Permintaan Ekowisata Bahari di Kawasan Pulau Menjangan
dibandingkan wisatawan domestik. Salah satu faktornya adalah harga wisata yang cukup tinggi, mengingat aktivitas ini merupakan wisata minat khusus.
Bagi masyarakat Indonesia yang secara umumnya mempunyai standar gaji relatif lebih rendah dibandingkan dengan standar gaji di negara lain, tentu harga
merupakan kendala. Selain itu, masih tingginya minat masyarakat Indonesia untuk berwisata ke lokasi yang penuh keramaian mass tourism, sehingga kawasan
Pulau Menjangan yang jauh dari keramaian kurang diminati. Kedua alasan tersebut berbeda dengan kondisi wisatawan mancanegara yang mempunyai
kecenderungan untuk berwisata ”back to nature.” Kondisi ini sesuai dengan pendapat Yoeti 1990, bahwa permintaan wisata dipengaruhi oleh kondisi
masyarakat, ketersediaan waktu, tingkat pendapatan, dan selera. Berdasarkan hasil yang diperoleh Lampiran 13, menunjukkan bahwa
jumlah wisatawan, tertinggi berasal dan Perancis sebesar 2 741 jiwa dengan rata- rata biaya perjalanan sebesar US 1 482.84 per orang, sedangkan jumlah
wisatawan terendah berasal dari Swiss sebesar 210 jiwa dengan biaya perjalanan rata-rata sebesar US 2 334 per orang dan merupakan biaya rata-rata perjalanan
paling tinggi. Tingginya biaya perjalanan wisatawan, sebenarnya bukan merupakan
pembatas orang untuk berwisata. Ini dapat dilihat dari data wisatawan asal Belanda, dimana wisatawan yang berasal dari negara tersebut jumlah
kedatangannya ke kawasan Pulau Menjangan ketiga paling banyak, padahal biaya perjalanan individunya paling tinggi dibandingkan dengan wisatawan dari negara
lain. Artinya ada faktor lain yang ikut mempengaruhi orang dalam berwisata, salah satunya adalah motivasi. Menurut hasil survei, motivasi kunjungan
wisatawan untuk berwisata ke kawasan Pulau Menjangan adalah karena lingkungan yang masih alami 40.52 serta potensi alam, terutama terhadap
terumbu karang 59.48 , sehingga wisatawan yang datang berkunjung memang untuk menikmati keindahan dan keunikan alam yang dimiliki kawasan Pulau
Menjangan bukan karena biaya perjalanan yang murah. Fungsi permintaan wisatawan ke kawasan Pulau Menjangan diperoleh
dengan meregresikan peubah terikat jumlah kunjungan Q terhadap peubah bebas biaya perjalanan TC, pendapatan invidividu I, jarak D, kondisi dan potensi
SDA CE serta harga wisata P dengan menggunakan pendekatan log ganda, maka diperoleh model permintaan sebagai berikut:
LnQ = 9.8522 – 8.6783 LnTC + 1.3632 LnI + 4.8564 LnD + 9.0942 LnCE - 4.7551 LnP
dengan nilai R
2
= 0.9817 Untuk mengetahui kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel terikat. Model regresi ini kemudian dianalisa, sehingga mendapatkan nilai r
Biaya perjalanan dapat diartikan sebagai biaya yang seluruhnya dikeluarkan oleh setiap pengunjung dalam satu kali melakukan kegiatan wisata.
Biaya perjalanan meliputi biaya transportasi, dokumentasi, konsumsi selama koefisien korelasi masing-masing variabel bebas dari nilai tertinggi ke
terendah adalah biaya perjalanan 0.5134, kondisi dan potensi SDA 0.4707, pendapatan 0.3898, harga wisata 0.3476 dan jarak 0.2160. Nilai ini
menunjukkan bahwa, variabel biaya perjalanan dan kondisi potensi SDA memiliki korelasi yang cukup kuat sedangkan pendapatan, harga wisata, dan
variabel jarak korelasinya kurang kuat terhadap variabel jumlah kunjungan wisatawan.
Selanjutnya model regresi tersebut diuji dengan menggunakan uji F untuk mengetahui sejauh mana ketepatan model yang menjelaskan hubungan nyata
antara tingkat kunjungan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil uji F menunjukkan F hitung 32.2819 F tabel 5.4094 pada selang kepercayaan 95 .
Nilai F hitung yang lebih besar daripada F tabel memberikan makna bahwa variabel bebas dalam model regresi ini secara bersama-sama memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Analisa kemudian dilanjutkan dengan uji t. Hasil t hitung yang diperoleh
adalah biaya perjalanan sebesar 11.4535, pendapatan 3.4100, jarak 9.2344, kondisi potensi SDA 10.2304, dan harga wisata 5.0593 dengan taraf signifikan
95. Nilai t tabel dalam analisa ini adalah 2.5705, berarti semua variabel bebas menunjukkan nilai t hitung t tabel. Kondisi ini memberikan penjelasan bahwa
variasi dalam variabel jumlah kunjungan dapat dijelaskan secara individual oleh variabel biaya perjalanan TC, pendapatan invidividu I, jarak D, kondisi dan
potensi SDA CE serta harga wisata P.
berwisata, parkir, pembelian souvenir dan biaya lainya tanpa biaya tiket masuk lokasi rekreasi. Variabel ini signifikan pada taraf uji 5 . Hal tersebut disebabkan
karena biaya perjalanan tidak dapat dipisahkan dengan frekuensi kunjungan seseorang. Artinya setiap orang jika berpergian akan selalu dipengaruhi oleh
biaya perjalanan. Nilai koefisien regresi peubah biaya perjalanan dalam model bertanda negatif, hal ini sesuai dengan teori ekonomi, dimana jika harga semakin
meningkat maka konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya Gaspersz, 2000. Artinya semakin besar biaya perjalanan maka akan mengurangi
peluang rata-rata kunjungan individu ke lokasi wisata. Namun, kondisi ini dapat menjadi rendah pengaruhnya apabila faktor ketertarikan individu yang sangat
tinggi terhadap suatu obyek wisata. Bagi sebagian orang, mereka akan bersedia membayar lebih demi bisa mengunjungi dan menikmati obyek wisata yang
dianggapnya menarik. Fenomena ini terjadi pada wisatawan Belanda dan Jerman, dimana biaya perjalanannya tertinggi kedua tetapi jumlah kunjungannya juga
tinggi. Pengaruh faktor ketertarikan ini dalam analisa model permintaan dapat dijelaskan oleh peubah kondisi dan potensi sumber daya alam yang memberikan
pengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan wisata ke kawasan Pulau Menjangan. Artinya wisatawan tersebut datang berkunjung dikarenakan kondisi
dan potensi sumber daya alam kawasan Pulau Menjangan yang menarik. Kondisi seperti ini harus dapat dimanfaatkan oleh pihak pengelola
kawasan dan pengelola wisata jika ingin mendapatkan manfaat ekonomi atau benefit yang lebih tinggi. Peluang ini tentunya harus diikuti dengan usaha-usaha
penyediaan sumber daya wisata yang optimal dari sisi kualitas maupun kuantitas. Fauzi 2006 berpendapat bahwa kemampuan mempertahankan kondisi
keseimbangan sumber daya alam merupakan hal terpenting dalam kegiatan ekonomi yang bergerak dalam bidang jasa sumber daya alam.
Pendapatan memberikan pengaruh yang signifikan, dikarenakan pendapatan merupakan hal penting yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi
seperti halnya kegiatan wisata. Setiap orang akan memerlukan uang atau dana yang berasal dari pendapatan untuk menunjang segala aktivitasnya. Koefisien
variabel ini memiliki tanda positif, hal ini sesuai dengan teori ekonomi yang mengatakan dimana semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin
tinggi pula tingkat konsumsinya. Jadi, apabila seseorang tingkat pendapatannya tinggi maka mereka cenderung akan meningkatkan rata-rata frekuensi
kunjungannya ke tempat wisata. Besarnya koefisien variabel akan mengakibatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan mengalami kenaikan yang besar akibat
naiknya pendapatan. Jadi, responden yang memiliki pendapatan lebih tinggi memungkinkan mereka mempunyai kesempatan berwisata lebih tinggi
dibandingkan responden yang berpendapatan rendah. Harga wisata yang dimaksud disini adalah harga tiap atraksi yang
ditawarkan kepada wisatawan. Di kawasan Pulau Menjangan ada tiga atraksi yang ditawarkan yaitu menyelam, snorkeling, dan tracking. Nilai koefisien regresi
peubah harga dalam model bertanda negatif, hal ini sesuai dengan teori ekonomi, dimana jika harga semakin meningkat maka konsumen akan mengurangi jumlah
barang yang dikonsumsinya. Artinya semakin besar harga wisata maka akan mengurangi peluang rata-rata kunjungan individu ke lokasi wisata.
Kondisi dan potensi sumber daya alam memberikan pengaruh signifikan, disebabkan karena keinginan seseorang untuk berwisata dapat disuguhkan oleh
kondisi dan potensi sumber daya alam yang dimiliki kawasan Pulau Menjangan. Beberapa pernyataan mengatakan bahwa kealamian, keaslian, dan keunikan
sebuah obyek wisata menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk datang mengunjungi obyek wisata tersebut. Artinya semakin alami, asli, dan unik suatu
obyek wisata maka akan semakin tinggi peluang seseorang berkunjung ke tempat tersebut.
Model regresi yang diperoleh, dapat digunakan untuk membangun kurva permintaan dan menentukan surplus konsumen dari kegiatan ekowisata bahari di
kawasan Pulau Menjangan. Surplus konsumen pada penelitian ini merupakan selisih antara tingkat kesediaan membayar dari wisatawan dengan biaya atau
harga yang harus dikeluarkan untuk memperoleh kepuasan dalam menikmati jasa obyek wisata. Tingkat kepuasan wisatawan yang berkunjung ke lokasi tersebut
dapat dilihat dari intensitas kunjungannya. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin sering seorang wisatawan berkunjung ke kawasan ekowisata Pulau Menjangan
mencerminkan semakin puas terhadap lokasi wisata tersebut. Kurva permintaan wisata kawasan Pulau Menjangan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Kurva permintaan ekowisata di kawasan Pulau Menjangan.
Gambar 7 di atas menjelaskan bahwa apabila harga berada pada tingkat sekitar US 2 300 maka nilai Q = 0 yang artinya tidak ada wisatawan yang datang
berkunjung. Sedangkan bila harga wisata berada pada level US 1 300 atau harga turun dari level US 2 300, maka nilai Q menjadi sekitar ± 5 000 orang. Kondisi
ini menjelaskan bahwa wisatawan akan datang berkunjung ke kawasan Pulau Menjangan apabila level harga wisata berada di bawah US 3 400 dan sebaliknya
wisatawan tidak akan ada yang datang berkunjung apabila level harga wisata berada pada kondisi
≥ US 2 300. Makna dari kurva tersebut menunjukkan permintaan merupakan hubungan
antara harga jasa tertentu dengan jumlah yang diminta konsumen. Permintaan merupakan sejumlah jasa yang ingin dibeli oleh individu dan mampu untuk dibeli
dengan harga tertentu dan waktu tertentu Nicholson, 1995. Analisa permintaan yang dilakukan diperoleh juga nilai dari surplus
konsumen. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa surplus konsumen yang didapat konsumen wisatawan adalah sebesar US 233.6 per individu per tahun
atau Rp 2 265 804 per individu per tahun dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar P
harga
Q jumlah wisatawan X
● ●
● ●
● ●
● ●
●
Y
● ●
● ● ●
● ●
●
sebesar Rp 9 700. Nilai surplus konsumen ini mengindikasikan masih terbukanya peluang untuk menaikkan harga produk wisata yang selama ini masih tergolong
murah. Dari nilai surplus konsumen dapat ditentukan nilai ekonomi kawasan ekowisata Pulau Menjangan yang diperoleh berdasarkan jumlah wisatawan yang
berkunjung tahun 2008 yaitu sebesar US 12 7702 atau sekitar Rp. 1 238 714 828. Nilai ekonomi ini merupakan nilai riil pemanfaatan ekowisata di kawasan
Pulau Menjangan dan nilai tersebut akan meningkat bila jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini bertambah banyak. Hal ini dapat terjadi apabila
potensi dan kondisi daya tarik wisata yang ada di kawasan ini dapat dipertahankan, disertai dengan peningkatan sarana prasarana pendukung wisata
dan kualitas manajemennya. Setelah hasil kurva penawaran dan permintaan diperoleh maka dapat dicari
perpotongan kedua kurva tersebut, untuk mengetahui kondisi keseimbangan pasar aktivitas ekowisata di kawasan Pulau Menjangan yang dapat dijelaskan pada
Gambar 8.
Gambar 8 Kondisi keseimbangan pasar aktivitas ekowisata bahari.
Kurva keseimbangan di atas memberikan penjelasan, bahwa titik keseimbangan aktivitas ekowisata di kawasan Pulau Menjangan berada pada level harga P US
1 050 dan nilai Q jumlah wisatawan sebesar 23 046 orang dengan nilai ekonomi
Q jumlah wisatawan P
harga
X
●
Y
kawasan ekowisata kawasan Pulau Menjangan sebesar US 1 746 572 atau Rp. 16 941 748 514.
Nilai ekonomi yang diperoleh merupakan nilai pemanfaatan ekowisata yang semestinya didapatkan kawasan Pulau Menjangan dan hasil analisa
keseimbangan ini juga memberikan penjelasannya bahwa jumlah wisatawan yang datang berkunjung belum melampaui batas daya dukung kawasan Pulau
Menjangan sebesar 30 240 orang dan pihak operator wisata masih dimungkinkan untuk menaikkan harga jasa wisata. Mengingat harga wisata pada saat ini masih
lebih rendah dari nilai harga pada kondisi keseimbangan pasar.