebih efektif dan efisien untuk menyampaikan pelajaran yang sifatnya informasi dan definisi.

1) Langkah-langkah Metode Ceramah

Meskipun mudah untuk dilaksanakan, metode ceramah menuntut tenaga pendidik untuk peka terhadap respon peserta didik. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang optimal dengan menggunakan metode ceramah ini, ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh tenaga pendidik sebagai berikut: a) Merumuskan tujuan instruksional khusus yang luas.

b) Mengidentifikasi dan memahami karakteristik siswa.

4

Djamarah. Ibid.. hlm.97 5

Muh. Ilyas Ismail. Ilmu Pengetahuan Dasar Ilmu Pendidikan Praktis. (Jakarta: Ganeca Exact, 2008). hlm.63

6

Masitoh dan Laksmi Dewi. Strategi Pembelajaran. (Jakarta: EGC, 2009). hlm.117 7

Ade Khaerudin Taufik. Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Luar Sekolah. (Bogor: FKIP-UIKA, 2009). hlm.3


(26)

c) Menyusun bahan ceramah dengan menggunakan bahan pengait (advance organizer).

d) Menyampaikan bahan materi dengan memberi keterangan singkat dengan menggunakan papan tulis, dan memberikan rangkuman setiap akhir pembahasan materi.

e) Merencanakan evaluasi secara terprogram.

Dengan langkah-langkah ini, pendidik dapat lebih mudah menggunakan metode ceramah dari saat pembelajaran dimulai sampai dengan tahap penutupan. Langkah-langkah tersebut pula mempermudah pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat pembantu seperti gambar.

Peranan peserta didik dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok penting yang dikemukakan oleh pendidik. Metode ceramah cocok digunakan untuk menjelaskan materi baru yang perlu dipahami dalam kelas yang besar dengan waktu yang terbatas, namun jika metode ini terlalu sering digunakan akan membuat siswa jenuh dan bosan. Oleh karena itu, metode pembelajaran juga memiliki kelebihan dan kelemahan.

2) Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah

Metode pembelajaran sebagai salah satu komponen pendidikan perlu dipahami oleh guru agar proses pembelajaran di kelas dapat berlangsung dengan baik. Karena dengan memiliki pengetahuan yang luas tentang metode, guru dapat memilih metode yang tepat untuk suatu materi (kompetensi) yang akan dipelajari atau dicapai oleh siswa. Pemilihan metode yang tepat akan sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Metode ceramah merupakan metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini sangat tepat digunakan ketika pendidik memberikan materi pada ruangan yang berkapasitas besar, namun metode ini pula mempunyai banyak kelebihan dan kelemahan. Berikut ini penulis paparkan kelebihan dan kelemahan metode ceramah, sebagaimana dijelaskan oleh Djamarah:


(27)

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah: guru mudah menguasai kelas, guru mudah menerangkan bahan pelajaran, dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar, mudah dilaksanakan. Beberapa kelemahan metode ceramah adalah: membosankan, menjadi verbalisme (pengertian kata-kata), merugikan siswa yang gaya belajar secara visual, membuat siswa pasif, mengandung unsur paksaan.8

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan mengandalkan kemampuan berkomunikasi lisan dan alat yang dibutuhkan adalah aksen suara. Selain itu, dapat pula ditambahkan dengan media lain seperti media audio dan lain sebagainya. Metode ceramah memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari metode ini adalah ekonomis, mudah dilaksanakan, pendidik dapat menguasai kelas seutuhnya dan lain sebagainya. Sedangkan kelemahan metode ceramah adalah pendidik sukar untuk menafsirkan sejauh mana pengertian dan pemahaman peserta didik terhadap bahan yang telah diajarkan. Selain itu pula kegiatan peserta didik menjadi pasif, karena hampir 80 % suasana kelas menjadi milik pemberi materi.

b. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi dapat dikatakan sebagai cara yang dilakukan oleh pendidik untuk memberikan gambaran sebuah kejadian dan untuk mempermudah siswa dalam menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan prosedur. Metode ini diperagakan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan, misalnya: proses menggunakan sesuatu, proses mengerjakansesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, untuk mengetahui dan atau melihat kebenaran sesuatu.

Djamarah menjelaskan bahwa: “metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan”. 9

8

Djamarah. Op.Cit.. hlm.97 9


(28)

Selanjutnya Laksmi Dewi juga menjelaskan bahwa: “metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu’. 10

Sementara itu Winata Putra juga berpendapat bahwa: “metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu.11

Zakiyah Dardjat menjelaskan bahwa:” metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik”.12 Begitu pula Muhibbin menjelaskan bahwa: “metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan”.13 Sedangkan Ramayulis berkomentar bahwa: “metode demonstrasi merupakan suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukkan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikan”.14

Beberapa pendapat yang telah dikemukan di atas memberikan pemikiran bahwa metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan secara langsung proses terjadinya sesuatu yang oleh pendidik atau orang lain yang berkompeten pada bahan ajar yang harus didemonstrasikan disertai dengan penjelasan lisan. Metode demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini adalah metode yang dilakukan pertama kali oleh Purba pada zaman dahulu. Pada metode ini, yang dilakukan pendidik adalah memberikan gambaran kepada peserta didik tentang bagaimana suatu proses dapat terjadi.

10

Masitoh. Ibid. hlm.121 11

Udin, S. Winata Putra. Strategi Belajar. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004). hlm.424 12

Daradjat, et.al., Op. Cit. hlm.296 13

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002). hlm.208

14


(29)

1) Langkah-langkah Metode Demonstrasi

Untuk mencapai tujuan dengan baik dan maksimal dalam menggunakan metode demonstrasi, maka perlu dilakukan langkah-langkah yang tertib guna mendapatkan hasil yang efektif dan efisien. Adapun langkah-langkah metode demonstrasi adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan persiapan, dengan merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa.

b) Kegiatan pelaksanaan, dengan mengatur tempat duduk, memberikan apesefsi, memotivasi siswa dan mengemukakan tujuan yang hendak dicapai.

c) Kegiatan inti, dengan memulai kegiatan demonstrasi sesuai materi yang diajarkan, menciptakan suasana yang kondusif, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis.

d) Kegiatan akhir, dengan meminta siswa untuk merangkum semua materi yang telah didemonstrasikan, melakukan evaluasi. 15

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah metode yang digunakan dengan cara memaparkan suatu kejadian atau prosedur dengan sebuah praktek.

2) Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu baik keadaan sebenarnya maupun hanya tiruan.

Seperti pada metode-metode sebelumnya, metode demonstrasi juga memiliki kelebihan dan kelemahan, sebagaimana pula Djamarah menjelaskan: “kelebihan dari metode ini adalah pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat. Sedangkan kekurangannya adalah menjadikan siswa takut jika guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani”. 16

Jadi alhasil kesimpulannya adalah metode demonstrasi menjadi tidak efektif bila benda yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan jelas oleh siswa,

15

Masitoh. Op. Cit. hlm.163 16


(30)

siswa tidak dilibatkan untuk mencoba, dan bila tidak dilakukan ditempat yang sebenarnya. Agar metode demonstrasi dapat menjadi PAKEM, maka guru harus: (1) merumuskan keterampilan yang diharapkan akan dicapai oleh siswa setelah demonstrasi dilakukan: (2) mencoba alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi, supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal; (3) memperkirakan jumlah siswa apakah memungkinkan diadakan metode demonstrasi; (4) menetapkan garis besar langkah yang akan dilaksanakan; (5) memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.

c. Metode Latihan (Drill)

Menurut Roestiyah, bahwa: “metode latihan adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari”.17

Menurut Sagala bahwa: “Metode latihan atau metode training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, selain itu sebagai sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan. Metode latihan biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa”. 18

Pada umumnya metode latihan ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan peserta didik dari apa yang telah dipelajarinya dengan terus mengulang. Kata latihan berarti sesuatu itu selalu di ulang-ulang dan dengan pengulangan, peserta didik akan lebih mudah untuk mengingat pelajaran. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Raymond, bahwa: “metode latihan adalah suatu metode mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, mengajaknya langsung ke tempat laitihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, keguanaan dan manfaat sesuatu”. 19

Metode latihan berfungsi untuk mengasah kemampuan peserta didik dalam memahami pelajaran. Dengan metode ini peserta didik dilatih berulang kali

17

Roestiyah. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2001). hlm.29 18

Sagala, S. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Surabaya: Alfabeta, 2003). hlm.30 19


(31)

tentang pembelajaran yang telah atau sedang dilaksanakan. Metode latihan atau sering dikatakan metode training atau drill ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.

1) Langkah-langkah Metode Latihan

Bahwa latihan adalah pendidikan untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan. Berdasarkan pengertian tersebut jelas bahwa latihan dan praktik lebih ditekankan pada aspek keterampilan dan didasari oleh psikologi daya, yang mengatakan bahwa demikian kemahiran atau kecakapan tersebut perlu ditunjang oleh pengetahuan dan keterampilan.

Penerapan metode latihan dalam pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sangat dipengaruhi dan didasari oleh psikologi daya, yang mengatakan bahwa dalam diri setiap individu itu terdapat sejumlah daya atau potensi yang perlu dikembangkan. Oleh karena itu diperlukan latihan dan praktik untuk melatih daya-daya atau potensi-potensi agar dapat berkembang secara optimal.

Metode latihan lebih ditekankan pada pengembangan kecakapan secara individual, terutama untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Namun demikian tidak berarti bahwa metode latihan ini tidak dapat dilakukan secara kelompok atau klasikal. Dalam pelaksanannya bisa saja dilakukan secara kelompok atau klasikal, namun yang menjadi sasarannya adalah pengembangan kemampuan individual. Metode latihan ini dapat dilakukan secara terbimbing dan bisa dilakukan secara bebas oleh peserta didik tanpa bimbingan dan pengawasan guru. Agar pembelajaran dengan menggunakan metode latihan dapat berjalan secara efektif dan mencapai tujuan yang diharapkan, maka perlu diperhatikan langkah-langkah berikut :

a) Rumuskan tujuan yang matang dari setiap latihan yang diberikan dalam pembelajaran, dan pilihlah materi yang tepat untuk dilatihkan.

b) Tetapkan apakah latihan yang diberikan untuk dikerjakan secara klasikal, kelompok, atau individual.

c) Siapkanlah alat dan sumber belajar yang diperlukan oleh peserta didik dalam melaksanakan latihannya, apakah alat dan sumber tersebut sudah menunjang tercapainya tujuan.

d) Upayakan agar semua peerta didik terlibat dalam setiap latihan yang diberikan.


(32)

e) Berikanlah umpan balik dengan segera terhadap latihan-latihan yang diberikan.

f) Lakukanlah evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap keefektifan metode latihan maupun terhadap hasil peserta didik. 20 2) Kelebihan dan Kelemahan Metode Latihan

Dalam penerapan metode latihan ini memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Metode latihan dapat digunakan untuk mengembangkan aktivitas, kreativitas, tanggung jawab, dan disiplin peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini penting karena dalam kegiatan pembelajaran tidak selamanya peserta didik mendapat pengawasan dari guru. Dengan latihan diharapkan peserta didik bekerja secara mandiri, berdasarkan motivasi yang datang dari dalam dirinya, dan kreatifitas yang dimilikinya.

b) Peserta didik mendapat kesempatan untuk melatih diri bekerja secara mandiri. Dalam hal ini ia belajar sendiri menggunakan suatu alat atau sumber belajar dalam menyelesaikan tugas latihannya. Meskipun mungkin ia minta bantuan orang lain dalam latihannya.

c) Metode latihan dapat merangsang daya pikir peserta didik, karena mereka dituntut untuk melatih kemampuan kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Dengan demikian dapat melahirkan pemikiran-pemikiran yang inovatif dari peserta didik, karena mereka diberi kebebasan dalam menyelesaikannya, tidak membebek atau mengikuti cara-cara yang dilakukan guru.

d) Sama halnya dengan metode penugasan, di samping metode latihan dapat dilakukan secara individual bisa juga dilakukan secara kelompok. Dalam hal ini peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil. Hal tersebut melatih peserta didik untuk bekerja secara kelompok, bergotong royong, dan bekerja sama dengan orang lain. 21

Sedangkan kelemahan-kelemahan dari metode latihan ini adalah sebagai berikut:

a) Apabila latihan diberikan untuk dikerjakan di luar kelas, sulit untuk mengontrol apakah peserta didik bekerja secara mandiri atau malah menyuruh orang lain untuk menyelesaikannya. Di samping itu apabila latihan yang diberikan sama antar peserta didik, bekerja secara mandiri atau malah menyuruh orang lain untuk menyelesaikannya. Di samping itu apabila latihan yang diberikan sama antar peserta didik, di mana

20

Djamarah. Loc.Cit.. hlm.95 21


(33)

peserta didik yang malas mengerjakan latihan menjiplak pekerjaan temannya yang sudah selesai mengerjakannya.

b) Metode latihan dengan sendirinya menuntut tanggung jawab guru yang sangat besar untuk memeriksa dan memberikan umpan balik terhadap latihan-latihan yang dikerjakan oleh peserta didik. Hal ini seringkali menyita waktu, yang mengakibatkan guru kurang tepat dalam memberikan respons. Apabila hal tersebut terjadi maka metode latihan akan membosankan peserta didik.

c) Seringkali terjadi penyimpangan dalam penggunaan metode latihan, dari pembelajaran menjadi semacam hukuman, atau kebiasaan rutin yang diberikan oleh guru terhadap peserta didik.

d) Apabila latihan tersebut terlalu banyak dan sulit untuk dikerjakan, maka akan menyita waktu peserta didik. Dengan demikian akan menimbulkan rasa malas bagi peserta didik untuk mengerjakan latihan yang dihadapinya, karena merasa waktunya terganggu oleh latihan, misalnya waktu bermain, waktu menonton tv, dan lain-lain. 22

2. Kompetensi Psikomotorik Siswa

Istilah kompetensi berhubungan dengan dunia pekerjaan. Kompetensi mengandung pengertian pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu.23 Kompetensi (competency) adalah kata baru dalam bahasa Indonesia yang artinya setara dengan kemampuan atau pangabisa dalam bahasa Sunda. Siswa yang telah memiliki kompetensi mengandung arti bahwa siswa telah memahami, memaknai dan memanfaatkan materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Dengan perkataan lain, ia telah bisa melakukan (psikomotorik) sesuatu berdasarkan ilmu yang telah dimilikinya, yang pada tahap selanjutnya menjadi kecakapan hidup (life skill). Inilah hakikat pembelajaran, yaitu membekali siswa untuk bisa hidup mandiri kelak setelah ia dewasa tanpa tergantung pada orang lain, karena ia telah memiliki komptensi, kecakapan hidup. Dengan demikian belajar tidak cukup hanya sampai mengetahui dan memahami.

Kompetensi siswa yang harus dimilki selama proses dan sesudah pembelajaran adalah kemampuan kognitif (pemahaman, penalaran, aplikasi, analisis, observasi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, koneksi, komunikasi, inkuiri, hipotesis, konjektur, generalisasi, kreativitas, pemecahan masalah),

22

Djamarah. Loc.Cit.. hlm.96 23


(34)

kemampuan afektif (pengendalian diri yang mencakup kesadaran diri, pengelolaan suasana hati, pengendalian impulsi, motivasi aktivitas positif, empati), dan kemampuan psikomotorik (sosialisasi dan kepribadian yang mencakup kemampuan argumentasi, presentasi, prilaku). Istilah psikologi kontemporer, kompetensi/kecakapan yang berkaitan dengan kemampuan profesional (akademik, terutama kognitif) disebut dengan hard skill, yang berkontribusi terhadap sukses individu sebesar 40 % . Sedangkan kompetensi lainnya yang berkenaan dengan afektif dan psikomotorik yang berkaitan dengan kemampuan kepribadian, sosialisasi, dan pengendalian diri disebut dengan soft skill, yang berkontribusi sukses individu sebesar 60%. Suatu informasi yang sangat penting dan sekaligus peringatan bagi kita semua

Setiap makhluk hidup pasti memiliki kemampuan untuk bergerak. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan lebih sempurna dari hewan dan tumbuhan pun memiliki kemampuan untuk bergerak. Manusia dapat berjalan, menulis dan berbicara, ini adalah bukti bahwa manusia memiliki kemampuan untuk bergerak. Kemampuan bergerak tersebut dikatakan sebagai kemampuan psikomotorik. Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik.

Psikomotorik dalam taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini. Menurut Mulki dan Gracinia: “kemampuan psikomotorik merupakan suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan mengendalikan gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf pusat dan otot”24

.

Selain itu, Chomsin, S. Widodo mengetakan bahwa: “psikomotorik yang berorientasi pada keterampilan yang berhubungan dengan kemampuan

24

Yani Mulki dan Julisca Gracinia. Kemampuan Pisik, Seni dan Manajemen Diri. (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007). hlm.2


(35)

memanfaatkan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi anggota tubuh”.25

Aspek psikomotorik berhubungan dengan kemampuan motorik, sebagai hasilnya dilihat dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak. Sedangkan kawasan psikomotorik berarti kawasan yang berhubungan dengan seluk-beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot oleh pikiran sehingga diperoleh tingkat keterampilan fisik tertentu. Martinis Yamin mengungkapkan bahwa kawasan psikomotorik ini dibagi menjadi empat macam yaitu:

1) Gerakan seluruh tubuh (gross body movement).

2) Gerakan yang terkoordinasi (coordination movement). 3) Komunikasi non verbal (non verbal communication). 4) Kebolehan dalam berbicara (speach behavior).26

3. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) a. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan

Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Tujuan mata pelajaran Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:

1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,

2) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,

25

Chomsin, S. Widodo dan Jamsadi. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi.

(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008). hlm.64 26

Martinis Yamin. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. (Jakarta: Gunung Persada Press, 2010). hlm.45


(36)

3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.27

Dalam memasuki era globalisasi yang mana bangsa Indonesia berada dalam masa transisi atau proses perjalanan bangsa menuju masyarakat madani (civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu atau mata pelajaran di persekolahan perlu menyesuaikan diri sejalan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah.28

Hal ini berhubungan dengan proses pembangunan karakter bangsa yang siap untuk menghadapi tantangan jaman, baik sekarang maupun masa yang akan datang. Proses pembangunan karakter bangsa (bational character building) yang sejak proklamasi RI telah mendapat prioritas, perlu direvitalisasi agar sesuai dengan arah dan pesan konstitusi negara Republik Indonesia.

Pada hakikatnya proses pembangunan karakter bangsa diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat Indonesia yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai titik sentral. Dalam proses inilah, pembangunan karakter bangsa kembali dirasakn sebagai kebutuhan yang sangat mendesak dan tentunya memerlukan pola pemikiran dan paradigma baru.

Negara adalah suatu bentuk khusus dari tata kehidupan sosial yang di bangun dari sejumlah komponen dasar didalam suatu sistem yang integral. Komponen-komponen dasar dalam sistem kehidupan bernegara terdiri dari sistem

personal kelembagaan, normatif, kewilayaan dan sistem idiologis.

Berdasarkan pendapat HAR Tilar: “masyarakat yang kita cita-citakan adalah masyarakat demokratis yang individunya bebas dari rasa takut, bebas untuk berkreasi dan terbuka. Masyarakat yang menghargai adanya perbedaan yang

27

http://wordpress.com.//media-pembelajaran-audio-visual.pdf //diakses tgl.28/02/2012 28

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum Pendidikan Dasar. (Jakarta: Depdikbud, 1999). hlm.25


(37)

didasari oleh rasa kebersamaan, penghargaan pada sesama warga negara tanpa memandang perbedaan suku, agama dan budaya”.29

b. Pembelajaran PKn di SD/MI

Dengan memahami akan luasnya materi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah, guru sebagai salah satu unsur pendidik diharapkan mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah memahami bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta didik, serta memahami tentang siswa belajar.

Perolehan informasi baru dapat terjadi dari kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau mendengar/melihat audio visual dan lain–lain.

Belajar sebagai proses manusiawi memiliki kedudukan dan peran penting, baik dalam kehidupan masyarakat tradisional maupun modern. Pentingnya proses belajar dapat dipahami dari traditional/local wisdom, filsafat, temuan penilitian dan teori tentang belajar. Traditional/local wisdom adalah ungkapan verbal dalam bentuk frasa, peribahasa, adagium, maksim, kata mutiara, petatah – petitih atau puisi yang mengandung makna eksplisit atau implisit tentang pentingnya belajar dalam kehidupan manusia.

PKn merupakan materi yang fokus pada pembentukan diri yang beragam baik dari segi agama sosio-kultural,bahasa, usia dan suku bangsa, untuk menjadi warganegara yang cerdas, terampil dan berkarakter. Materi PKn bertujuan mengembangkan kemampuan-kemampuan peserta didik sebagai berikut:

1) Berfiqir secara kritis, rasional dan kreatif.

2) Berfartisifasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3) Berkembang secara demokratis dan fositif tingking dan membentuk berdasar karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama bekerjasama dengan bangsa-bangsa lainya.

29

Nugroho Sarjan Agung. Pendidikan Kewarganegaraan kelas VI SD. (Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 2008). hlm.9-19


(38)

4) Berintegrasi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan teknologi informasi dan komunikasi30. B. Hasil Penelitian yang Relevan

Pada penelitian ini, penulis merujuk kepada hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan. Diantaranya:

Sukawati 5 Oktober 2010. Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Menerapkan Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan Pada Siswa SMK Negeri 3 Sukawati Kelas XII Tari 1. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 3 Sukawati kelas XII Tari 1 Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (60,71%), siklus II (75,00%), siklus III (89,29). Simpulan dari penelitian ini adalah metode ceramah plus demonstrasi dan latihan dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan kompetensi psikomotorik siswa di SMK Negeri 3 Sukawati Kelas XII Tari 1 serta metode ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah merupakan titik tolak dari sebuah penelitian yang kebenarannya diakui oleh peneliti itu sendiri dan merupakan jembatan untuk menyusun hipotesis sebagai argumentasi logis, rasional dan kritis mengenai hubungan atau keterkaitan antar variabel penelitian yang disusun oleh peneliti berdasarkan hasil komparasi, analisis dan sintesis teori. Kerangka berpikir pun tidak disusun berdasarkan pada common sense atau akal sehat si peneliti, namun berdasarkan pada hasil kajian yang handal.31

30

Ine Kusuma Aryani & Markum Susatim. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Berbasis Nilai (Jakarta: Depdiknas , 2003). hlm. 18.

31

Tim Penyusun Revisi Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Pedoman Penulisan Skripsi.


(39)

Secara sederhana peneliti merumuskan kerangka berpikir bahwa “Semakin baik metode ceramah plus demonstrasi dan latihan, maka semakin tinggi pula tinggi pula kompetensi psikomotorik siswa di MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor”

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan adalah hasil kajian pustaka atau proses rasional dari penelitian yang telah mempunyai kebenaran secara teoretik. Dengan demikian hipotesis dapat dianggap sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian dan masih perlu diuji kebenarannya dengan menggunakan data empirik. 32

Secara sederhana peneliti merumuskan hipotesis bahwa: “Jika metode ceramah plus demonstrasi dan latihan diterapkan, maka akan semakin meningkat kompetensi psikomotorik siswa di MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor”, atau “Semakin baik metode ceramah plus demonstrasi dan latihan, maka semakin tinggi pula kompetensi psikomotorik siswa di MI Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor

32


(40)

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian adalah di kelas VI (enam) yang beralamat di di Kp. Pamungguan RT.05 RW.05 Desa Leuwisadeng Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor. Alasan peneliti mengambil tempat penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Mathla’ul Anwar Leuwisadeng ini adalah :

a. Peneliti mengajar kelas VI (enam), sehingga dalam kegiatan ini peneliti tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas atau sekolah lain.

b. Tersedianya data yang diperlukan peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian.

c. Membangkitkan minat siswa dalam mempelajari mata pelajaran PKn khususnya untuk siswa Madrasah Ibtidaiyah Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Kabuapeten Bogor.

2. Waktu Penelitian

Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah dua bulan, yaitu antara bulan Maret-April, dengan kata lain penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan semester II (genap) Tahun Pelajaran 2012/2013. B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan cara kerja yang berencana agar data yang dikumpulkan dapat mencapai maksud dan tujuan dari penelitian. Untuk itu peneliti harus menentukan metode penelitian yang akan digunakan terlebih dahulu, karena metode merupakan cara kerja untuk mencapai tujuan yang akan memandu peneliti mengenai urutan-urutan sebagaimana penelitian ini dilakukan. Sesuai dengan hal tersebut Winarno Surakhmad mengemukakan sebagai berikut: “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk


(41)

mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu, cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajaran, ditinjau dari penyelidikan dalam arti luas, yang biasanya perlu diperjelas lebih ekspilit dalam setiap penyelidikan”.33

Sukmadinata, mengungkapkan bahwa metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis, dan idiologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Pemilihan dan penentuan metode tidak dapat dipisahkan dari tujuan dan perumusan masalah, kalau permasalahannya hanya difokuskan pada satu variabel atau aspek dan tujuannya ingin mendapatkan deskripsi dari variabel atau aspek tersebut, maka metodenya adalah metode deskriptif atau servei. Jika terdapat dua variabel dan ingin mengetahui hubungan diantara variabel tersebut, maka metodenya adalah metode korelasional atau komparatif. Jelasnya, bahwa pemilihan metode sangat tergantung kepada tujuan dan rumusan masalah yang sudah difokuskan pada bagian sebelumnya. 34

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas atau tempat kerja. Sedangkan menurut Prof. Suhardjono mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan yang dapat dipandang sebagai tindak lanjut dari penelitian deskriftif maupun eksperimen. Pada penelitian tindakan kelas bukan lagi mengetes sebuah perlakuan tetapi sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya sesuatu perlakuan.35 Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah alat yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan dan mencapai suatu penelitian yang disusun secara teratur dan logis yang dituangkan dalam suatu rencana kegiatan penelitian.

33

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode Teknik. (Bandung: Tarsito,1985). h. 131

34

Maifalinda Fatra. Bahan Ajar PLPG. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: FITK. UIN Syarif Hidayatullah.2010). Cet Ke-1.h.79

35

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: : PT Bumi Aksara.2006). hlm. 56


(42)

2. Rancangan Siklus Penelitian

Untuk mempermudah dalam memahami rencana tindakan secara keseluruhan dan untuk memberikan panduan bagi penulis, maka penulis perlu menampilkan model penelitian tindakan yang akan dilaksanakan, diadaptasi dari model penelitian tindakan model John Elliot. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang dilaksanakan dalam 2 siklus (tiap siklus dilakukan 2 kali tatap muka /pertemuan). Prosedur penelitian dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut: 36

Bagan 3.1

Bagan Prosedur Penelitian Model John Elliot

C. Subjek Penelitian

Mengingat dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti adalah guru mata pelajaran PKn, maka subjeknya adalah siswa yakni siswa kelas VI (enam) MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor semester II tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri atas 20 siswa.

36

Ibid. hlm. 6 Refleksi

Refleksi

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan ?

Pelaksanaan

2 Pertemuan @70 Menit : Pertemuan I :

Diskusi Pertemuan II Pelaksanaan

2 Pertemuan @70 Menit : Pertemuan I :

Diskusi Pertemuan II


(43)

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian

Strategi pembelajaran yang dilakukan peneleti dalam pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL) ini menuntut peneliti berperan sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan. Secara umum Peneliti hanya membantu untuk memperjelas tugas problema yang akan dipelajari dan memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan serta membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuan.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan terdiri dari beberapa siklus, yang tergantung pada tingkat penyelesaian masalah. Tiap siklus terdiri dari 4 (empat) kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, analisis dan refleksi. Pada tiap siklus dilakukan beberapa tindakan, yang digambarkan sebagai berikut:

1. Pra Tindakan

a. Peneliti melakukan observasi kegiatan belajar mengajar terlebih dahulu, kegiatan pembelajaran di kelas VI (enam) MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor.

b. Wawancara terhadap siswa dan guru kelas yang lain untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa secara umum, khususnya pada siswa kelas VI (enam) MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor.

2. Tindakan Riil di Kelas a. Tahap Perencanaan

1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa.

2) Membuat rencana pembelajaran.

3) Membuat instrument yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas, alat bantu dan media yang diperlukan.


(44)

b. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan.

c. Tahap Pengamatan (Observasi)

Pada tahap ini dilakukan pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan (observasi).

d. Tahap Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis, pada tahap ini pengajar dapat merefleksi diri berdasarkan hasil observasi dan diskusi untuk mengkaji apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan kompetensi psikomotorik siswa melalui metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL).

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Intervensi tindakan yang diharapkan dari data kuantitatif ditetapkan pada kriteria bahwa semakin baik strategi pembelajaran metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL), menunjukkan adanya kriteria peningkatan kompetensi psikomotorik siswa dalam penelitian tindakan kelas ini. Jadi seumpama pada siklus 2 kategori sangat paham lebih besar daripada siklus ke-1 berarti terjadi peningkatan yang positif.

G. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data primer dari subyek yang diteliti yang bersumber dari hasil belajar siswa siswa MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor tahun pelajaran 2012/2013 selama proses penelitian.

Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini berasal dari subyek penelitian atau dari siswa yang merupakan sumber data primer yaitu nilai ulangan harian siswa baik nilai ulangan harian sebelum tindakan kelas maupun setelah dilakukannya tindakan kelas oleh guru. Sumber data dapat dilihat pada tabel berikut:


(45)

Tabel 3.2

Jenis Data, Sumber Data dan Instrumen

Data Sumber Data Instrumen

Kognitif Siswa Pretest dan Postest

Aktivitas dan sikap siswa

ketika proses pembelajaran Siswa

Lembar observasi dan catatan lapangan Respon siswa terhadap proses

pembelajaran Siswa Wawancara

H. Instrumen Pengumpulan Data

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi

Yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang di selidiki pada perkembangan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas ataupun dari hasil mengerjakan ulangan/tugas yang telah diberikan oleh guru.

2. Interviu (interview/wawancara)

Yaitu mengadakan wawancara kepada beberapa siswa. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang di namakan interview guide (pedoman wawancara). Dengan cara ini peneliti dapat mengetahui sejauhmana keantusiasan siswa dalam mengikuti materi pelajaran PKn dengan menggunakan pembelajaran metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL).

3. Tes

Yaitu mengadakan tes kepada beberapa siswa. Dengan cara ini peneliti dapat mengetahui sejauhmana keberhasilan siswa dalam mengikuti materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL).


(46)

I. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka menghimpun data untuk dijadikan suatu kesimpulan, maka teknik penelitian dilakukan dengan melalui catatan observasi yang dilakukan sejak awal penelitian sampai dengan siklus terakhir.

Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dan pemunculan keterampilan kooperatif siswa, sedangkan evaluasi dilakukan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa.

Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan yang dijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksi dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi adalah evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan 1. Validitas

Validitas merupakan ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas dilakukan terhadap soal tes kemampuan pemahaman siswa. Untuk menghitung validitas soal pilihan ganda menggunakan ANATES dan rumus. 3738

Xi Xt Pi rbis =

St qi Keterangan:

Xbis = koefisien korelasi biseral antara skor butir soal nomor i dengan skor total

Xi = rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal nomor i Xt = rata-rata skor total semua responden

Pi = proporsi jawaban benar untuk butir nomor i qi = proporsi jawaban salah untuk butir nomor i

37

Ahmad Sofyan, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. (Jakarta: FITK UIN). h.109


(47)

2. Reliabilitas

Koefisien reliabilitas dengan menggunakan ANATES adalah sebagai berikut:39

k ∑piqi rii = 1-

k - 1 S2t

Keterangan:

Xii = koefisien reliabilitas tes K = jumlah butir

piqi = varians skor butir

pi = proporsi jawaban benar untuk butir nomor i qi = proporsi jawaban salah untuk butir nomor i S2t = varians skor total

Tabel 3.3

Kriteria Reliabilitas Instrumen

Kriteria Koefisien Reliabilitas

Sangat reliabel >0,9

Reliabel 0,7 – 0,9

Cukup reliabel 0,4 – 0,6

Kurang reliabel 0,2 – 0,3

Tidak reliabel <0,2

3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitatif konvensional paling sederhana dan mudah. Hasil hitungnya merupakan proporsi atau perbandingan antara siswa yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa yang mengikuti tes tingkat kesukaran dengan menggunakan ANATES dan rumus:

20


(48)

B P =

N

Keterangan:

P = indek kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar N = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria indeks kesulitan soal adalah:

Tabel 3.4

Kriteria Tingkat Kesukaran

Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria

0 – 0,25 Sukar

0,26 – 0,75 Sedang

0,76 – 1 Mudah

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda di hitung dengan menggunakan ANATES dan rumus:

BA BB D = -

JA JB

Keterangan:

JA = banyaknya siswa kelompok atas JB = banyaknya siswa kelompok bawah

BA = banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal benar BB = banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal benar


(49)

Penelitian ini dipergunakan untuk mencari suatu strategi pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan kompetensi psikomotorik siswa secara efektif dan efisien, sehingga arah penelitian ini dapat mengaktifkan dan memberi pemahaman kepada siswa dalam penguasaan materi, dan untuk pengukuran masalah tersebut peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa tes tertulis dan tes praktek yang dilengkapi dengan kisi-kisi soal secara lengkap.

Pada penelitian tindakan kelas ini teknik pemeriksaan keterpercayaan dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap siswa berkenaan dengan isi dan kisi-kisi soal dari tes tertulis yang digunakan sebagai alat pengumpul data, sehingga alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam penelitian ini keterpercayaannya benar-benar dapat dipertanggung jawabkan. K. Analisis Data dan Interpretasi Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Data berasal dari lembar observasi, anatara lain yang diamati adalah: kerjasama dalam kelompok, memberikan ide, mengajukan pertanyaan, memperhatikan pertanyaan teman, memberikan tanggapan, kemampuan memahami materi, partisifasi dalam kelompok, kemampuan menengahi jika ada kelompok yang salah paham, kemampuan menjelaskan dan menyimpulkan materi yang dibahas.

Data yang diperoleh dari pengamatan dan penilaian selama proses pembelajaran dan hasil pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan kelompok siswa dalam kelas yang selanjutnya dianalisis dengan teknik analisa data kualitatif. Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa data utama yang dianalisis adalah data verbal dari peneliti sendiri, yang berupa gambaran terperinci dari


(50)

proses dan hasil belajar siswa. Sedangkan data penunjang meliputi data dari hasil observasi dan catatan lapangan.22 1040

Langkah-langkah analisis data adalah mengkaji data yang terkumpul secara keseluruhan dari semua instrumen, mereduksi data, dan menyimpulkan serta memverifikasi kembali. Tindakan verifikasi mutlak diperlukan untuk melakukan pemeriksaan terakhir pada data yang telah ada melalui sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan, misalnya buku penunjang, data siswa dan informasi dari teman sejawat yang berkolaborasi mendukung kegiatan ini.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: 1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif.

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Keterangan : = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar.

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 85% atau nilai 75

P = ∑ siswa yang tuntas belajar x 100%siswa

22


(51)

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Pada pengembangan perencanaan tindakan, kegiatan penelitian akan dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan siklus sebagai berikut:

1. Perencanaan Tindakan Siklus 1 a. Perencanaan

1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL) untuk meningkatkan kompetensi psikomotorik siswa.

2) Membuat rencana pembelajaran dengan metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL) untuk meningkatkan kompetensi psikomotorik siswa dan lembar observasi.

3) Membuat instrument yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas, alat bantu dan media yang diperlukan.

4) Membuat alat evaluasi.

Secara garis besar tahapan strategi pembelajaran metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL) untuk meningkatkan kompetensi psikomotorik siswa, sebagai berikut:

a) Tahap Persiapan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan diantaranya mempersiapkan materi dan merancang pembelajaran yang mengarah kedalam metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, dan mempersiapkan instrument observasi disertai cara penskoran.

b) Tahap Penyajian Materi

Dalam tahap ini pengajar menyebutkan tujuan pembelajaran, mengarahkan sikap siswa agar siap memulai pelajaran, melakukan tes penjajakan (pre-tes) dan mengidentifikasi keadaan siswa, mengingatkan pelajaran yang telah diterima dan mengaitkan pada pelajaran baru.


(52)

c) Tahap Kegiatan Kelompok

Selanjutnya siswa diminta mencari teman sejumlah 3 (satu kelompok menjadi 4 anggota), diutamakan mencari teman yang belum mendapat lembar kopian. Kelompok diminta untuk mempelajari pointers materi yang diterima. Siswa mencatat apa yang tidak diketahui dan membuat pertanyaan sebanyak mungkin tentang pointers materi yang dipelajari. Siswa berkumpul lagi di kelas, guru menyuruh siswa menanyakan sesuai yang dipersiapkan dalam kelompok (pertanyaan sebaiknya satu per satu dari masing-masing kelompok).

Selanjutnya Guru menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa, sebaiknya menjawab pertanyaan yang belum terjawab dan harus tuntas menjawab isi pertanyaan yang dimaksud). Jawaban atas pertanyaan pendalaman, guru dapat menjelaskan secara jelas, sedang bagaimana penerapan ataupun perbedaan pemahaman tentang isi materi dapat didiskusikan kepada siswa. Guru memberi penekanan pada inti materi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa. Setelah selesai dapat dilanjutkan dengan memberikan tugas untuk mengerjakan soal-soal latihan, kemudian memberikan justifikasi materi (kesimpulan) pada akhir proses pembelajaran.

d) Tahap Tes Hasi Belajar

Tahap ini dilakukan 1x tes setelah pertemuan, tes dikerjakan secara individu mandiri. Tes uraian dikerjakan selama 35 menit. Hasil tes digunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL). b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL).

c. Observasi

Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi.


(53)

d. Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis, pada tahap ini pengajar dapat merefleksi diri berdasarkan hasil observasi dan diskusi untuk mengkaji apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan kompetensi psikomotroik siswa dalam pokok bahasan belajar pada mata pelajaran PKn. Hasil analisis data yang dilakukan dalam tahapan akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

Data dan cara pengambilannya, adalah sebagai berikut:

a. Sumber data: sumber data dari tindakan kelas ini adalah siswa dan peneliti.

b. Jenis data: jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari:

a) Rencana Pembelajaran

b) Data hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran hasil belajar.

c. Cara pengambilan data:

a) Data hasil belajar, diperoleh melalui prites dan postes.

b) Data tentang situasi pembelajaran, diperoleh melalui lembar observasi.

c) Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan didapat dari rencana pembelajaran dan lembar observasi.

Indikator untuk melanjutkan ke siklus berikutnya adalah peningkatan pemahaman yang dicapai siswa dengan capaian minimal sekurang-kurangnya 65% siswa telah mencapai nilai tuntas (di atas minimal).

Untuk memudahkan pelaksanaan tindakan kelas, maka peneliti dibekali dengan lembar observasi kegiatan pembelajaran, hal ini dimaksudkan agar pembelajaran berlangsung dengan baik dan lancar. Selanjutnya peneliti memberikan arahan tentang cara pengisian lembar observasi kepada rekan guru yang membantu dalam penelitian tersebut.


(1)

Lampiran 7: Photo Kegiatan Belajar Siswa

Kegiatan Belajar Mengajar

(Pra Siklus)

Kegiatan Belajar Mengajar

(Pra Siklus)


(2)

Lampiran 7: Photo Kegiatan Belajar Siswa

Kegiatan Belajar Mengajar

(Siklus I )

Kegiatan Belajar Mengajar

(Siklus I )


(3)

Lampiran 7: Photo Kegiatan Belajar Siswa

Kegiatan Belajar Mengajar

(Siklus II )

Kegiatan Belajar Mengajar

(Siklus II )


(4)

Lampiran 8: Profil Sekolah

PROFIL SEKOLAH

1. Nama Madrasah : MIS MATHLA’UL ANWAR 2. NSM/NPSN : 111232750061 / 20253439 3. Akreditasi Madrasah : Terakreditas-A

4. Alamat Lengkap Madrasah : Kp. Pamungguan Desa Leuwisadeng Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

5. Nama Kepala : IKHWANUDDIN, A.Ma

6. Nama Yayasan : Perguruan Mathla’ul Anwar

7. Alamat Yayasan : Jalan Pemuda Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

8.

No. Akte Pendirian Yayasan :

C-1934.HT.01.02 TH. 2005

9. Kepemilikan Tanah : Wakaf

:a. Status Tanah : Wakaf :b. Luas Tanah : 1.687 M2 10.Status Bangunan : Pemerintah

11. Luas Bangunan : 600 M2 12. Keadaan Siswa Tahun 2012/2013

Kelas Jumlah Murid

L P J

I 13 14 27

II 12 18 30

III 11 17 28

IV 16 24 40

V 16 16 32

VI 14 12 26

Jumlah 82 101 183

13. Data Sarana dan Prasarana a) Data Ruang Lainnya

No Jenis Prasarana Jumlah Kondisi

1 Ruang Kepala Sekolah/Madrasah 1 Baik

2 Ruang Guru 1 Baik

3 Ruang Administrasi 1 Baik

4 Ruang Komputer 1 Baik

5 Ruang Perpustakaan 1 Baik

6 Masjid 1 Baik

7 Lapangan Olahraga 1 Baik

8 Perlengkapan Olahraga 1 Baik

9 Lapangan Upacara 1 Baik

10 Kebun Sekolah 1 Baik

11 WC Guru 1 Baik

12 WC Siswa 1 Baik

b) Keadaan Ruang Kelas

Kelas

Jumlah Kondisi

Ket Rombel Ruang

Kelas Baik

Rusak

Ringan Sedang Berat

I 1 1 1 - - - -

II 1 1 1 - - - -

III 1 1 1 - - - -

IV 1 1 1 - - - -

V 1 1 1 - - - -

VI 1 1 1 - - - -


(5)

14. Data Tenaga Pendidik dan Tata Usaha

No Tenaga Pendidik dan Tata Usaha Jumlah Keterangan

1 Guru PNS (DPK) - -

2 Guru Bantu - -

3 Guru Tetap Yayasan (GTY) 5 Honor

4 Guru Tidak Tetap (GTT) - -

5 Guru yang sudah Sertifikasi - -

6 Pegawai Tetap Yayasan (PTY) -

7 Pegawai Tidak Tetap (PTT) - -

Bekasi, Juli 2012 Kepala Madrasah

( IKHWANUDDIN, A.Ma ) NIP: -


(6)

BIOGRAFI PENULIS

IKHWANUDDIN, lahir di Bogor pada tanggal 07 Juni 1960,

anak ke tujuh dari pasangan Bapak M. Tawil dengan Ibu Ati.

Menuntaskan pendidikan dasar di SDN Hegarsari 01 dan

lulus pada tahun 1974.

Kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan dasar menengah PGAN 4

Tahun Sunanul Huda Leuwiliang Bogor dan lulus pada tahun 1979. Setelah itu

melanjutkan ke jenjang pendidikan Madrasah Aliyah Swasta Sunanul Huda

Leuwiliang Bogor dan lulus pada tahun 1981.

Pada tahun 2008 penulis mendapatkan kesempatan untuk mengajukan

Beasiswa S.1 PGMI ke Kementerian Agama Kabupaten Bogor, dan

Alhamdulillah berkat ijin Allah penulis mendapatkan kesempatan tersebut di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan sekarang (2012)

masih dalam proses penyelesaian.

Adapun riwayat pekerjaan penulis dimulai pada tahun 1981 dengan menjadi

tenaga pengajar honorer di Madrasah Ibtidaiyah

Mathla’ul Anwar Leuwisadeng

Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor sampai Tahun 1995. Kemudian pada

1996 mutasi ke MIS Mathla’u

l Anwar Pamungguan Leuwisadeng Kabupaten

Bogor sampai dengan sekarang. Semoga ini menjadi profesi yang pertama dan

terakhir untuk tetap bertahan dalam memberikan sumbangsih terhadap agama,

bangsa dan negara. Amin.