3. Mengemukakan kritik dan saran perbaikan K Derajat partisipasi dikatakan rendah jika responden hanya hadir H; derajat
partisipasi dikatakan sedang jika memenuhi kriteria = H + N; sedangkan tinggi jika memenuhi semua kriteria diatas = H + N + K.
Tahap kedua adalah menganalisis keterkaitan antara total partisipasi ∑Y
dengan karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang meliputi: umur, pendidikan, pendapatan, lama tinggal, akses terhadap informasi di media massa, pemahaman
dan tingkat partisipasi responden terhadap pengelolaan ekowisata. Pada tahap ini analisis menggunakan metode Principle Component Analysis PCA yang dibantu
dengan perangkat lunak XLSTAT
.
3.4.6. Analisis Optimasi Pengelolaan Ekowisata Bahari
Penentuan tingkat optimal dari pengelolaan ekowisata bahari di kawasan Pulau Menjangan, dianalisis menggunakan pendekatan model dinamik yang
dibangun dengan bantuan perangkat lunak STELLA 7.0. Model dinamik yang digunakan untuk menganalisis keberlanjutan pengelolaan ekowisata bahari dalam
penelitian ini terdiri atas tiga sub model yakni: 1. Sub model lingkungan memiliki atribut berupa laju tumbuh, sumber daya
karang, sumber daya mangrove, dan daya dukung sumber daya, sedangkan output-
nya ditentukan oleh populasi wisatawan, laju kunjungan wisatawan, dan laju penurunan kondisi sumber daya yang dimanfaatkan.
2. Sub model ekonomi memiliki atribut berupa tenaga kerja dan ekonomi masyarakat yang dipengaruhi oleh populasi wisatawan, pendapatan, laju
penerimaan, laju pengeluaran, laju tenaga kerja, fraksi usaha lain, fraksi upah, dan fraksi tenaga kerja.
3. Sub model sosial merupakan suatu sistem dimana jumlah populasinya wisatawan ditentukan oleh laju kedatangan, laju kepergian wisatawan, biaya
tinggal, harga lokasi lain, koefisien ketersedian infrastruktur, koefisien ketersediaan sumber daya alam, konstanta kepuasan wisatawan, dan kondisi
sumber daya wisata. Model dinamik keberlanjutan pengelolaan ekowisata bahari di kawasan
Pulau Menjangan dibangun dari fenomena riil dan berdasarkan model matematis sederhana dasar.
4. PROFIL KAWASAN PULAU MENJANGAN
4.1. Gambaran Umum
Kawasan Pulau Menjangan yang terletak di dalam area Taman Nasional Bali Barat secara geografis terletak pada posisi antara 114º1202 - 114º1430
Bujur Timur dan 8º0520 - 8º1720 Lintang Selatan. Secara administrasi kawasan Pulau Menjangan termasuk ke dalam wilayah pemerintahan Kecamatan
Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut:
-
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Bali,
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan daratan Pulau Bali,
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Brumbun,
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Bali. Pulau Menjangan memiliki luas sekitar 175 ha dengan profil pantai yang
sebagian besar bertebing batu. Pantainya berpasir putih yang terbentuk dari pecahan-pecahan karang. Bakosurtanal 2001 menyatakan bahwa Pulau
Menjangan merupakan salah satu pulau kecil yang berasal dari pengangkatan batuan kapur dan karang.
Pulau ini merupakan pulau yang sangat kecil yang tidak dihuni oleh penduduk tetapi di pulau tersebut berdiri beberapa Pura sebagai tempat ibadah
bagi umat Hindu yaitu Pura Gili Kencana, Pura Klenting Sari, Pura Segara Giri Kencana, yang merupakan lokasi yang ramai dikunjungi pada saat-saat tertentu
bulan Purnama bulan penuh dan Tilem bulan mati untuk melaksanakan ritual keagamaan. Pulau Menjangan dapat ditempuh dengan menggunakan speed boat
dari Teluk Terima tepatnya daerah Labuan Lalang dalam waktu ± 30 – 40 menit. Pulau Menjangan yang termasuk ke dalam wilayah Taman Nasional Bali
Barat memiliki iklim yang hampir sama dengan iklim di Pulau Jawa terutama Jawa Timur. Di daerah ini mempunyai dua musim yaitu musim kemarau yang
umumnya terjadi pada bulan April sampai dengan bulan September dan musim penghujan umumnya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Maret
dengan puncaknya bulan Pebruari. Curah hujan rata-rata sekitar 1 365 milimeter per tahun dengan curah hujan terendah terdapat di daerah pantai dan yang paling
tinggi ada di pegunungan. Berdasarkan klasifikasi ilkim Schmidt dan Ferguson, Taman Nasional Bali Barat termasuk Pulau Menjangan tergolong tipe iklim D
dengan nilai Q 85.29 dan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 1 480.6 milimeter. Pada musim penghujan dominan angin berhembus dari arah Barat
daya, sedangkan pada musim kemarau dominan angin berhembus dari arah Tenggara. Kecepatan angin rata-rata 4.58 – 5.40 knots TNBB, 2003.
4.2. Kondisi Biofisik dan Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat 4.2.1. Kondisi Biofisik Kawasan
Kondisi biofisik kawasan Pulau Menjangan baik komponen abiotik maupun biotik, belum banyak yang berubah. Berdasarkan pengamatan di Pulau
Menjangan, pulau ini mempunyai kondisi biofisik seperti: 1 Kondisi fisik, topografi berombak lemah 2 tersusun atas batu karang
yang mempunyai tebing curam ≥ 4 m di seputar pulau. Pada bagian tebing yang
curam ini terlihat adanya runtuhan karang tebing yang diyakini akibat dari gempuran gelombang. Pada bagian permukaan unit ini mempunyai morfologi
berombak dan umumnya bentuk lereng cembung. Proses geomorfologis yang dominan terdapat adalah pelapukan solusion, antara air hujan dengan kandungan
komposisi karang koral. Pada pulau ini juga telah terjadi pelapukan fisik dan khemis serta pelapukan biologi binatang karang. Runtuhan tebing dominan
dijumpai di semua lini dari tebing yang ada seputar pulau, materi tebing ada yang berbentuk bongkah-bongkah ukuran besar. Jenis tanah yang ada dapat
dikelompokkan kedalam tanah litosol. Meteri permukaan dominan adalah munculnya batuan karang ke permukaan hampir disetiap tempat dengan bentuk
lereng yang cembung. Hidrologi permukaan, tidak dijumpai saluran air sehingga dapat diprediksi bila hujan maka air yang ada membentuk aliran permukaan
surface run off dan masuk kecelah-celah batuan. Daerah ini sulit diperoleh sumber air tanah, sekalipun ada diyakini pada kedalaman
≥ 20 m dan debit airnya kecil
≤ 0.2 ldt. Morfologi daratan pesisir Pulau Menjangan sangat sempit karena didominasi tebing yang curam, lebar pantai 5 - 10 m dan hanya terdapat di
beberapa bagian Selatan pulau. Material pantai berupa pasir putih kasar bercampur fragmen karang mati yang merupakan substrat dasar perairan
Bakosurtanal, 2001.