Daya Tarik dan Preferensi Visual Wisatawan

pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya Lampiran 11. Selain uji F untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien regresi, dilakukan uji t. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel bebas dari model regresi memiliki pengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya pada taraf uji 5 . Nilai t tabel dalam analisa ini adalah 4.3026, dimana t hitung untuk daya tarik terumbu karang 76.8475 dan daya tarik mangrove 6.9198 yang berarti t hitung t tabel. Kondisi ini memberikan penjelasan bahwa variasi dalam variabel kunjungan wisatawan dapat dijelaskan oleh peubah T ketertarikan terhadap terumbu karang dan peubah M ketertarikan terhadap mangrove. Jadi hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa terumbu karang merupakan daya tarik utama kedatangan wisatawan ke kawasan Pulau Menjangan, sedangkan mangrove menjadi daya tarik pengikut. Selain menggunakan analisa regresi, ketertarikan wisatawan terhadap kawasan Pulau Menjangan dapat juga dijelaskan melalui analisa preferensi visual. Metode yang digunakan untuk penilaian visual ini adalah scenic beauty estimation SBE dengan menganalisa preferensi wisatawan terhadap sumber daya sebagai obyek wisata yang mereka nikmati. Penilaian kualitas visual oleh responden merupakan skor untuk masing- masing foto yang mewakili kondisi kawasan. Dalam penelitian ini terdapat 12 foto yang mewakili 6 stasiun pada ekosistem terumbu karang dan 10 foto yang mewakili ekosistem mangrove. Setiap stasiun penelitian diwakili oleh 2 buah foto, berupa hamparan karang, jenis-jenis ikan karang, biota laut yang khas, hamparan mangrove dan biota khas mangrove. Rata-rata nilai yang diperoleh dari hasil penilaian responden kemudian dimasukkan dalam rumus SBE. Skor tertinggi menunjukkan bahwa landscape atau seascape tersebut paling banyak dipilih sebagai obyek yang diminati, sedangkan skor rendah menggambarkan obyek yang kurang disukai oleh wistawan. Dari Lampiran 18 dapat dijelaskan bahwa stasiun Bat Cave yang terletak di bagian Timur Pulau Menjangan mendapatkan nilai SBE yang paling tinggi, sedangkan stasiun mangrove 5 yang berada di bagian Barat Teluk Terima memperoleh nilai SBE yang terendah. Foto-foto pemandangan yang memiliki preferensi tinggi, sebagian besar diwakili oleh foto pemandangan alami dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Kondisi ini sesuai dengan penjelasan Tapsel 1995 dalam Rahmafitria 2004 bahwa responden lebih menyukai karakter obyek yang masih alami dan habitat yang dapat menarik satwa liar. Apabila dihubungkan antara nilai SBE dengan kondisi ekosistem terumbu karang dan keanekaragaman biota air, ternyata stasiun yang kondisi terumbunya tergolong baik mempunyai nilai rata-rata SBE lebih tinggi dibandingkan stasiun yang kondisi terumbunya tergolong rendah. Begitu pula dengan stasiun yang kondisi biota airnya tergolong beragam mempunyai nilai rata-rata SBE lebih tinggi dibandingkan stasiun yang kondisi biota airnya kurang beragam. Hubungan ini juga tampak pada kondisi ekosistem mangrove yang baik serta biotanya yang beragam memperoleh nilai SBE lebih tinggi dibandingkan stasiun yang kondisi mangrovenya tergolong rendah. Hasil penelitian dari Rahmafitria 2004, menyatakan bahwa penyebab suatu obyek memperoleh nilai SBE tinggi adalah kenampakan visual yang tinggi karena habitat masih alami dan beragamnya biota yang hadir di habitat tersebut. Aspek yang menonjol dari terumbu karang adalah kenampakan visual yang indah dan beranekaragamnya warna dan jenis karang, yang sangat sesuai untuk kegiatan wisata bahari kategori selam dan snorkeling. Sedangkan untuk ikan karang, keragaman jenis, keunikan dan perpaduan warna berbagai jenis ikan karang menjadi daya tarik tersendiri bagi responden. Begitu pula dengan berbagai jenis biota air lainnya seperti, belut laut eel, jenis cacing worm, sponge, siput laut nudibranch, giant kima juga menjadi daya tarik bagi wisatawan terutama yang menyukai fotografer bawah air. Disamping karena beragamnya biota bawah laut, keindahan yang disajikan dan dirasakan oleh para wisatawan juga berasal dari keunikan dari obyek yang ada, seperti gua-gua yang dapat dimasuki penyelam pada stasiun Bat Cave. Sebenarnya, apabila diperhatikan gua-gua tersebut, didalamnya tidak dihiasi oleh komunitas karang, namun karena dapat dimasuki penyelam menjadi sangat menarik bagi mereka yang ingin menguji adrenalinnya. Selain gua-gua pada tubir, di Pulau Menjangan juga terdapat obyek lain yang menarik yaitu bangkai kapal yang tenggelam pada jaman penjajahan, namun karena saat ini kondisinya yang sudah tidak utuh dan tidak tampak seperti bangkai kapal serta ditambah arus bawah yang begitu kuat, sehingga tidak dipakai lagi sebagai dive spot. Melihat perilaku wisatawan yang datang, dapat dikatakan bahwa ketertarikan wisatawan terhadap obyek bawah laut tidak hanya terpaku pada keindahan biota saja tetapi juga keunikan yang dapat disuguhkan dari obyek wisata tersebut, seperti pada dive spot Bat Cave. Secara keseluruhan hasil analisa preferensi visual ini juga memberikan makna bahwa wisatawan memiliki kecenderungan lebih tertarik pada ekosistem karang beserta keunikan dari obyek yang ada di dalam air dibandingkan dengan ekosistem mangrove.

5.4. Penawaran Ekowisata Bahari di Kawasan Pulau Menjangan

Dalam penelitian ini, penawaran ekowisata bahari merupakan jumlah maksimum yang siap disediakan pada setiap kemungkinan harga dalam jangka waktu tertentu. Laju pertumbuhan penawaran produk wisata akan bergantung dari biaya, sehingga untuk menduga laju penawaran wisata diturunkan dari fungsi biaya. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa PT. Shorea Barito Wisata paling banyak dalam mengeluarkan biaya, yaitu sebesar US 2 938.4 sedangkan PT. Disti Kumala Bahari yang paling sedikit dalam mengeluarkan biaya, yaitu sebesar US 1 546.4 Lampiran 12. Perbedaan biaya yang dikeluarkan terkait dengan beragamnya fasilitas yang ditawarkan oleh pengelola, seperti tersedianya hotel, restoran, pemandu wisata, perlengkapan dan peralatan pendukung serta akomodasi. Penentuan fungsi penawaran produk wisata ditentukan dengan meregresikan variabel terikat jumlah wisatawan yang dilayani Q terhadap variabel bebas seperti, biaya operasional BO dan biaya investasi BI dengan menggunakan pendekatan log ganda. Hasil perhitungan diperoleh model penawaran sebagai berikut:  LnQ = - 28.6907 + 0.0537 LnBO + 4.6406 LnBI  dengan nilai R 2 = 0.9936. Model regresi ini kemudian dianalisa dengan mencari nilai koefisien korelasi nilai r masing-masing variabel bebas. Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh kekuatan hubungan atau mengukur derajat hubungan keeratan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya. Hasilnya, nilai r untuk biaya operasional sebesar 0.6215. Nilai ini menunjukkan bahwa antara biaya operasional dan jumlah wisatawan terdapat korelasi positif dengan kategori korelasi cukup. Nilai r Biaya investasi menjadi variabel yang dapat mempengaruhi tingkat penawaran. Hal ini dapat dipahami karena apabila investasi ditingkatkan, maka akan meningkatkan tingkat pelayanan, sehingga tiap wisatawan yang datang berkunjung dapat dilayani dengan semestinya. Dalam hal ini peningkatan jumlah investasi akan menaikkan tingkat penawaran sebesar koefisien penduganya. untuk biaya investasi sebesar 0.9936 menunjukkan ada korelasi positif dengan kategori sangat kuat antara biaya investasi dengan jumlah wisatawan. Secara keseluruhan nilai r tersebut dapat diartikan bahwa jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke kawasan Pulau Menjangan secara berurutan sangat dipengaruhi oleh biaya investasi dan diikuti dengan biaya operasional. Analisa model kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji F untuk mengetahui seberapa besar pengaruh secara signifikan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Hasil analisa menunjukkan bahwa semua variabel bebas dalam model regresi ini secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai F hitung sebesar 78.0713 sedangkan nilai F tabel adalah 18.5128 Lampiran 12. Berarti F hitung F tabel atau variabel bebas dalam model regresi ini memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Selanjutnya dilakukan uji t dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai t hitung variabel biaya operasional sebesar 0.0427 dan variabel biaya investasi sebesar 9.7693. Nilai t tabel dalam analisa ini adalah 4.3026 pada taraf signifikan 95 , sehingga variabel yang menunjukkan kondisi t hitung t tabel adalah variabel biaya investasi. Kondisi ini memberikan penjelasan bahwa variabel biaya investasi merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap variabel terikatnya.