SD Karang Penambahan
Pengurangan Laju Degradasi
Laju Tumbuh Daya Dukung Karang
Pertambahan Penurunan
SD Mangrove Populasi Turis
Laju kerusakan Laju Turis
Total SD Wisata DD Mangrove
Laju Tambah EKOLOGI
Gambar 10 Model konseptual sistem dinamik pengelolaan ekowisata bahari berdasarkan dimensi ekologi.
Ekonomi Masyarakat Pengeluaran
Laju Penerimaan Populasi Turis
Tenaga Kerja Fraksi Tk Modal
Keluar Lj Penambahan TK
Fraksi TK Tur Fraksi Upah TK Tur
Harga Produk TNBB
Pajak usaha wisata
Fraksi Biaya Ush lain Frk manfaat Usaha lain
Pd per Tur PAD Buleleng
Infrastruktur Fraksi Infrastrk
EKONOMI
Gambar 11 Model konseptual sistem dinamik pengelolaan ekowisata bahari berdasarkan dimensi ekonomi.
Populasi T uris
Harga Produk T otal SD Wisata
Pergi Datang
Biaya T inggal Harga Lokasi lain
qE
Infrastruktur qC
uC Fraksi Biaya tinggal
u E
Partisipasi Masyarakat SOSIAL
Gambar 12 Model konseptual sistem dinamik pengelolaan ekowisata bahari berdasarkan dimensi sosial.
Model konseptual yang dibangun tersebut diterjemahkan dari model matematis sederhana dari Casagrandi dan Rinaldi 2002 yang ditambah dengan
beberapa atribut yang mempengaruhi pengelolaan ekowisata bahari di kawasan Pulau Menjangan. Atribut-atribut yang digunakan diperoleh berdasarkan kajian
literatur dan hasil analisa sumber daya wisata yang telah dikaji sebelumnya. Nilai atribut yang digunakan tercantum pada Tabel 21.
Tabel 21 Nilai atribut model konseptual sistem dinamik pengelolaan ekowisata bahari di Pulau Menjangan
No Atribut
Nilai I
Sub model ekologi
1 Initial sumber daya terumbu karang m
2
130 718 2
Daya dukung terumbu karang m
2
130 718 3
Laju pertumbuhan terumbu karang 0.13
4 Laju degradasi terumbu karang
0.26 5
Initial sumber daya mangrove m
2
605 200 6
Daya dukung mangrove m
2
605 200 7
Laju pertumbuhan mangrove 0.2
8 Laju degradasi mangrove
0.00405
II Sub model ekonomi
1 Ekonomi masyarakat Rp
1 238 714 828 2
Fraksi manfaat usaha lain 0.03
3 Fraksi biaya usaha lain
0.3 4
Fraksi penghasilan upah tenaga kerja per turis 0.05
5 Harga produk wisata per turis Rp
750 000 6
Fraksi alokasi dana infrastruktur terhadap harga produk per turis
0.5
II Sub model ekonomi
7 Pajak usaha per turis
0.40 8
Kontribusi pajak wisata ke PAD 0.6
9 Initial tenaga kerja
80 10
Tenaga kerja yang keluar 0.2
11 Fraksi tenaga kerja per turis
0.0014 12
Fraksi tenaga kerja per ekonomi masyarakat 0.0000000012
III Sub model sosial
1 Initial turis orang
10 500 2
Konstanta kepuasan turis terhadap kualitas infrastruktur qC
0.5 3
Konstanta kepuasan turis terhadap kualitas lingkungan qE
0.5 4
Koefisien ketersediaan infrastruktur uC 0.30
5 Koefisien ketersediaan sumber daya alam uE
0.86 6
Koefisien harga wisata di tempat lain 0.7
7 Fraksi biaya tinggal
0.04 8
Partisipasi masyarakat dalam wisata 0.2
Nilai atribut yang didapatkan pada Tabel 21 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sub model ekologi
Pada sub model ini terdapat 8 atribut yang memiliki fungsi masing-masing sebagai level stok maupun konstanta. Atribut yang menjadi stok disini adalah
sumber daya alam yang dimanfaatkan untuk kegiatan ekowisata seperti sumber daya terumbu karang dan mangrove. Nilai awal stok diperoleh dari hasil analisis
kesesuaian kawasan untuk kegiatan ekowisata. Kawasan terumbu karang 130 718 m
2
dan hutan mangrove 605 200 m
2
1. Sub model ekonomi
. Laju pertumbuhan karang 0.13 dan laju degradasi 0.26, nilai ini diperoleh dari hasil pengamatan penelitian ini, data
TNBB 2007 dan WWF 2003. Untuk sumber daya mangrove, laju degradasinya 0.00405 laju tumbuh 0.2. Nilainya diperoleh dari data TNBB 2007 dan hasil
pengamatan penelitian yang dibantu dengan hasil data dari citra satelit SPOT-5.
Untuk sub model ekonomi, nilai awal ekonomi masyarakat merupakan dampak langsung dari kegiatan ekowisata bahari yang diperoleh dari hasil analisa
penawaran permintaan sebesar Rp. 1 238 714 828 dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 80 orang. Tenaga kerja ini berasal dari kebutuhan wisatawan akan
tenaga pemandu wisata dan karena adanya investasi dalam usaha wisata yang membutuhkan tenaga kerja.
Fraksi tenaga kerja per ekonomi masyarakat diperoleh nilai 0.0000000012 didapatkan dari setiap Rp.82 285 714 penerimaan wisata akan dialokasikan pada
usaha-usaha yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1 orang. Nilai ini diperoleh dari perbandingan antara rata-rata modal yang diinvestasikan di usaha
wisata sebesar Rp. 5 760 000 000 dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 70 orang. Untuk fraksi tenaga kerja per turis didapatkan nilai 0.0014
yang diperoleh dari perbandingan 1 tenaga kerja per 700 orang wisatawan, berdasarkan daya tampung akomodasi sebesar 640 orang setiap kelebihan 60
orang wisatawan memerlukan tambahan 1 orang tenaga kerja. Nilai konstanta untuk tenaga kerja yang keluar adalah 0.2 yang diperoleh dari perbandingan 1 dari
3 orang tenaga kerja akan keluar apabila kondisi kunjungan wisatawan yang menurun.
Harga produk wisata yang ditawarkan sebesar Rp.750 000 per orang, harga ini sebelum dikurangi biaya akomodasi dan konsumsi serta pajak usaha.
Dari total penerimaan ini 3.5 merupakan bagian upah tenaga kerja per turis dan 2 adalah bagian yang diterima oleh usaha-usaha lain yang mendukung aktivitas
ini. Fraksi biaya usaha lain sebesar 0.3 yang diperoleh dari biaya usaha perdagangan terhadap total penerimaan pedagang. Persentase pajak usaha wisata
yang diberlakukan oleh badan pengelola, TNBB, dan Pemda Buleleng adalah 0.40 kepada seluruh usaha hotel dan restoran untuk satu orang wisatawan per sekali
kunjungan ke kawasan Pulau Menjangan. Pajak ini kemudian 60 dialokasikan untuk penerimaan daerah dan 40 untuk penerimaan TNBB selaku pengelola
kawasan.
2. Sub model sosial
Dalam dimensi ini, model pengelolaaan ekowisata bahari di kawasan Pulau Menjangan disusun dari kehadiran wisatawan yang datang berkunjung ke
kawasan ini. Jumlah kunjungan wisatawan yang datang kawasan Pulau Menjangan tahun 2008 adalah sebesar 11 029 orang. Namun tidak semua
wisatawan yang datang menikmati atraksi wisata yang ditawarkan, hanya 10 500 orang yang semuanya berasal dari manca negara. Untuk itu nilai inisial dimensi
sosial adalah 10 500 orang. Atribut yang mempengaruhinya adalah: atribut ketersediaan obyek wisata uE sebesar 0.86, ketersediaan infrastruktur atau